sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Text Box: Nats        :   HABAKUK 1-3
Penulis   :  Djong She Kiun 
Tujuan   :   Habakuk belajar tentang bagaimana ia harus tetap percaya kepada kemahakuasaan dan pemeliharaan Allah di tengah pergumulan dan ketidakadilan yang ia alami dan rasakan.
HARAPAN DI TENGAH SITUASI YANG  TIDAK DIHARAPKAN

 

 

 

 

 

 

 

Proposisi: Belajar dari Habakuk, setiap orang percaya seharusnya dapat tetap percaya kepada Tuhan meskipun berada di tengah keadaan yang tidak diharapkan

 

 

Pendahuluan:

Sejak masa kecil sampai dengan dewasa hidup kita selalu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Pertanyaan tentang bagaimana, mengapa dan kapan, kita mencoba melakukan penyelidikan yang mendalam untuk mendapatkan jawaban yang memuaskan. Tetapi semua jawaban yang diperoleh hanyalah kulitnya dan tidak pernah memuaskan. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab ini menimbulkan lebih banyak pertanyaan dan keluhan, dan keputusasaan. Beberapa orang memilih untuk hidup dengan keraguan tersebut, mengabaikannya dan terus melanjutkan hidupnya. Yang lainnya menjadi sinis dan keras hati. Tetapi ada juga orang-oang yang menolak pilihan-pilihan tersebut di atas dan terus bertanya, mencari jawaban.

 

Habakuk adalah orang yang terus mencari jawaban itu. Dari kesulitan yang dilihatnya, ia menanyakan pertanyaan yang sulit. Pertanyaan ini bukan hanya ujian

intelektual atau protes yang pahit. Habakuk melihat dunia yang sekarat dan ini menyakitkan hatinya. Mengapa kejahatan ada di dunia ini? Mengapa kejahatan menang dalam dunia ini. Ia membawa semua protesnya ke hadapan Allah dengan berani dan yakin.

 

Dari pergumulannya mencari jawaban Tuhan atas segala perkara yang terjadi di dalam kehidupannya, kita bisa belajar beberapa hal yaitu ;

 

1. Keberanian untuk menyerahkan segala perkara kepada Tuhan(1:1-4, 12-17)

 

Habakuk tinggal di Yehuda selama pemerintahan Raja Yoyakim (2 Raja 23:36-24:5). Kemungkinan besar Habakuk adalah teman sependeritaan Yeremia. Dan diperkirakan ia menulis buku ini sebelum Yoyakim naik tahta tahuN 610 atau zaman Yosia. Dari bukunya dapat dilihat bahwa dia sangat sensitive dan mengikuti sejarah dunia pada waktu itu dan bagaimana dia membawa itu kepada Tuhan. Dalam dialognya dengan Tuhan ia bertanya, “Mengapa Tuhan sering terlihat berbeda dalam menghadapi kejahatan; Mengapa Tuhan tidak menghukum kejahatan?”

 

Kesedihan akibat kekerasan dan kejahatan yang ia lihat di sekitarnya membuat ia semakin kecewa. Penindasan yang terjadi sepertinya dibiarkan Tuhan terjadi begitu saja. Kelaliman, aniaya, perbantahan, dan pertikaian terlihat dengan jelas di depan mata. Hukum tampaknya telah kehilangan kekuatannya, ketidakadilan muncul dimana-mana, orang benar diinjak-injak oleh orang fasik. Keadilan muncul terbalik. Dalam keadaan yang tidak nyaman dan menyedihkan seperti itu, Tuhan tampaknya tidak berbuat apa-apa, Tuhan seperti bisu dan tidak peduli pada umatnya dengan berbagai pergumulan mereka.

 

Habakuk mengasihi Allah dan membenci dosa. Dia membenci hal-hal yang dilihatnya terjadi di kalangan umat pilihan Allah. Dia sangat marah hingga sukar baginya untuk memahami apa sebabnya Allah tidak bertindak untuk mencegahnya. Sebenarnya, dia langsung merasa jengkel kepada Allah. Dengan kata lain,”Apakah maksud-Mu sebenarnya, Tuhan? Aku berseru kepada-Mu. Aku dapat melihat hal yang tak beres di sini. Kebenaran dan keadilan sedang dijungkirbalikkan, dan Engkau tidak berbuat apa-apa sama sekali untuk menghentikannya!”

 

Dalam kondisi seperti itu, wajar saja apabila umat Tuhan termasuk Habakuk mempertanyakan dan meragukan keberadaan Tuhan yang hidup, Tuhan yang berperasaan dan Tuhan yang kuasa. Mengapa Engkau melakukan hal ini Tuhan? Dan jika Engkau tidak melakukannya, lalu mengapa Engkau mengijinkannya terjadi? Bukan hal yang tidak mungkin kalau sebagian umat Tuhan memilih untuk hidup dengan banyak pertanyaan dan keraguan, tidak mustahil kalau ada diantara mereka yang mulai mengabaikan kehadiran Tuhan, sedang yang lainnya menjadi sinis dan marah serta meremehkan Tuhan.

 

Akan tetapi di dalam keadaan yang demikian Nabi Habakuk tidak memilih pilihan-pilihan di atas, sebaliknya dengan yakin dan berani ia percaya dan menyerahkan setiap pergumulan dan pertanyaan-pertanyaannya kepada Tuhan secara langsung. Ketika Tuhan terlihat membisu, ia tetap berseru dan berdoa mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Tuhan dan mempercayakan semua pergumulannya kepada Tuhan agar Tuhan sendiri yang bertindak untuk mengatasi setiap persoalan dan pergumulannya.

 

 

Aplikasi :

Dalam situasi kehidupan yang tidak nyaman dan tidak kita harapkan seringkali kita merasa sendirian tanpa Allah ataupun rekan yang dapat mengerti dan mendukung kita. Sering kita merasa Allah tidak berperasaan dan hanya bisa diam saja, sampai akhirnya kita menjadi kecewa dan mempertanyakan keberadaan Tuhan. Dalam situasi yang sangat terjepit seperti itu, masihkah kita bisa percaya dan mempercayakan hidup dan pergumulan kita kepada-Nya?

 

2. Ketekunan untuk menanti jawaban Tuhan di tengah situasi yang tidak diinginkan/diharapkan (1:5-11; 2)

Seruan Habakuk di ayat 2, “Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar” menunjukkan bahwa seruan dan teriakkan Habakuk ini bukan hanya terjadi satu atau dua kali. Bisa jadi ini adalah seruan dan teriakkan yang sudah terjadi bertahun-tahun lamanya - bahkan sampai terjadi perubahan pemimpin pemerintahan - tetapi tidak ada perubahan keadaan yang nyata, membuat Habakuk tidak berhenti untuk berseru kepada-Nya.

 

Allah meresponi pertanyaan Habakuk dan keadaan yang terjadi dengan tindakan-tindakan luar biasa yang mengejutkan Habakuk. Tuhan mengatakan kepada penduduk Yerusalem bahwa mereka akan heran dan tercengang-cengang atas apa yang dilakukan oleh Tuhan. Allah bersabda,”Aku telah membentuk sebuah rencana orang-orang Kasdim akan terbang menukik menyerang Israel. Mereka akan menyambar ke atasmu seperti burung elang. Seperti angin padang gurun yang panas. Jangan kuatir, mereka akan menyapu semua kelaliman yang telah kau cemaskan (Hab. 1:6-11).   

 

Bangsa Kasdim(Babel), yang hidup di barat laut Teluk Persia, mengembangkan kekuasaan secara cepat sekitar tahun 630 SM. Mereka mulai bergerak menyerang kerajaan Asyur dan Mesir untuk menjadi penguasa dunia terkuat. Tetapi mereka bertindak sama jahatnya dengan orang-orang Asyur, karena mereka suka mengumpulkan tawanan (1:9), bangga dengan strategi perang mereka (1:10), dan yakin akan kekuatan militer mereka (1:11) untuk menaklukkan bangsa-bangsa lain. Sehingga mereka berusaha untuk menjarah dan menaklukkan bangsa-bangsa lain dengan memanfaatkan kekuataan militer dan strategi perang mereka.

 

Penghukuman yang akan ditimpakan kepada Yehuda terletak di tangan orang Kasdim ini. Habakuk terkejut ketika menyadari bahwa Tuhan akan menggunakan bangsa yang lebih kejam dari Yehuda untuk menghukum Yehuda, padahal kekejaman dan kebiadaban orang Kasdim itu menyangkal kebenaran Tuhan.  Tetapi bangsa orang Kasdim tidak tahu bahwa mereka akan dipakai Tuhan untuk menolong Yehuda berbalik kepada-Nya, dan bahwa kebanggaan orang Kasdim akan kemuliaannya akan menjadi penyebab kejatuhannya. Kejahatan menghancurkan dirinya sendiri, dan itu berada di luar kontrol Allah. Di sini kita bisa melihat bahwa Tuhan dapat menggunakan sesuatu yang tidak biasa untuk memperbaiki kita.

 

Terhadap segala jawaban dan Firman Tuhan ini Habakuk mengambil sikap positif untuk menanti dengan tekun (2:1). Pengintai atau menara pengawas sering digunakan oleh para nabi untuk menunjukkan sikap yang berharap (Yes. 21:8,11; Yer. 6:17; Yeh. 3:17). Gambaran inilah yang digunakan untuk menunjukkan sikap Habakuk yang sabar menanti dan mengamati respon Tuhan. Menara pengawas biasa didirikan di tembok kota, sehingga pengawas apat melihat orang (musuh/orang asing) yang menuju kota dari jauh. Menara pengawas juga selalu dimanfaatkan dalam kebun-kebun anggur, khususnya pada masa panen. Dengan gambaran ini Habakuk ingin berada pada posisi yang terbaik dalam menerima pesan TUHAN.

 

Dalam pasal dua kitab Habakuk ini kita dapat menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Habakuk, di sini TUHAN menyatakan bahwa penghakiman, sekalipun lambat tapi pasti akan terjadi. Dan meskipun Tuhan menggunakan Bangsa Kasdim untuk menghukum Yehuda, Ia juga akan menghukum dosa-dosa mereka. Kejahatan dan ketidakadilan tetap akan dihukum.

 

Di tengah penantian ini, Habakuk terus berseru dengan tekun kepada Tuhan untuk segera menyatakan keadilannya terhadap situasi yang tengah terjadi. Tuhan menjawab Habakuk untuk bersabar. Tuhan akan mengerjakan rencana-Nya pada waktu yang sempurna. Tuhan ingin Habakuk tetap bersabar dan percaya penuh kepada Tuhan sekalipun tidak mengerti akan apa yang terjadi dan meskipun di dalam masa-masa yang sulit itu ia tidak melihat tanda-tanda pengharapan. Dan Habakuk melakukan hal itu. Ia tetap percaya akan janji Firman Tuhan kepadanya, ia tetap menanti dan berharap kepada penggenapan janji Tuhan meskipun dalam jangka waktu yang tidak sebentar ia tidak melihat tanda-tanda pengharapan bukti kepeduliaan Tuhan kepada umat-Nya.

 

Ilustrasi :

Sekitar tahun 60-an, seorang ibu yang sedang hamil tua diungsikan ke sebuah desa terpencil di Jawa Barat. Sebagai seorang  ibu yang baru pindah ke lingkungan yang baru, ia begitu kelabakan ketika ia tahu bahwa saat kelahirannya sudah diambang pintu. Ia tidak tahu dimana ia bisa meminta pertolongan bidan atau orang-orang yang ahli secara tradisional untuk membantu kelahiran anaknya. Oleh sebab itu tanpa disadarinya, lama-kelamaan bayi itu meninggal di dalam kandungan. Karena bayi tersebut meninggal di dalam kandungan dan ia tidak dapat mengeluarkan bayi tersebut, akibatnya ibu ini berbau busuk.

 

Tubuh yang berbau busuk ini menyebabkan tubuhnya berbau busuk dan banyak dihinggapi lalat. Melihat kenyataan ini, para tetangga di sekitarnya merasa sangat terganggu dan memaksa ibu ini untuk meninggalkan lingkungannya dan tinggal di hutan sampai akhirnya para tetangga membuang paksa ibu ini ke dalam hutan. Dengan hanya ditemani oleh salah seorang anaknya yang masih kecil ia tinggal di hutan tersebut tanpa bisa mengeluarkan bayi tersebut.

 

Di tengah keterasingannya, dalam keadaan fisiknya yang sakit dan dalam ketertekanan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, ibu ini ingat bahwa ada Seseorang yang tidak pernah meninggalkan dan tidak pernah mengasingkannya. Dia yang selalu ada dan setia menolongnya, yaitu Yesus. Karena itu di dalam keadaannya tersebut, ibu ini terus berdoa kepada Tuhan Yesus. Selama empat tahun ia berdoa, akhirnya pada tahun kelima, jahitan bekas operasi melahirkan anak sebelumnya, terbuka karena infeksi. Dari bekas luka itulah tulang-tulang bayi yang telah meninggal di dalam kandungan itu keluar. Dalam tahun kelima itulah akhirnya ia berhasil mengeluarkan dan membersihkan kandungannya.

 

Dalam kesaksiannya empat puluh tahun kemudian, ia berkata : “Tuhan Yesus sungguh luar biasa. Ia adalah Tuhan yang sungguh-sungguh terpercaya. Ia akan setia menolong dan menyertai saya dalam keadaan apa pun. Oleh sebab itu, dalam keadaan apa pun saya mau tetap percaya dan mau terus berdoa untuk mengandalkan Dia. Karena hanya Yesus yang dapat memberi pengharapan kepada saya.”

 

Aplikasi :

Kita patut bersyukur, karena kita bisa dengan mudah dan leluasa mendengar dan membaca janji Tuhan untuk seluruh aspek hidup kita.  Demikian juga dengan janji penyertaan dan pemeliharaan-Nya di tengah pergumulan hidup kita yang sulit, di tengah ketidakpastian, dan ketidakadilan yang menimpa kita. Akan tetapi di saat kita berseru kepada Tuhan dan kita tidak menemukan tanda-tanda kepedulian Tuhan atas seruan kita, kita cenderung tidak sabar menanti tindakan Tuhan dan akibatnya kita menjadi kecewa dan putus asa. Belajar dari Habakuk, maukah kita tetap besabar menanti penggenapan janji Tuhan atas setiap pergumulan hidup kita, meskipun dalam masa-masa penantian itu kita harus menunggu dengan waktu yang panjang dan tanpa tanda-tanda yang bisa memberikan pengharapan pada kita?

 

3. Keyakinan yang teguh kepada Allah yang berdaulat di tengah situasi yang tidak memungkinkan(3:1-17)

 

Dalam pasal tiga ini kita melihat bahwa, Habakuk tahu  Tuhan banyak berkarya bagi Israel pada waktu yang lalu. Perbuatan-perbuatan besar itu diantaranya adalah peristiwa exodus dari Mesir (Mzm. 77:12-20), pemberian tanah Kanaan (Mzm. 44:1-3), dan penghancuran musuh-musuh Israel. Dari gambaran ini dapat disimpulkan bahwa Tuhan sanggup mengubah segala sesuatu dan memakai setiap peristiwa alam dan lainnya untuk menunjukkan kuasa dan kedaulatan-Nya.

 

Dari peristiwa-peristiwa tersebut Habakuk juga percaya bahwa kejahatan tidak akan menang selamanya. Tuhan mengontrol semuanya dan Ia dapat dipercaya sepenuhnya untuk membela orang-orang yang setia kepada-Nya. Habakuk tahu bahwa Tuhan akan mengajar orang-orang Yehuda dan ini bukanlah pengalaman yang menyenangkan. Tetapi Habakuk menerima kehendak Tuhan dan tetap meminta pertolongan dan anugrah-Nya.  Habakuk tidak meminta agar Tuhan menghilangkan disiplin tersebut, sebaliknya ia menerima kebenaran bahwa Yehuda harus diberi pelajaran. Dalam hal ini ia percaya bahwa Tuhan akan mendidik anak-anak-Nya dengan penuh kasih untuk membawa mereka kembali kepada-Nya.

 

Panen yang gagal dan kematian binatang (3:17-19) akan menghancurkan Yehuda. Tetapi Habakuk yakin bahwa dalam saat kelaparan dan kehilangan  seperti itu , ia akan tetap bersukacita di dalam Tuhan. Perasaan Habakuk tidaklah dikontrol oleh kejadian-kejadian di sekitarnya akan tetapi oleh iman kepada kuasa Tuhan yang memberinya kekuatan.

 

Ketika tidak ada yang dapat diandalkan dan ketika setiap perkara tidak sanggup ditanggungnya, Habakuk tetap ingat bahwa Tuhan akan memberinya kekuatan. Ia mengarahkan pandangannya bukan pada masalah yang dihadapinya melainkan pada Tuhan. Ia yakin Tuhan akan memberinya kemampuan untuk berlari seperti rusa melewati setiap kesulitan dan bahaya serta untuk mengatasi setiap kejahatan. Keyakinan ini didasari oleh janji Tuhan bahwa kejahatan tidak akan berkuasa selamanya.

 

Di dalam keterbatasannya, Habakuk melihat kontrol Tuhan yang tidak terbatas atas seluruh peristiwa dunia.Tuhan hidup dan ia sanggup menguasai setiap keadaan di dunia ini. Walaupun Habakuk tidak dapat melihat apa yang sedang Tuhan lakukan dan apa yang akan Tuhan lakukan, ia tetap yakin bahwa Tuhan yang ia percaya adalah Tuhan yang hidup dan akan melakukan apa yang baik. Pengetahuan ini memberikan keyakinan dan harapan di dalam dunia yang membingungkan ini.

 

Aplikasi :

Saudara, seberapa besar kita dapat tetap percaya kalau Tuhan itu berkuasa dan berdaulat untuk menjadi pembela kita di tengah pergumulan, ketidakadilan dan kegagalan yang menimpa kita?  Seberapa berani kita mempercayakan hidup kita kepada-Nya ketika situasi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita sepertinya terjadi di luar kontrol Tuhan?