SUMBER KRISTEN Koleksi Kotbah Alkitabiah mimbar gereja.
| |
Janji Perhentian
Pendahuluan: Dalam bagian ini penulis Ibrani mengutip empat bagian dari Perjanjian Lama, antara lain: 1. Sehingga Aku bersumpah dalam murkaKu mereka takkan masuk ke tempat perhentianKu ( Ibr 4:3, dikutip dari Mazmur 95:14) 2. "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya." (Ibr 4:4 dikutip dari Kej.2:2,3, Kel 20:11,31:17) 3. "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku." (Ibr 4:5 dikutip dari Maz 95:11). 4. "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!" (Ibr 4:7 dikutip dari Maz 95:8, Ibr 3:7,8).
Empat kutipan Alkitab terdapat 3 bagian yang mengulangi kutipaan nast Alkitab dalam Ibr 3:7-11 yang menitik beratkan perhentian ciptaan Allah. Dengan Firman yang berkuasa Allah telah menyelesaikan pekerjaan penciptaan. Karena Dia percaya kepada Firman-Nya telah menggenapi pekerjaan, maka Dia beristirahat. Perhentian Allah adalah perhentian dalam kepercayaan kepada Firman-Nya sendiri. Allah menetapkan hari ketujuh sebagai hari Sabat, suatu pernyataan percaya pada khasiat Firman-Nya yang tidak berubah.
Maka perhentian pada hari ketujuh, bukan masalah hari, melainkan perhentian yang berdasarkan khasiat Firman-Nya. Sebelum Allah memerintahkan Musa menetapkan hari ketujuh sebagai hari Sabat, dalam hal memungut manna, Allah telah menetapkan hari ketujuh sebagai hari Sabat. Pada hari itu tidak diturunkan manna (Kel. 16:21-30).
Hal ini suapaya orang Israel percaya akan khasiat Firman Allah, hidup bersandar kepada Firman yang dikeluarkan dari mulut Allah. Barangsiapa yang percaya pada khasiat Firman Allah, maka akan mendapat perhentian berdasarkan Firman Allah; bila tidak percaya pada khasiat Firman Allah, tentu tidak dapat menikmati perhentian yang dibawa melalui Firman Allah. Pada sabat pertama orang Israel sudah tidak percaya kepada Firman Allah, mereka keluar untuk memungut manna, akhirnya tidak memperoleh apa-apa, sehingga Allah menegur orang Israel: "Berapa lama lagi kamu menolak mengikuti segala perintah-Ku dan hukum-Ku?” Kel.16:27-28. Kemudian hari setelah Sabat telah menjadi salah satu dari 10 hukum, orang Israel ada yang keluar memungut batang kayu pada hari Sabat. Sehingga Musa harus membawa orang tersebut keluar dari kemah kemudian merajam dengan batu hingga mati Biol. 15:32-36.
Marilah kita belajar janji Allah tentang perhentian-Nya.
1. Percaya Firman Allah menikmati perhentian.
Dalam Ibr 4:8 menyinggung Yosua, walaupun telah memimpin orang Israel masuk ke tanah perhentian, tetapi tidak berdaya membawa orang Israel sungguh-sungguh percaya dan taat kepada Firman Allah, sehingga mereka tidak memperoleh perhentian Allah.
Yosua setelah menggantikan Musa, dalam lima tahun pertama telah memimpin orang Israel menaklukkan tanah Kanaan Bil 13:8,16, Yosua 14:7-10,24:29. dari nasihat kepada orang Israel menjelang ajalnya, dapat diketahui bahwa selama 30 tahun, orang Israel walaupun hidup ditanah Perjanjian, tetapi tidak percaya kepada Firman Allah. Diantara mereka ada yang masih melayani dan menyembah dewa Mesir dan ilah orang Amori, sehingga mereka tidak sungguh-sungguh masuk ke dalam perhentian Allah. Banding Yosua 23:24; 24:14-15.
Untuk jelasnya mari kita belajar tentang tiga macam perhentian:
A). Perhentian Allah. Hal ini menyatakan Allah sendiri setelah dengan kuasa Firman-Nya menciptakan alam semesta, Dia percaya kekuasaan Firman-Nya, sehingga memperoleh perhentian Ibr 4:4,10.
B). Perhentian pada hari Sabat, ditentukan dalam hukum Taurat menjadi hari ke tujuh Ibr 4:4. Perhentian ini adalahpercaya pada Firman Allah kemudian berhenti dari pekerjaan sehari-hari.
C). Percaya khasiat Firman Allah, masuk ke dalam perhentian Allah Ibr 4:1-3. Ini bukan perhentian yang dibatasi oleh hari atau waktu.
Perhentian pekerjaan penciptaan Allah adalah Dia merasa puas terhadap pekerjaan yang telah digenapi oleh Firman-Nya sendiri. Dia percaya terhadap khasiat Firman-Nya, kemudian, memuji bahwa apa yang dilakukan-Nya itu sangat baik. Ini merupakan perhentian yang diperoleh dari rasa puas atas kesuksesan khasiat Firman-Nya.
Allah menetapkan hari ketujuh sebagai hari Sabat untuk Israel. Hal ini merupakan perhentian untuk beribadah, untuk sejenak memikirkan dan menikmati perhentian dengan khasiat Firman Allah. Kel 20:8-11.Seorang yang tidak percaya dan taat pada Firman Allah, walaupun memiliki hari perhentian, tetap tidak dapat dengan sungguh-sungguh menikmati perhentian. Jadi, bukan hari yang membuat orang memperoleh perhentian, melainkan percaya pada Firman Allah, Firman Allah yang membuat manusia memperoleh perhentian.
Ilustrasi: Jika sebagai orang percaya Tuhan Yesus, namun tidak beribadah, misalnya, di hari Minggu, untuk menikmati persekutuan dengan Firman dan kehadiran Allah dalam kebaktian, bagaimana mungkin akan memperoleh khasiat Firman Allah? Sekalipun dihari Minggu ia memperoleh perhentian dari pekerjaan, namun perhentiannya hanya untuk jasmani bukan untuk menikmati khasiat Firman Allah
Percaya Firman Allah akan menikmati perhentian, perhentian dapat dialami setiap saat, dalam kehidupan sehari-hari namun ini bukanlah perhentian yang dibutuhkan oleh orang percaya! Roh dan jiwa kita sangat membutuhkan perhentian disamping itu sebagai anggota tubuh Kristus, sangat perlu persekutuan dengan sesamanya sehingga dengan demikian dapat saling memperhatikan dan saling mendoakan, mendorong dan saling memberi nasihat.
2.Janji Perhentian.
“sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku.”, ini menyatakan “janji perhentian” yang sebenarnya dikatakan kepada orang dahulu, tetapi ketika menulis surat Ibrani ini, janji perhentian ini masih tetap berlaku. Walaupun umat yang pertama kali menerima janji perhentian, telah melanggar perintah Sabat dan merusak makna Sabat, mereka tidak memperoleh perhentian yang dijanjikan Allah, namun, janji perhentian ini masih tetap berlaku. karena Allah setia terhadap janji-Nya. Ia bertanggungjawab, sampai tiba waktunya, atau ada orang yang mendengar perintah janji ini akan digenapi atas diri mereka. Ul.3:18-20; Yosua 1:12-18,21:45;23:14; I Raja 8:56. Maz 89:2; I Kor 1:9; Ibr 6:18.
Hukum ke 4 dalam Taurat yaitu menunaikan hari Sabat bukan terbatas pada hari dan juga tidak pada satu bangsa saja, siapa yang membuka mata rohaninya untuk mendengar Firman Allah maka mereka juga akan mendapat berkat janji perhentian. Ada yang telah menafsirkan bagian ini secara sempit yaitu hanya tertuju pada Yudaisme, tetapi ada yang mengatakan bagi umat Kristen Yahudi atau sisa suku Israel.
Penafsir R.H.C.Lanski mengatakan janji perhentian ini tertuju kepada seluruh umat Kristen sampai suatu batas waktu saja. Sebenarnya arti dari surat Ibrani ini tidaklah dalam arti yang sempit, berita ini adalah untuk seluruh bangsa bukan hanya umat Kristen Yahudi saja atau kepada sisa umat Israel.
“Janji”, bhs Yunani= epabgelias, istilah ini biasanya digunakan di pengadilan. Dalam perjanjian suatu transaksi biasanya dilakukan dengan suatu syarat, sekalipun sudah tertulis namun jika tidak dilakukan sesuai dengan syarat yang tertulis, maka tidak dapat terealisasi. Seperti Tuhan Yesus menjanjikan akan datangnya Roh Kudus, jika janji ini tidak di iman i oleh umat tentu mereka tidak akan menerimanya.
Allah menjanjikan kepada manusia untuk memperoleh perhentianNya, syaratnya yaitu mendengar dan taat kepada FirmanNya, jika syarat ini tidak dipenuhi tentu saja tidak akan memperoleh apapun yang dijanjikan oleh Allah Karena itu janganlah sampai ada yang ketinggalan, terlambat atau kekurangan. Rombongan iman sudah berjalan sedangkan kita masih ketinggalan, dengan demikian akan mengakibatkan ketinggalan.
Di manakah tempat perhentian itu? Perhentian bukan masalah ruangan dan tempat, perhentian di sini lebih berbicara mengenai masalah rohani, masalah rileknya rohani kita. Allah itu Roh, bukan materi, maka tidak perlu adanya perhentian yang memerlukan ruang dan tempat, manusia memang memerlukan ruang dan tempat, sebab manusia terdiri dari materi. Sedangkan hati rohaninya manusia bukanlah materi, karena itulah hati rohani manusia memerlukan perhentian. Bagaimana agar hati rohani manusia mendapatkan perhentian? syaratnya yaitu mendengar dan taat kepada Firman Allah.
3. Beriman pada Firman yang didengar
“Firman” dalam Yohanes 1:1,2 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Kedua ayat ini menyatakan bahwa Firman itu berpribadi, mempunyai eksistensi yang benar, “Firman” telah menjadi manusia (Yoh 1:14). Firman ini berupa dan dapat bersama dengan tubuh materi, Firman itu juga dapat memiliki hubungan yang erat dengan manusia. Dalam Ibrani 4:12 lebih menjelaskan tentang sifat Firman, Firman itu milik Allah berasal dari Allah. Karena itu Firman yang diucapkan oleh Tuhan Yesus adalah Firman yang berkuasa besar yang dapat menyembuhkan penyakit, bersaksi tentang kebenaran, dan Firman itu memberikan pengajaran, penebusan dosa dengan darahNya, memberikan hidup kekal dan menjadi anak Allah. Inilah berita keselamatan yang sempurna.
Dari Ibrani 4:12 ini kita dapat belajar beberapa hal yang penting:
1. Firman yang diwahyukan Allah dalam Alkitab adalah sama.Berita yang disampaikan kepada Adam, Habel, Abraham, Musa, Rasul dan orang Kristen sama adanya. 2. Berita yang disampaikan kepada umat Kristen dan non Kristen sama tarafnya, mungkin taraf ada perbedaan, tetapisifatnya tetap sama. 3. Setiap orang yang menerima berita, berkewajiban untuk memberitakan kepada orang yang belum percaya. Ini merupakan suatu pernyataan yang paling baik dalam hal bertanggungjawab terhadap Firman yang diterimanya. 4. Bangsa Israel di padang gurun, berulang kali menerima Firman Allah, tetapi karena tidak menggunakan iman yang dipadukan dengan Firman yang didengar, akhirnya tidak dapat menikmati faedah Firman Allah. 5. Firman dan janji Allah hanya menyatakan khasiatnya atas diri orang yang beriman, sehingga mereka memperoleh perhentian.
Yosua dan Kaleb karena beriman pada Firman yang didengarnya itu makasebelum mereka masuk ke tanah Kanaan, dipadang gurun sudah memperoleh perhentian yang dijanjikan Allah. Tetapi Yosua dan Kaleb tidak dapat membantu orang Israel memadukan antara Firman yang didengar dengan iman, akhirnya umat Israel harus mati bergelimpangan dipadang gurun.
Tuhan Yesus bukan saja adalah Firman, tetapi Ia juga adalah yang menjadikan iman dan yang menyempurnakan. Untuk menerima janji perhentian tidak ada cara lain kecuali memadukan berita Firman dan ketaatan, kemudian memadukan Firman dengan iman, tanpa perpaduan tersebut sia-sialah ibadah yang dilakukan. Dan jangan harap akan memperoleh perhentian bagi hati rohani kita.
Amin.
| |