| |
Tema : “Melalui Salib dan Kebangkitan Kristus Kita Memperoleh Kepenuhan Hidup” Nats : Kolose 2:6-15; Kolose 2:6 Penulis : Nathanael Channing Tujuan : 1. Mengetahui bahwa kasih Kuasa kebangkitan Kristus memberikan jaminan keselamatan dengan pasti, dan orang yang sudah diselamatkan dia dipenuhi oleh Kristus. 2. Mempunyai sikap hati yang terus belajar untuk dapat menjadi orang yang terus menerus hidup sesuai dengan kehendak Kristus. 3. Berani mewujudkan kepenuhan Kristus dengan real dalam hidup sehari-hari.
Pendahuluan.
Kayu salib merupakan karya Allah yang besar dan agung, apa itu?
1. Rencana keselamatan Allah sudah dikerjkan oleh Tuhan Yesus Kristus dengan sempurna. 2. Pernyataan kasih Bapa kepada manusia sudah digenapi dengan sempurna. Pada saat manusia jatuh dalam dosa, maka hati seorang Bapa hancur dan belaskasihan Bapa dinyatakan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Kej. 3:15. Melalui kayu salib, kasih Bapa sudah digenapi. 3. Setiap orang yang ada di dalam Kristus sudah mendapatkan jaminan keselamatan dengan pasti. 4. Hidup anak-anak Tuhan dituntut untuk melakukan yang baik dan benar. Melakukan perbuatan baik bukan untuk syarat supaya selamat; melainkan justru sebaliknya – karena sudah diselamatkan, maka kita dituntut untuk berbuat baik.
Isi: Paulus memberikan nasehat kepada jemaat di Kolose ” Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”. Paulus mengingatkan bahwa orang-orang Kristen di dalam menjalani hidupnya ada konsekwensi-konsekwensi logis yang harus ditaati; apa itu? Yakni ”Hidupmu Tetap Di Dalam Kristus”. Apa yang dimaksudkan dengan ”Hidupmu Tetap di dalam Kristus itu? Secara sederhana dapat dikatakan ”Hidup yang ’Tetap’ menuruti kehendak-Nya”. Artinya:
1. Hidup yang konsisten dalam menjalankan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan.
Paulus mengatakan: ”Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”. Kata ”Tetap” di sini menyatakan konsistensi, sikap yang teguh, yang tidak gampang berubah, yang dilakukan dengan penuh perjuangan, yang selalu ada dalam pergumulan untuk terus taat pada kebenaran Firman Tuhan. Di sini sangat berhubungan dengan kepekaan hati nurani kita terhadap kebenaran Tuhan. Paulus mengingatkan kepada jemaat di Roma, bahwa manusia yang telah jatuh ke dalam dosa adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk menekan suara kebenaran dalam hati nuraninya. ”Menindas kebenaran dengan kelalilman”. Roma 1:18. Abraham Maslow mengatakan: “Kodrat batin tidak sama dengan insting-insting binatang! Kodrat batin adalah lemah, lembut, halus, mudah dikalahkan oleh kebiasaan, tekanan kebudayaan, dan sikap-sikap yang salah terhadapnya. Sekalipun sering diingkari, namun ia tetap bertahan secara diam-diam dan selalu mendesak untuk aktualisasi.” Setiap orang yang sudah ada di dalam Kristus, dipanggil untuk tetap hidup di dalam Dia. Hidup dengan hati yang takut pada Tuhan, yakni dinyatakan melalui ketaatannya melakukan kebenaran-kebenaran Firman Tuhan di dalam hidupnya secara konsisten.
2. Hidup Di Dalam Kristus dinyatakan melalui Tujuan Hidup yang berorientasi pada Kristus.
Paulus menasehati jemaat Kolose agar mereka tetap hidup di dalam Dia. Apa itu? Tidak lain hidup yang berorientasi: yang berpusat, yang mengandalkan, yang bergantung hanya kepada Kristus. Dalam dunia ini paling tidak ada 3 Tujuan Hidup Manusia.
A. We may life to get
Filsafat hidup ini menekankan bahwa hidup itu untuk mendapatkan segala sesuatu di dalam dunia ini untuk kepuasan dirinya sendiri. Manusia harus bekerja mati-matian untuk mendapatkan segala sesuatu bagi dirinya sendiri. South mengatakan: “Hidup itu seolah-olah dunia ini dibuat semuanya bagi dirinya sendiri dan bukan dia bagi dunia”. Kepuasan yang sejati adalah untuk mendapatkan seluruh isi dunia ini menajdi milik kesayangannya. Filsafat hidup ini melahirkan orang-orang yang tamak dan orang tamak itu sama dengan orang yang pelit. Oleh karena itu orang tamak dan orang pelit, tidak pernah memperhatikan orang lain, mengasihi orang lain, terlebih lagi mempunyai hati yang berbelas kasihan. Berbeda dengan orang irit. Irit dama pelit sangat berbeda. Orang irit bisa mengatur pengeluaran sesuai dengan kebutuhan. Berbeda dengan orang obral, yang memberi barang yant tidak pernah dipikirkan kegunaannya. Orang pelit lawannya orang obral dan tidak sama dengan orang irit. Orang pelit = walaupun itu sudah merupakan kebutuhan, tetapi saja tidak beli. Ill. Sepatu yang lubang. Dilihar dulu lubangnya seberapa besar, kalau sudah separoh baru beli. Dan belinya di pasa loak. Sekalipun naik sedan. (orang pelit yang makannya hanya indo mie)
B. We may life to be
Filsafat hidup ini menekankan sanjungan dari orang-orang yang ada disekitarnya. Apa yang dikatakan orang-orang yang ada disekitar saya tentang diri saya. Itulah tujuan hidup. Untuk apa manusia dilahirkan, sekolah, menjadi orang pandai dan bekerja? Tidak lain untuk menata dirinya sendiri di tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka berkata apa tentang diri saya! Oleh karena itu segala talenta, karunia, kepandaian, jerih lelah, bekerja mati-matian, semuanya itu dijalani dengan kerja keras untuk mendapatkan kedudukan dalam hidup ini. Jika itu tercapai, maka itulah kepuasan hidup yang sejati. Betapa bangganya kalau diri kita disebut orang genius, menjadi orang terkenal, menteri, presidan, wakil presiden, gubernur, walikota, direktur, RT. Lurah, camat, wakil-wakil rakyat di DPR, MPR, dan sebagainya. Demikian juga dalam pelayanan, betapa bangganya kalau saya disebut penatua yang benar- benar tua; pendiri gereja ini, atau sebagai pendeta yang terkenal. Filsafat hidup ini menelorkan kebejatan moral yang paling rusak, sebab semua orang akan saling menghantam satu dengan yang lainnya, hanya untuk mendapatkan kedudukan dan jabatan dalam hidupnya. Dia rela menendang siapapun yang dianggap menghalang-halangi dia untuk duduk dalam jabatannya, yang membuat dia menajdi orang yang terkenal.
C. We may life to serve
Fisafat hidup ini menekankan bahwa hidup itu bertujuan hanya satu, yaitu untuk melayani Allah. Allah menciptakan manusia hanya bertujuan satu yaitu untuk melayani Dia.
Adam dan Hawa diciptakan Allah hanya untuk melayani Dia, Sang Penciptanya. Filsafat hidup ini merupakan ide Illahi – di mana Allah memberikan contoh di dalam diri Tuhan Yesus. Dia berkata; “Aku datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani”. Mark. 10:45. Apapun juga yang ada di dalam diri kita, semuanya itu dipakai hanya untuk melayani Allah kita. Jika ini di terapkan dalam kehidupan kita, maka kita akan semakin sadar bahwa segala sesuatu dalam hidup ini hanya untuk melayani Tuhan. Apapun yang kita lakukan, baik dalam kehidupan rumah tangga kita, dalam pekerjaan kita, dalam studi kita, dalam pelayanan kita, semuanya itu kita lakukan dengan pemahaman bahwa itu untuk melayani Tuhan. Jika pandangan kita demikian, maka kita tidak akan bermain-main dalam menjalani kehidupan ini. Kita tidak akan melakukan KKN, kita tidak akan berani menyimpang dari kehidupan moral yang rusak, demikian juga dalam pelayanan kita – kita akan kerjakan dengan sungguh-sungguh. Mengapa? Karena semuanya itu kita lakukan untuk melayani Tuhan. Pola hidup ”Tetap Di dalam Kristus” adalah hidup dengan berpolakan ”We may life to serve”. We may life to get adalah hidup yang berpusat pada materi. We may lif to be adalah hidup yang berpusat pada diri sendiri. We may life to serve adalah hidup yang berpusat pada Kristus. Melalui salib dan kebangkitan Kristus kita memperoleh kepenuhan hidup; yaitu hidup di dalam Dia. Marilah kita terus menyadari akan tujuan hidup kita. Sudahkan tujuan hidup kita benar-benar berpusat pada Kristus? Amin.
| |