| |
Tema : PEMBAHARUAN HIDUP ORANG PERCAYA Nats : Efesus 4:20-24 Penulis :Saumiman Saud Tujuan : Agar
jemaat dapat hidup sesuai dengan pembaruan yang telah diterimanya dari
Tuhan, sehingga menjadi manusia baru yang telah diperbarui roh dan
pikirannya. Kisah ini mewakili banyak perusahaan dan manusia yang begitu sukar untuk berubah. Orang percaya juga demikian, ada tuntutan perubahan di dalam hidupnya, perubahan dalam arti menuju yang lebih baik dan positif. Perubahan yang menyangkut seluruh kehidupannya, memang sulit; tetapi harus tidak boleh tawar menawar. Mari kita lihat apa yang diajarkan firman Tuhan melalui rasul Paulus ini : 1. Pembaharuan dari kebenaran yang semu menuju Kebenaran yang Nyata Lihat ayat 20, catatan Paulus dimulai dengan kata "Tetapi" yakni kontras dari keterangan sebelumnya. Ayat-ayat di atas dijelaskan mengenai orang-orang yang tidak mengenal Allah, kehidupan mereka jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan dan kedegilan hati mereka. Dikatakan lagi bahwa perasaan mereka telah "tumpul" karena mereka menyerahkan dirinya kepada dosa sehingga dosa yang berkuasa atas diri mereka. Penolakan terhadap firman Allah dikira sebagai kebenaran; dan kepercayaan mereka beralih kepada filsafat-filsafat modern; padahal itu sebenarnya suatu langkah menuju kepada kegelapan dan kebinasaan. "Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh" (bnd Roma 1:22). Namun kepada orang-orang yang percaya ada tuntutan yang lebih, sebab dikatakan "Kamu telah belajar mengenal Kristus" Paulus tidak mengatakan bahwa kamu telah "Belajar mengenai Kristus", sebab banyak sekali orang-orang belajar "Mengenai" Kristus namun sesungguhnya mereka tidak "mengenal" Kristus; sehingga keselamatan itu tidak diperolehnya. Ada orang-orang tertentu bahkan sekolah Teologi yang mengambil waktu cukup banyak menyelidiki mengenai Tuhan Yesus, namun tujuannya bukan untuk mengenal Yesus; justru mencari kelemahan-Nya; orang-orang tersebut tidak ada niat untuk mengenal Kristus. Mengapa kita harus belajar mengenal Kristus? Sebab Kristus itu hidup dari dulu sekarang sampai selama-lamanya, dan melalui firmanNya Ia berbicara kepada kita, demikian sebaliknya melalui doa kita berbicara kepada-Nya. Oleh sebab itu mereka yang sudah mengenal Kristus, semestinya ada perubahan dalam hidupnya sesuai dengan porsi pengenalan yang sudah dipelajarinya. Namun dasar manusia itu sukar berubah , padahal mereka tahu bahwa perubahan itu menuju kepada yang lebih baik. Saya jadi teringat seorang ibu yang saya kenal di salah satu gereja, beliau ini semestinya bersuka-cita karena anak-anaknya sudah dewasa dan bahkan mampu membelikan sebuah rumah baru yang cukup besar baginya, menurut kita cukup ideal. Namun ibu ini tetap saja tinggal di rumahnya yang lama, padahal rumahnya itu sudah kelihatan seperti gubuk dan bocor kalau hujan. Alasannya rumah lama lebih nyaman, sebab sejak ia masih muda sudah tinggal di sana, ada kenang-kenangan tersendiri; sementara rumah barunya dibiarkan kosong. Akhirnya apa yang terjadi, suatu hari si ibu itu muali sakit, singkat cerita ia meninggal dunia. Sehingga ia tidakmpernah menikmati rumah yang dibeli oleh anaknya. Mengapa kita sulit berubah atau diperbaharui? John C Maxwell di dalam bukunya "Developing the Leader within You" (Mengembangkan Kepemimpinan di dalam diri anda) mengemukakan bahwa kita sulit menghadapi perubahan karena rutinitas kita akan terasa terganggu, kita takut kalau mengahadapi kesulitan. Atau karena orang-orang sudah terlalu puas dengan keadaannya sekarang ini. Kebenaran semu menghendaki kita tetap begitu saja, tidak perlu berubah, namun Kebenaran sejati menghendaki kita berubah sedemikian rupa. Orang yang belajar mengenal Kristus berarti dia mempunyai hubungan yang erat dengan Kristus; sehingga dari hari ke hari ia dapat mengenal Dia lebih baik, ia akan berubah. Kekristenan membawa kita berputar arah seratus delapan puluh derajat, dari konsep pemikiran yang sia-sia menuju konsep pemikiran yang berpengharapan. Semakin kita mengenal Kristus dan kebenaran-Nya maka semakin membuat kita mengasihi-Nya. Ketika kita sudah sampai tahap mengasihi-Nya maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak apa yang diperintahkan-Nya kepada kita. Itulah kebenaran yang sejarti yang harus selalu ada dalam kehidupan kita. Pada tahap inilah konsep pengenalan kita akan Kristus lebih jelas dan dekat, maka secara otomatios seluruh aspek kehidupankita akan dipengaruhi dan berubah menjadi lebih baik. Dengan demikian kalau kita saat ini masih sekolah, maka tujuan sekolah kita bukan lagi asal mendapatkan pengetahuan dan ijazah, namun kita tahu di dalamnya itu ada rencana Tuhan, kita kenal orang-orang dan mereka adalah sasaran misi kita. Demikian juga ketika kita kerja bukan hanya konsentrasi mencari uang saja, tetapi kita tahu Tuhan ingin kita bertanggung-jawab dan meneruskan pekerjaan-Nya. Di dalam berkeluarga juga bukan hanya sekadar melanjutkan keturunan, namun kita akan membentuk team yang lebih kuat untuk memperluas Kerajaan Allah. Dengan demikian maka Ketika kita datang beribadah di gereja hari ini, bukan lagi karena merupakan peraturan gereja atau karena merasa ada yang kurang jika hari minggu tidak datang ke gereja? Namun karena di dalam hidup kita ada roh yang sudah diperbaharui dan mendorong kita untuk bertemu dengan Roh yang sesungguhnya dalam satu ibadah bersama. Pernahkah anda merasakan hal ini terjadi dalam hidup anda? Kalau belum, minta pertolongan pada Tuhan supaya Dia mengubah kita. 2. Pembaharuan dari manusia lama menuju Manusia yang baru Sebagai orang percaya yang sudah ditebus oleh Kristus di atas kayu salib, kita tidak bisa hanya berubah di dalam konsep pemikiran saja, tetapi juga seluruh tingkah pola yang tercakup di dalamnya. Daya tarik manusia lama kita sangat kuat, sering kali kita ditarik begitu rupa supaya kembali ke sana lagi. Itu sebabnya kita perlu imbangi dengan pengenalan kita pada Tuhan yang terus-menerus. Hidup orang percaya adalah perubahan terus-menerus menuju sempurna; seseorang yang hidup dibawah kuasa kehidupan manusia lama menuju kepada kemerdekaan yang dibentuk di dalam ruang lingkup manusia baru sesuai kehendak Allah. Perubahan ini membutuhkan proses yang tiada hentinya. Namun, pada saat proses ini berlangsung bukan merupakan suatu alasan untuk memaklumkan seseorang kembali kepada manusia lamanya. Di dalam ayat 23-24 yang merupakan ringkasan Roma 5-8, rasul Paulus menjelaskan bahwa ada persamaan antara orang-orang percaya dengan Kristus di dalam hal kematian, penguburan dan kebangkitan (bnd Kol 3, Efesus 2: 4-6). Kewarganegaraan orang yang percaya berubah, dari warga Duniawi menjadi warga Surgawi; dari status yang tidak menentu menjadi menentu; dan segala pikiran serta keinginan kita yang dikuasai hawa nafsu, menjadi dikuasai Kristus. Begitu hati kita dibuka untuk mengundang Yesus masuk ke dalam, maka pada saat yang sama rasul Paulus katakan, kita harus menanggalkan jubah kematian dan mengenakan jubah keselamatan. Orang yang hidup tanppa Kristus, sangat terikat pada manusia lamanya , keserakahan serta keinginan yang tidak kenal batas selalu ada. Paulus di sini memakai istilah pleonexia, orang Yunani mengartikan sebagai "Ketamakan yang angkuh", "cinta harta yang terkutuk", " hasrat untuk memiliki barang orang lain tanpa mengindahkan tuntutan hukum". Dengan kata lain istilah itu berarti nafsu serakah yang mengorbankan orang lain untuk kepentingan diri sendiri, pleonexia ialah hasrat seseorang yang tak terkendalikan untuk memiliki sesuatu yang bukan haknya. Rasul Paulus melihat bahwa di dunia orang-orang yang belum percaya, ada tiga persoalan yang cenderung sangat berbahaya. Yang pertama ia melihat bahwa hati manusia begitu kerasnya seperti batu, sehingga orang-orang sama sekali tidak sadar kalau mereka itu berdosa. Yang kedua ia juga melihat bahwa dosa begitu menguasai kehidupan manusia, sehingga manusia tidak kenal malu dan sopan-santun; dan yang ketiga ia juga melihat manusia itu sangat tergantung pada hawa nafsu, sehingga ia tidak peduli pada orang lain, yang penting nafsunya terpuaskan. Semua ini nyata terlihat oleh Paulus, oleh karena itu melalui surat ini ia menghimbau kepada orang-orang percaya "Tanggalkanlah cara hidupmu yang lama sama seperti engkau menanggalkan baju tuamu; berpakaianlah dengan cara yang baru; tanggalkan segala dosamu dan kenakan kebenaran dan kesucian yang Allah berikan kepadamu." Pada saat "manusia lama" masih bercokol dalam diri seseorang, maka ia merasa senang kalau lawannya itu gagal atau celaka, namun kalau dia sudah menjadi "manusia baru" saat itu sudah lain, Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengasihi musuh, inilah konsep orang percaya yang standardnya lebih tinggi dari yang lain. Ilustrasi: Ada seorang petani sangat kesal dengan anak-anak nakal sekitar rumahnya yang seringkali mencuri semangka di ladangnya. Akhirnya ia menemukan akal untuk mengerjai anak-anak nakal itu. Di tengah-tengah ladang diberinya tulisan besar-besar yang ditancapkan dengan bambu, Bunyi tulisan itu: "AWAS, SATU DARI SEMANGKA-SEMANGKA INI TELAH DISUNTIK DENGAN PESTISIDA YANG BERACUN." Malam harinya petani itu tersenyum karena melihat anak-anak itu pergi tanpa mengambil semangka satupun, ia pun bisa tidur dengan nyeyak Pagi harinya ia turun keladang untuk memastikan keberhasilan triknya. Benar-benar berhasil ia berguman di dalam hati, Tidak terlihat tanda-tanda ada semangka yang hilang dari ladangnya.Namun ia agak kaget menemukan kertas karton di sebelah tulisan yang ia buat. Kertas itu
bertuliskan:"KINI ADA DUA SEMANGKA YANG TELAH DISUNTIK PESTISIDA" 3. Pembaruan dari roh dan pikiran yang menyesatkan menuju Keselamatan Sebelum bertobat, roh dan pemikiran kita masih dikausai si jahat, sehingga tidak ada yang baik di dalam pemikiran kita, termasuk orang-orang disekitar kita. Curiga, takut dirugikan, takut disakiti, takut dilukai selalu menghantui seseorang. Karena dia sendiri memang suka melakukan hal itu pada orang orang lain. Pada saat pikiran kita mulai memahami firman Tuhan, maka pikiran kita lambat laun diperbaharui oleh Roh Kudus, dan pembaharuan ini membawa kita pada suatu hidup yang diubahkan. Rasul Paulus mengemukakan ini karena ia sendiri sudah mengalami perubahan itu, pengalamannya sebagai pembantai pengikut Yesus, samapi puncak pada puncak pertobatannya ia yang akan dibantai karena mengikut Yesus. Ini merupakan perubahan nyata yang cukup drastis; serta mempengaruhi orang banyak. Coba kita renung dan koreksi hidup kita masing-masing, sebelum engkau dan saya percaya pada Tuhan Yesus pada masa lalu dengan saat ini sesudah kita percaya pada-Nya; kira-kira perubahan apa saja yang terjadi di dalam hidup kita?. Mungkin yang kelihatan adalah dulu kita kalau hari minggu tidak ke gereja dan kita senang pergi rekreasi atau jalan-jalan, namun sekarang kita setiap minggu ke gereja, dulu tidak pernah baca Alkitab sekarang mulai membacanya. Lalu permisi tanya, apakah hanya itu? Bagaimana dengan hal-hal yang tidak kelihatan? Itu sebabnya perubahan diri itu harus lengkap, menyangkut yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, yakni perbuatan dan hati kita. Coba banding dalam kata asli (Yunani), maka kata "pikiran" merupakan bentuk genetif kata "roh". Sehingga jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia sesungguhnya, "Supaya kamu diperbaharui di dalam roh pikiranmu (The spirit of your mind)." Namun dalam bahasa Inggrisnya, kata spirit diganti dengan kata attitude(sikap, Karena kata spirit (pneuma) selain berarti roh juga semangat, jiwa yang berkeinginan, dorongan hati atau sikap. Maka New International Version (NIV) menafsirkan dan menggunakan kata itu sebagai "attitude of your mind" yang artinya "sikap daripada pikiranmu". Tetapi kata yang tepat digunakan adalah the "spirit of your mind". Dalam bahasa Inggrisnya lebih ditekankan bahwa itu merupakan satu dorongan roh yang membentuk pikiran kita. Pembaruan iman kristen adalah pembaruan didalam roh pikiran karena itu pembentukan dari dalam keluar. Yang utama dari dalam berubah terlebih dahulu, akan diikuti dari luar, yang berbahaya kalau yang diubah hanya dari luar saja, yang di dalam tetap membatu. Nah sekarang apakah kita sebagai orang percaya sudah diperbaharui oleh Tuhan? Apa bedanya kita dengan orang-orang yang tidak percaya? Kita berkata, sekarang ini saya orang Kristen, sudah pernah mengikuti kelas Katekisasi kurang lebih tiga bulan, kemudian sudah dibaptis. Saya juga sudah mengikuti kelas pembinaan di gereja, mengikuti sel group , mengikuti Paduan Suara, bahkan sebagai guru Sekolah Minggu. Namun apa pengaruhnya kekristenan itu bagi saya? Alkitab berkata di dalam II Korintus 5: 17 "Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang" Itu sebabnya, kita bukan kita yang dulu lagi, tetapi kita adalah kita yang sekarang yakni ciptaan baru. Tatkala kita menerima Tuhan Yesus dan Kematiaan-Nya sebagai penebusan atas dosa-dosa yang kita perbuat, maka Allah tidak pernah memaksakan kehendak-Nya pada kita. Ia hanya bekerja di dalam hidup kita apabila kita dengan suka-rela mengizinkan Dia bekerja. Walaupun sesungguhnya menjadi orang percaya sepatutnya ada perbedaan besar dalam hidup, namun kalau kita memilih hidup yang tidak sesuai dengan Alkitab, tidak ada yang bisa melarang kita. Hambatan terbesar yang membuat kita tidak bisa berubah adalah karena terlalu sering kita membandingkan kehidupan kita dengan orang-orang Kristen lainnya. Kita katakan, lihat orang itu, padahal mereka sudah lama menjadi orang percaya, nampaknya kita lebih baik sedikit daripada mereka" Standard perbandingan kita adalah Tuhan, bukan manusia, baca apa yang Paulus tulis di dalam II Korintus 10 :12 "Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri dan membandingkan diri mereka sendiri" Bahkan kalau kita lihat tokoh-tokoh Alkitab Abraham, Musa, dan juga nabi-nabi besar seperti Yesaya dan Daniel mereka adalah manusia biasa ada kelemahannya, mereka tidak sempurna. Namun Tuhan tidak pernah meninggalkan satu dari antara mereka, Daniel ditinggikan, seorang malaikat berkata "Engkau orang yang dikasihi", sedangkan Yesaya diberitahu bahwa "Kesalahanmu telah dihapus". (Yesaya 6:5 dan Daniel 10) Manusia itu ada kelemahannya, Allah tidak mau kita membandingkan diri kita dengan sesama kita, lalu menundah perubahan hidup kita. Sekarang bagaimana sikap
perubahan yang seharusnya bagi orang-orang percaya? Sikap kita yang
diperbaharui adalah merupakan sikap yang di dalam diri kita ada kekuatan
dorongan kasih yang melimpah. Mengenai tindakan kita, maka jikalau kasih
adalah tujuannya, tindakan kita pasti akan berubah. Kita bisa saja setiap
hari membaca berpuluh-puluh sampai bertus-ratusan ayat Alkitab dan kita
mengerti semua yang diinginkan oleh Tuhan, kemudian kita mendengar kotbah
baik dari kaset maupun melalui Televisi, ditambah lagi buku-buku rohani yang
kita baca cukup banyak, namun kita harus menyadari bahwa semua tuntutan di
dalamnya tidak bisa dipraktekkannya dengan kekuatan kita sendiri. Kita
harus dengan rendah hati mebiarkan sifat Allah itu menjadi sifat kita. Hal
ini sangat ditekankan di dalam Galatia 5:24-26, "Mereka yang telah menjadi
milik Kristus, telah menyalibkan keinginan mereka yang jahat pada salib-Nya.
Dengan demikian ada satu hal yang sangat penting dalam peringatan ini
| |