sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema                :  Menjadi Gembala Yang Baik

Nats                 :  I Petrus 5:1-4

Penulis              :  Suyamti

Tujuan : Agar pendengar tahu beberapa karakter penting dari seorang gembala sehingga  dapat menggembalakan domba-domba milik Allah dengan penuh tanggung jawab.

Pendahuluan

Surat Petrus ini ditulis oleh Peterus di tujukan kepada jemaat-jemaat yang sudah tersebar menjelang  penganiayaan besar pada zaman kaisar Nero, sekitar tahun 63 awal 64 M.  Sehingga salah satu tujuan dari ditulisnya surat ini khususnya pasal ini adalah untuk mempersiapkan seorang pemimpin yang nantinya juga akan menyiapkan jemaat untuk dapat bertahan di dalam penderitaan pada waktu itu.

Hal ini nampak dalam pasal 5:1, bagaimana Petrus memberi nasehatnya kepada para pemimpin jemaat untuk tetap setia melayani, walaupun  penganiayaan mengancam mereka, Peterus mengahrapkan agar para pemimpin ini tidak melarikan diri dari tugas dan tanggungjawab mereka.  Petrus menasehati para pemimpin /penatua untuk menggembalakan domba milik Allah yang dipercayakan kepadanya.  Tugas penggembalaan ini merupakan suatu tugas pendelegasian yang pertama kali diberikan oleh Tuhan Yesus kepada Peterus lihat Yoh. 21: 15-17, yang diharapkan tugas penggembalaan ini terus berlangsung, bahkan menjadi suatu tugas estafet yang semula telah diberikan oleh Tuhan Yesus sebagai gembala Agung kepada Petrus,  kemudian diharapkan dapat diteruskan kepada penatua yang tersebar (I Pet.1:1).

Pada ayat 1 dari bagian ini dikatakan Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu ini memberikan suatu indikasi bahwa domba-domba yang ada dan digembalakan adalah merupakan suatu pemberian yang disertai suatu kepercayaan.  Dan bukan sekedar suatu pemberian biasa melainkan suatu pemberian yang berharga. Mengapa? Karena sesungguhnya domba-domba ini adalah milik dari sang Gembala Agung yang dijadikan diperoleh dengan harga yang mahal dan dibayar dengan darah Anak Domba Allah (Kis. 20:28).

Dengan demikian kita melihat adanya suatu tanggungjawab terhadap kepercayaan yang telah diberikan.  Lebih jauh lagi jika kita melihat dalam terjemahan lain frasa tadi diikuti dengan adanya kalimat yang menegaskan Under Your Care, serving as overseers yang dapat dimengerti dengan menggembalakan domba-domba yang ada di dalam perlindungan kita dan kita layani dengan perhatian yang penuh.  Dengan demikian tugas dari seorang gembala tidak hanya dimengerti sebagai memimpin tetapi juga menuntun, menjaga, memperhatikan, melindungi dari bahaya.  Dari uraian di atas nampak bahwa:

Saudara,  menjadi gembala tidak berarti menjadi pendeta, tetapi bila kita lihat dari artinya yaitu melindungi, menuntun dan memelihara, maka setiap jemaat yang terpanggil sebagai orang-orang percaya seharusnya juga terpanggil untuk melayani Tuhan, sesuai dengan talentanya masing-masing.  Apapun wujud pelayanan kita, entah itu sebagai majelis, pengurus komisi, guru-guru sekolah minggu, sadarkah saudara bahwa Tuhan mempercayakan domba-domba milik-Nya untuk digembalakan?  Lalu, sikap apa yang kita tunjukkan kepada Tuhan sebagai Gembala Agung kita ketika kita menggembalakan domba2-Nya.

Menggembalakan domba-domba milik Allah sebagaimana seharusnya adalah merupakan tanggungjawab kita terhadap Allah karena hanya dengan menunaikan tanggungjawab inilah kita akan dilayakkan untuk menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu

Untuk dapat menunaikan tanggungjawab penggembalaan ini perlu bagi kita untuk memperhatikan beberapa karakter penting dari tugas ini antara lain

1. Menggembalakan dengan Sukarela (Ay. 2)

Karakter pertama yang ditekankan disini adalah jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela.  Ada kekontrasan antara sikap terpaksa dengan sukarela.  Kata paksa di dalam terjemahan lain berarti suatu keharusan yang membawa kepada keadaan tidak leluasa.  Yang kemudian mengacu juga kepada tidak adanya keinginan sama sekali dan bahkan keadaan tertekan, terikat dari sang gembala.  Makna ini kemudian dipertegas lagi oleh frasa selanjutnya yakni dalam kata sukarela.  Kata sukarela ini dapat berarti tanpa paksaan namun di dalam terjemahan lain kata yang digunakan adalah willingly yang dapat dipahami sebagai adanya suatu kemauan yang datang dari dalam dan berkaitan erat dengan diri pribadi itu sendiri dapat diartikan dengan berkemauan atau berkehendak.   Hal ini berarti tugas penggembalaan ini merupakan kemauan/ kehendak yang muncul dari hatinya sehingga tidak ada unsur paksaan ataupun terpaksa..  dengan kata lain perlu adanya kerelaan dalam menggembalakan.

Mengapa karakter kerelaan ini sangat penting?  Karena sesungguhnya pekerjaan menggembalakan itu bukanlah pekerjaan yang mudah.  Poimano untuk kata gembala itu sendiri mengandung tiga arti yaitu melindungi dari serangan/sesuatu yang mengancam jiwa domba-domba; menuntun pada jalan yang aman yang tidak berhahaya dan memelihara yaitu bertanggung jawab atas kehidupannya. Maka bila seorang gembala yang dengan terpaksa pasti tidak akan mengalami sukacita dan bahkan tertekan sehingga dapat dipastikan ia tidak mungkin dapat melakukan tugasnya dengan baik dan bahkan kemungkinan lain adalah ia hanyalah seorang gembala upahan yang dengan mudah akan melepaskan tanggungjawab ini (Yoh.10:12).

Dengan sukarela ataukah dengan terpaksa ketika kita menjalankan tugas ini? Mari kita jalankan tugas pelayanan kita dengan sukarela untuk kemuliaan nama Tuhan.

2. Menggembalakan dengan Pengabdian Diri (3)

Karakter kedua yang ditekankan disini adalah jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.  Frasa karena mau mencari keuntungan dalam terjemahan lain dikatakan bukan untuk keuntungan yang kotor atau keuntungan yang memalukan atau lebih spesifik lagi NIV menggunakan kata tamak akan uang

Dari bagian ini nampak bahwa yang menjadi motivasi dan objek dari pengabdian itu sendiri bukanlah kepada sang pemilik domba yang telah mempercayakan domba-dombanya tetapi lebih kepada mencari keuntungan yang jelas kotor dan bukan menjadi miliknya atau bagiannya. 

Sementara itu kata pengabdian diri yang digunakan di sini adalah menunjukkan kepada suatu keinginan yang begitu kuatnya untuk melayani.  Yang mendorong seorang gembala untuk melayani seharusnya adalah keinginannya yang begitu kuatnya untuk memperhatikan domba-domba itu sendiri dan bukannya kepada apa yang dapat diambil ataupun keuntungan kotor yang diraihnya dari domba-dombanya. 

Sdr, ketika Petrus memberikan nasehat dia sangat mengerti bahwa masalah uang ataupun materi merupakan sesuatu yang sangat peka dan rawan bagi seorang  pemimpin.  Oleh karena itu ia berkata jangan sengaja mencari keuntungan diri atau mencintai uang yang akan menimbulkan kejahatan dan akan melupakan panggilan yang mula-mula sebagai seorang gembala.  Maka Petrus mengatakan jangan mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri.

Sdr, pengabdian adalah dimana seseorang yang memberi diri menjadi abdi atau hamba, menjadikan diri hamba.  Hal ini tentunya tidak mudah, sebagai seorang gembala sering kita sudah punya image dihargai dan dihormati lebih dari yang lain.  Tetapi kalau kita melihat arti sebenarnya bukanlah demikian menjadikan diri menjadi hamba untuk siap melayani domba-dombanya.  Fil.2:7 Yesus sendiri memberikan teladannya bahwa harga yang harus dibayar ketika Dia menyelamatkan manusia Dia rela mengosongkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.  Dan dalam keadaan sebagai manusia , Ia telah merendahkan diri-Nya taat sampai mati.

Panggilan seorang gembala ada dalam diri terlihat dalam kehidupan Tuhan Yesus yang mengabdikan diri-Nya. Markus 10:45 Karena Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.  Inilah wujub dari pengabdian diri-Nya.

Sdr, ada seorang pelayan Tuhan yang melayani di sebuah panti jompo, tempat untuk merawat para orang-orang tua di masa tua mereka.  Setiap hari pelayan Tuhan ini bertugas untuk menemani oma-oma yang ada di tempat itu untuk berdoa.  Bermacam-macam permintaan pokok doanya dari kesehatan, keluarga sampai keinginannya untuk menikah lagi  padahal umurnya sudah 70 tahun lebih.  Setiap kali si pelayan Tuhan selesai mendoakan mereka, ia selalu mengatakan kepada oma-oma ini: “Tuhan Yesus mengasihi mak” dan disambut dengan senyuman.

 Tetapi, suatu hari setelah ia selesai mendoakan seorang oma, seperti biasanya ia mengatakan “mak Tuhan Yesus mengasihi emak”  Namun apa jawab oma itu? “enggak mau!”  Pelayan Tuhan itu mengulangi lagi “Tuhan Yesus mengasihi emak!”, tapi  oma ini lebih kencang “Enggak mau!!!”  Dalam hati si pelayan Tuhan ini mengatakan, oma ini bagaimana sih dikasihi saja tidak mau, akhirnya ia keluar tanpa mengtakan apa-apa lagi, sebab takut oma itu berteriak dan perawat masuk.  Tetapi sebelum pintu tertutup rapat ia sekali lagi memandang oma itu dan oma itu betul berteriak lagi ”Tidak mau” sambil menuding lukisan didinding.  Oma itu sekali lagi berteriak dengan teriakan yang berbeda yaitu “tidak mau, Yesusmu bau!” Apa saudara lukisannya?  Ternyata itu adalah lukisan Yesus sebagai gembala yang sedang menggendong domba-Nya.  Ternyata oma itu tidak mau karena Tuhan Yesus itu seorang gembala, dan Ia pasti menjadi bau karena menggendong domba. 

Sdr, itu yang Tuhan Yesus lakukan  untuk kita, demi menggembalakan dan menyelamatkan kita, Ia rela menjadi bau, menjadi bau karena dosa-dosa kita yang begitu menjijikkan.  Allah yang Maha Tinggi dan Mulia itu, mau merendahkan diri untuk menjadi bau karena kita.

Saudara, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengabdi artinya menyerahkan diri/hidup menjadi hamba.  Kraton Susuhanan di Surakarta, masih ada seorang raja yaitu Pakubuana XII, yang mempunyai banyak abdi dalem.  Para abdi dalem ini, kalau dilihat dari gajinya tidak memenuhi UMR.  Tetapi mereka dengan setia melayani raja seumur hidupnya tanpa memperhitungkan upah yang dia terima.  Karena upah bukan tujuan bagi para abdi dalem tetapi dapat melayani rajanya baginya sudah bersyukur.

            Saudara sejauh mana pengabdian diri kita kepada Tuhan yang sudah mempercayakan untuk melayani domba-domba-Nya?  Apakah kita telah melayani Dia tanpa mencari keuntungan diri, kemegahan diri, tidak menjadikan pelayanan kita untuk kepentingan diri sendiri?  Mari ikuti teladan Sang Gembala Agung, yang rela mengorbankan diri-Nya demi domba-domba-Nya.

3. Membagi Hidup (Ay. 3)

Karakter ketiga yang ditekankan disini adalah  Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.  Frasa “berbuat seolah-olah … mau memerintah “ disini dalam terjemahan lain menggunakan kata menjadi tuan, atau menjadi dominan terhadap domba-dombanya.  Menjadi tuan itu jelas mengindikasikan bahwa panggilan untuk melayani itu tidak ada lagi (Mrk. 10:45).  Yang ada hanyalah panggilan untuk menguasai, kata memerintah ini juga mengandung pengertian memeras dan memerintah dengan keras (Mrk. 10:42).

  Petrus mengontraskan sikap menguasai ini dengan menekankan karakter untuk

“menjadi teladan.”   Frasa ini di dalam terjemahan lain menggunakan kata menjadi contoh secara terus menerus atau membuktikan diri dengan menjadi contoh.  Hal ini jelas bertentangan dengan sikap menguasai atau memerintah, sang gembala itu tidak hanya mengeluarkan perintah dari mulutnya dan dengan sesuka hatinya untuk apapun dikehendaki, tetapi ia wajib untuk memberikan contoh terlebih dahulu untuk apa yang dikatakannya secara terus menerus, agar dapat ditiru oleh domba-dombanya.

Aplikasi

Saudara, ada istilah “jangan omdo’ atau jangan omong doang, tetapi buktikan!”  Memang saudara,  perbuatan, atau sikap hidup yang kita tunjukan akan lebih mujarab ketika kita mau menjadi teladan bagi orang lain.  Jangan kita menuntut domba-domba kita untuk melakukan ini dan itu, sedangkan diri kita sendiri tidak melakukannya terlebih dahulu.

Penutup

Saudara, ayat selanjutnya dari bagian ini mengatakan bahwa maka kamu apabila Gembala Agung itu datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu.  Ada banyak penafsiran mengenai hal ini, namun yang pasti ketika Kristus datang kembali dan mendapati setiap gembala-gembala kepercayaannya telah menunaikan tugas penggembalaan itu dengan sebagaimana seharusnya, bagi mereka telah tersedia sebuah penghargaan. 

Kata mahkota yang digunakan disini merupakan suatu tanda kehormatan yang khusus, diberikan bukan kepada sembarang orang tetapi hanya kepada mereka, para gembala yang di dalam tugas penggembalaan, mereka memperkenankan hati Allah.  Bukan di dalam suatu tujuan untuk mendapatkan kemuliaan atau kekayaan dalam hidup mereka tetapi untuk mendapatkan penghargaan khusus yang bernilai kekal dari Sang Gembala Agung itu.  Namun sebaliknya apakah yang akan didapatkan sebagai upah untuk seorang gembala yang kepadanya telah dipercayakan domba-domba milik Allah ini tetapi tidak menjalankan tugas ini sebagaimana seharusnya, Yeh. 34:1-10 mengatakan “...Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-domba-Ku dari mereka...”

Saudara, kepada masing-masing kita telah dipercayakan pelayanan penggembalaan, baik kita sebagai hamba Tuhan, majelis, aktivis maupun guru-guru SM.  Adakah kita  telah menjalankan tugas penggembalaan itu sebagaimana seharusnya dengan sukarela, penuh pengabdian diri dan dengan menjadi teladan?  Adakah ketika Sang Gembala Agung itu menilai pelayanan kita selama ini, kita telah layak untuk menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu?  Ataukah sebaliknya Ia akan berbalik melawan dan menuntut kita.  Mari kita meneladani Gembala Agung kita dalam menjalankan tugas penggembalaan kita.  Kiranya Tuhan menolong kita untuk melakukan firman ini dalam hidup kita. Amin.

======================