sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

 

 

 

 

 

 

KEINTIMAN BATIN:

Text Box: Penulis   :  Yusman Liong
Nats        :   Mazmur 34:4
Tujuana                 : Agar pelayan Tuhan memahami bahayanya keintiman batin yang  timbul karena sering  terjadi pertemuan dan sharing atau curhat antara anak manusia yang berlainan  jenis dalam pelayanan.
berselingkuhkah aku?

 

 

 

 

 

 

 

Sebagai hamba Tuhan yang melayani hampir semua kita pernah merasakan dan mengalami bagaimana rasanya bertemu dengan jemaat, sesama rekan atau sesama orang percaya baik yang telah saling kenal lama ataupun yang baru dikenalnya dalam suatu pembinaan atau sewaktu saling berbagi pandangan dan cita-cita rohani yang paling dalam dan pribadi. Karena ada kesamaan beban dan pandangan, sewaktu berdoa dan beribadah kepada Allah bersama-sama kitapun dapat langsung saling tertarik, seolah-olah ada suatu daya tarik magnetis.

 

Khususnya dalam kelompok tumbuh bersama atau komunitas sell  sering kali kita saling sharing secara terbuka karena keakraban dalam Tuhan. Dalam kelompok-kelompok ini sering kali kita dapat menyaksikan undangan seorang saudara dalam Tuhan yang bercerita dengan terbuka dan merasakan plong, setelah "saling berbagi” dengan seseorang dalarn kelompok. Karena "saling berbagi" itulah maka satu dengan yang lainnya mengalami kesalingtertarikan, seolah-olah ada daya magnetisnya.

 

Kelompok demikian  biasanya menjanjikan informasi yang dibagikan kerahasiaan, kecuali kepada Tuhan dalam doa tidak untuk orang lain mengetahuinya. Namun ada kalanya dalam kesepian hidup, pelayan Tuhan bertemu dengan seorang jernaat yang juga berada dalam kondisi yang sama. Pembicaraan yang santai, dan ringan diiringi tertawa renyah, dapat mengakibatkan mereka merasa "saling tertarik" seolah-olah ada daya magnetisnya.

 

Tidak salah jika dalam Tuhan persahabatan berjalan dengan penuh keakraban, namun sering kali yang terjadi adalah pelayan Tuhan (orang dalam/ketua kelompok sel) yang "menguasai" akan membuat orang yang suka bergantung menjadi lebih bergantung, dan lebih terikat. Pada akhirnya terciptalah suatu kondisi dimana si jernaat selalu datang mencari sang gembala, pelayan Tuhan, orang dalam/ketua kelompok sel. Ketergantungan ini akan menjadi riskan jika hubungan dalam keluarga (suarni-isteri) ada something wrong.

 

Misalnya ada gembala, pelayan Tuhan, orang dalam/ketua kelompok sel atau jemaat yang sama-sama masih muda, namun mempunyai hubungan suami isteri yang tidak terlalu baik di rumah. Karena ada kecocokan satu dengan yang lain, maka keduanya akan berusaha mencan-cari alasan untuk bertemu, misalnya menjadi aktif ikut kegiatan gereja yang sebenarnya hanyalah dalih untuk bertemu dengan sang kekasih tersembunyi.

 

Perasaan saling tertarik ini banyak ditemukan diantara mereka yang belum menikah khususnya ataupun juga yang telah menikah. Untuk menghindari penilaian yang tidak baik dari orang lain, maka dipakailah bahasa rohani, misalnya mengangkatnya sebagai anak, atau saudara dalam Tuhan.

Ada dua tipe relasi yang biasanya berkembang dalam kondisi kesaling tertarikan ini:

 

Tipe Pertama:

 

Yang tua sebut saja "sang mami" dan karena belum menikah ia menyalurkan cinta kasihnya pada anak angkat "sang baby" dalam Tuhan. Sedangkan yang sebagai anak ini masih dalam masa pertumbuhan, yakni usia remaja-pemuda, masa dimana mulai melepaskan diri dari ikatan cinta kasih orang tua dan mulai mencari cinta kasih. Di dalam hubungan ini ia merasakan cinta kasih yang sedikit istimewa pula dan merasa diistimewakan pula. Hal ini membuatnya sangat bahagia, sehingga akhirnya baik yang memberi atau yang diberi kasih sama-sama menikmatinya. Kedua insan tersebut sebenarnya sudah saling tertark "sang mami" memang lagi kompensasi karena belum menikah sedangkan "sang baby" tertarik karena mengagumi dan merasakan sifat keibuan atau rasa aman yang diciptakan sehingga kondisi itu seperti

1. parasit psikologis". (Apa yang dirasakan oleh remaja-pemuda ini tentu lain dari yang diperolehnya dari orang tuanya, sedangkan pengalaman berpacaran belum diperolehnya). Karena merasakan dan menikmati perhatian yang over itu akibatnya membuatnya sang remaja sangat bergantung dengan "sang mami", dan ini memang sengaja diciptakan agar "sang baby" terus bergantung. Kondisi yang seperti ini akan membuat "sang baby" tidak bisa pergi kemana pun, melakukan apa pun, atau membuat keputusan apa pun tanpa sang mami.

 

Tipe Kedua:

 

Baik yang lelaki atau wanita sama-sama telah menikah namun dalam perjalanan pernikahannya mungkin mengalami sesuatu yang kurang menyenangkan, mungkin menikah karena terpaksa sebab tidak ada pilihan lain atau sebab lain. Dalam berjabat tangan/bersalaman dan dalam pembicaraan yang singkat, terasa ada perasaan yang tersalurkan, jiwa yang kosong, yang gundah gulana terasa terisi oleh pertemuan yang singkat itu. Seperti biasa ajakan agar datang dalam kegiatan gereja tentu diberikan dan akhirnya terjadilah pertemuan demi perternun dan kesaling terikatan.

 

Lebih dari itu bertemu bukan lagi hanya dalam kegiatan di gereja tetapi dipastori atau di gereja, dengan dalih mengantar pulang akhirnya singgah di rumah makan, bahka di hotel. Kondisi seperti ini bukan lagi Parasit psikologis, bahkan sudah lebih dari itu. Kesadaran bahwa apa yang sedang terjadi itu adalah salah sudah tidak ada, untuk yang dinikmati adalah dapat bertemu saling ngobrol, tentu saling memandang, saling mengisi kekosongan bathin yang  disudahi dengan pemuasan dari kehausan sex.

 

Memang tidaklah salah, jika kita menjadi seseorang yang cukup berarti bagi yang lainnya yang sedang terlibat dalam pergumulan. Tetapi adalah salah sekali, jika pelayanan yang diberikan mengakibatkan kita digandoli terus dan kita pun seakan tidak mau melepaskannya. Kita membuatnya terus bergantung sekalipun kita telah berpindah tugas.

 

Dengan memakai kedok bimbingan rohani memang seolah-olah terasa bahwa kita sedang menjalankan suatu tugas yang sangat rohani sekali dan sepertinya juga sangat sakral. Siapa yang berani mengatakan hal negatif terhadap tugas yang mulia itu ? Pelayanan bimbingan rohani memang harus diberikan dan ini memang sangat dibutuhkan, namun yang terjadi adalah bahwa kedua anak manusia tersebut berada dalam jalur yang sesat. Mengapa? Sebab dibalik kedok bimbingan rohani yang sebenarnya terjadi adalah pertemuan sepasang kekasih gelap. Pada tahap awal memang  tidak terjadi hal-hal yang di luar batas, misalnya berpelukan, atau berciuman, namun seluruh fikirannya dipenuhi oleh sang kekasih gelap. Sewaktu sendirian atau bersama keluarga wajahnya selalu terbayang, dan bayangan kekasih gelap itu tidak dapat dihapuskan, bertambah hari bertambah rindu bertemu, bathin yang kosong ingin segera diisi oleh kehadiran sang kekasih gelap. Tidaklah mustahil dalam keadaan yang sudah sejauh itu, pada saat hubungan yang paling intim dengan pasangan, bukan suami atau isteri lagi yang dibayangkan melainkan kekasih gelaplah yang ada dibenaknya. Akhirnya, PIL atau WIL menjadi suatu kenyataan, sebab merekalah yang telah mengisi kekosongan batin.

 

Manusia memiliki kebutuhan untuk "dibutuhkah", tetapi dalam parasit psikologis kebutuhan ini dieksploitasi secara berkelebihan . Cepat atau lambat hampir dapat dipastikan akan terjadi ledakan reaksi, kisah yang demikian selalu diakhiri dengan keributan, serta kekecewaan yang mendalam.

 

Harus diakui pula secara jujur bahwa semasa dalam kampus/kuliah hamba Tuhan berada dalam lingkungan yang sangat terbatas. Selama bertahun-tahun pergaulan dengan lawan jenis maupun lawan jenis terfokus pada orang yang sama. Memang ada pergantian mahasiswa setiap tahunnya, namun sebagai kakak tingkat timbul pertimbangan, jika memilih adik-adik tingkat untuk dipacari akan menunggu terlalu lama, sedangkan usia tidak pernah mau berkompromi. Akibatnya ini harus diakui secara jujur, adakalanya pernikahan yang terjadi itu karena TERPAKSA.

 

Sedangkan para pelayan Tuhan dari awam yang tidak pernah berpendidikan teologi, memiliki kebebasan melebihi para hamba Tuhan yang harus menjalani masa pendidikan dalam komplek kampus yang terbatas penghuninya. Pelayan Tuhan awam memiliki kebebasan  berpacaran yang sangat bebas, namun karena kecelakaan, atau desakan orang tua, atau sering juga terjadi karena usia dan melihat yang lain punya pacar sedangkan dirinya tidak punya, maka dengan sembarangan menjatuhkan pilihan. Tentu hal yang demikian akan berakibat fatal. 

 

Pola berpikir instan pun terjadi, apabila nanti, nanti kalau masalah telah timbul, baru diurus/diselesaikan dibelakang hari, "hamba Tuhan/orang kristen tidak mungkin akan bercerai”. Jadi diri memberikan jaminan pada diri sendiri dengan mengatakan bahwa hamba Tuhan/orang kristen itu tidak mungkin akan bercerai, " itu jaminan mutu".

 

Setelah menikah sekian tahun dengan dua anak yang mulai bertumbuh besar, masalah keluarga bukannya bertambah kurang. Sebaliknya, inilah awal dari segala keributan yang tersembunyi, mungkin karena keadaan ekonomi atau yah apa saja. Sang suami melihat isteri yang selalu memakai dasteran, tidak berdandan, dilihat dari depan atau dari samping juga belakang koq rasanya sudah peot, dan ada yang sudah seperti kulkas.

 

Sang isteri juga mencoba melihat suaminya dari berbagai sudut, yang terlihat tidak lebih dari encek Shantung dari Tiongkok, tiap hari katok an (celana) pendek dan singlet. Sedangkan jemaat lebih banyak yang ayu, cakep, segar dan menarik. Banyak pelayan Tuhan yang awam disamping aktif melayani juga memiliki perusahaan dengan sekretaris yang lebih cantik, lebih mulus lahir batin melebihi  isteri dirumah, apakah hatinya tidak terenyuh. Adakalanya, memang sang isteri cantik sehingga setiap hari berdandan dengan pakaian indah, bagaikan lembu basan (Amos 4:1), hatinya hanya tahu berpesta dan memaksa suami bekerja keras dengan memeras rakyat/pegawai demi kebahagiaannya. sedangkan di rumah, jika suami meminta kopi, atau segala keperluan sampai di ranjang  si Inem yang melayani, akhirnya bukan saja sang suami lebih mengenal Inem, tetapi juga anak-anak dirumah akan lebih mengenal si Inem pelayan  sexi dari pada ibunya sendiri.

 

Orang berkata rumput di halaman tetangga lebih hijau, segar sedangkan rumput di halaman rumah sendiri tidak terurus sehingga layu. Jangan biarkan  yang di dalam rumah suami atau isteri menjadi tidak ada daya tariknya sedangkan yang berada di luar rumah ada daya magnetisnya.

 

Hati yang sudah galau akan  sangat peka yang terkadang membawa pikiran pun kembali menerawang ke kampus, ke masa lampau semasa berpacaran untuk mencoba menganalisanya dengan berbagai teori yang dibuat sendiri. Dan ditemukanlah alasan yang pas. Yah, memang dahulu sewaktu di kampus saya pacaran dengan dia karena situasi dan kondisi yang sangat TERPAKSA. Namun sekarang harus bagaimana? Tidaklah mungkin menceraikannya, atau meracuninya dengan baygon, lebih‑lebih mengusirnya pulang kerumah orang tuanya? Akhirnya satu‑satunya cara untuk mengkompensasikan diri adalah dengan menciptakan suatu kondisi parasit psikologis bagi jemaat yang lemah dan sedang menghadapi persoalan yang sama.

 

Bukan terlalu mengada‑ada, bahkan ada yang telah menikah bertahun‑tahun, belasan tahun mungkin, dari dalam hatinya bisa keluar pernyataan pertanyaan yang luar biasa. "Sebenarnya aku ini mencintai tidak isteri atau suami saya ini?" Mengapa bisa timbul pertanyaan seperti itu? Ini karena sang hati terpaksa berdiskusi dengan pikiran dalam diri. Akhirnya ditemukanlah jawaban yang tepat, "Situasi dan kondisi dulu yang sangat terbatas telah mengakibatkan pernikahan TERPAKSA dan salah pilih. Sekarang baru menyadari bahwa sebenarnya dalam hati saya tidak ada cinta padanya".

 

Pelayanan di gereja dengan lingkungan yang tidak terlalu berbeda dengan kampus juga menjadi sasaran analisa untuk membenarkan diri."Kaum muda memang tidak terlalu banyak, tetapi dapat dikatakan semua kaum muda bahkan yang telah berkeluarga pun mengagumi saya. Godaan demikian banyak dan bervariasi, usia juga terus bertambah, jika tidak cepat‑cepat ambil keputusan mencari pasangan aku dapat jatuh dalam DOSA. Karena itu, yah, dengan sangat TERPAKSA harus melakukan pemilihan dari sekian banyak yang mengagumi, saya harus memilih salah satu yang menarik untuk memenuhi kebutuhan emosi, sex, kehampaan, kesepian hidup sendirian dan khususnya untuk menghindari gosip‑gosip dan godaan yang akan mengakibatkan kehancuran pelayanan. Dengan sangat TERPAKSA, yah, sekarang baru berani mengatakan saya TERPAKSA salah memilih dan ini memang benar".

 

Inilah kenikmatannya parasit psikologis. Apa kenikmatannya? Dapat dikatakan banyak yang tidak akan menduga bahwa pengalaman paling intim yang dapat terjadi di antara sepasang manusia bukanlah hubungan seksual secara fisk Pengalaman paling intim yang dapat terjadi diantara sepasang manusia adalah ketika mereka saling berbagi pandangan dan cita-cita rohani mereka yang paling dalam dan pribadi, dan ketika berdoa dan beribadah kepada Allah bersama-sama. Pengalaman intim ini dapat menimbulkan gejolak perasaan dan merangsang gairah darah seksual. Karena itu ada yang berkata:  “mendoakan seseorang akan mendekatkan batin orang yang didoakan dengan batin  si pendoa”. Dari mendoakan lalu bertanya apa kabar, lalu timbullah keinginan curhat, karena yang mendengar ada kontak maka  terjalinlah hubungan yang baik antara si pendoa dengan yang didoakan. 

 

Orang-orang gagal yang bermula sebagai "pasangan jiwa," sebagai "saudara dalam Tuhan," dengan sesama atau dengan lawan jenis, bahkan sebagai "pasangan doa," tetapi berakhir sebagai pasangan seksual. Bukankah banyak alasan dan kesempatan untuk bertemu dan pulang bersama ? Dengan alasan rapat yang baru selesai jauh malam, pada hal baru habis dari hotel, atau mengikuti retret di luar kota berhari-hari. Sebenarnya apa yang sedang terjadi ?

 

Suami atau isteri di rumah atau orang tua tidak tahu apa yang sedang dan telah terjadi. Pikirannya masih lugu dan masih sangat rohani.

 

Kornitmen penuh pada ketuhanan Yesus Kristus jelas meliputi komitmen untuk mencintai - bukan cinta dalam arti yang cengeng dan sentimentil, tetapi cinta yang menghormati kepribadian orang lain dan memperhatikan kebutuhannya. Benar, semua orang baik lelaki, wanita, tua atau pun muda memiliki keinginan dan seruan yang sama: "Cintailah aku." Namun, hanyalah isteri atau suami kita yang harus menerima cinta kita, sedangkan kepada yang lain kasih Kristus yang harus diberikan. Ingatlah: Saya hanya boleh mencintai satu orang yaitu isteri atau suami saja, tetapi saya boleh mengasihi semua orang yang Tuhan berikan padaku. Cinta untuk pasangan pernikahan, sedangkan kasih untuk sesama manusia.

 

Memperhatikan kebutuhannya bukanlah berarti memberikan cinta tetapi kasih Kristus yang mengubah hidupnya, agar dia lebih dekat dan dapat menyelesaikan masalahnya serta dapat lebih mengasihi Tuhannya.

 

Bagi hamba Tuhan atau para pelayanan Tuhan yang awam yang saling terlibat dalam keterikatan parasit psikologis, kata yang tepat untuknya adalah: BERTOBATLAH!