Tema : HARTA & HIKMAT BAGI ORANG PERCAYA Nats : Amsal 8 : 11 Pengkhotbah 9:16 Penulis : Saumiman Saud Tujuan : Agar jemaat dapat memanfaatkan apa yang telah Allah karuniakan padanya, bukan mengejar yang sia-sia sehingga menjadikan kehidupan menjadi sia-sia.
Pendahuluan : Apa yang membedakan antara Harta dan Hikmat? Pertanyaan ini gampang-gampang susah untuk dijawab, sebab secara manusia; kedua “barang” ini penting. Siapa yang berani mengatakan “harta” itu tidak penting? Buktinya kita selalu memperhitungkannya kalau diminta untuk mengembalikannya kepada Tuhan. Saya yakin kita memakai Hikmat untuk menghitung harta-benda kita yang akan dipersembahkan untuk Tuhan, tetapi Hikmat yang kita pakai itu keliru. Saya coba membedakannya
Harta dan Hikmat ini secara praktis:Harta dapat dicari - asal anda giat
bekerja Harta dapat dicuri orang - atau disimpan di tempat sembarangan Harta dapat lenyap- misalnya karena kebakaran! Tetapi Hikmat? Ia tidak dapat dibeli, tidak dapat dicari, tidak dapat dicuri, tidak dapat lenyap? Itulah sebabnya Salomo di dalam kitab Amsal ini mengatakan “ Hikmat itu sesungguhnya lebih berharga dari permata” (Amsal 8:11). Saya tidak mengatakan bahwa perak dan sejenis lainnya itu tidak penting, semua itu barang langka dan berharga. Bahkan untuk menperolehnya kita perlu mengeluarkankan banyak tenaga, pikiran dan cucuran keringat serta air mata. Namun apabila dibandingkan dengan Hikmat, maka kita terdorong untuk “mengabaikan” tentang apa yang tidak dapat dibeli dengan uang itu. Sesungguhnya apa arti
Hikmat itu? Hikmat dalam konteks Ibrani dikenal dengan kata “Khokhma” yang
mengandung arti “pengertian”, “Kebijakan”, yang selalu dihubungkan dengan
hal-hal praktis, bukan teoritis. Pada dasarnya Hikmat itu bisa didefinisikan
secara singkat : “Kepintaran mencapai hasil, menyusun rencana yang benar
untuk memperoleh hasil yang dikehendaki”. Tempat kedudukan Hikmat adalah
hati, yakni pusat keputusan moral dan intelektual (Bnd 1 Raja 3:9,12).
Bagian ini merupakan kutipan doa Raja Salomo “Maka berikanlah kepada
hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu
dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang
sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” Menurut Robert Alden, penulis Buku Prilaku Yang Bijakasana, di sana dikatakan bahwa menurut beberapa pakar teologia mereka mencoba memberikan penjelasan tentang Hikmat yang rinci mengenai personifikasi dan lukisan ciptaan alam (khususnya ayat 22-31), tetapi tidak ada teori yang meyakinkan. Salah kalau kita juga mengira bahwa Hikmat merupakan Oknum Tritunggal Allah, Tuhan atau isteri Tuhan. Agama lain kemungkinan ada yang percaya Tuhan bersuami atau beristri, tetapi di dalam Perjanjian Lama tidak ada. Beberapa orang mencoba menyamakan Hikmat dengan Tuhan Yesus, dengan memakai ayat 22 dan seterusnya - sebagai dukungan dan membandingkannya dengan Yohanes 1:1 dan seterusnya Atau mencoba membandingkan ayat 30 dengan Ibrani 1:2. Saya berpendapat bahwa Hikmat itu adalah salah-satu atribut Tuhan yang dipersonifikasikan sekadar ilustrasi. Hikmat tidak bisa dipisahkan dari Tuhan, karena Hikmat adalah bagian dari Tuhan. Jadi sekali lagi ditegaskan
bahwa Hikmat itu lebih dari permata, sedangkan Pengkhotbah menggambarkan
“Hikmat” itu lebih baik dari keperkasaan (Pengkotbah 9:6). Saya mengajak kita melihat
beberapa tokoh Alkitab yang menurut saya cukup berhikmat Secara manusia Abigail ini seorang istri pengusaha, suaminya bernama Nabal. Sesuai dengan namanya Nabal artinya bebal. Ayat 3 mencatat bahwa Nabal seorang laki-laki yang kasar dan jahat kelakuannya. Namun laki-laki yang kasar dan jahat ini ternyata bernasib baik, istrinya seorang yang baik, bijak dan cantik. Singkat cerita Nabal yang nakal ini sempat melukai perasaan Daud, perkataannya yang tidak bijak dan penuh keangkuhan sempat menimbulkan kemarahan Daud. Daud naik pitam, sehingga ia mengerahkan orang-orangnya untuk membunuh Nabal. Tetapi peristiwa ini diketahui oleh Abigail istri Nabal., maka dengan diam-diam dan penuh kerendahan hati serta bijaksana ia datang menjumpai Daud. Apa yang dilakukan oleh Abigail telah meluluhkan kemarahan Daud, sehingga malapetaka itu tidak sempat terjadi. Ayat 33 mencatat bagaimana Daud memuji “Kebijakan” Abigail. “Terpujilah kebijakanmu dan terpujilah engkau sendiri, bahwa engaku pada hari ini menahan aku dari pada melakukan hutang darah dan dari pada bertindak sendiri dalam mencari keadilan” Orang yang bijak ternyata dapat mengubah kemarahan menjadi perdamaian; itulah yang telah dilakukan oleh Abigail. Lain halnya dengan suaminya Nabal, harta kekayaan banyak, ayat 1 dan 2 mencatat Nabal memiliki 3000 Domba, 1000 Kambing. Namun sayang, ia sukses dan berhasil mendapat banyak harta-benda, namun ia gagal mempergunakan harta-bendanya. Ia hidup mabuk-mabukan…….ayat 37 mencatat ia mati…..jantungnya mendadak berhenti. Coba anda renungkan sendiri, selama ini apakah anda penuh kebijakan mempergunakan harta benda anda? Jangan karena harta, lalu tidak bijak menjalani hidup yang singkat ini, dan sakit jantung lalu mati. 2. Hikmat Mengalahkan Hawa Nafsu ( Kej 39). Pemuda tampan yang bernama Yusuf. Saya yakin anda tidak pernah akan melupakan cerita ini. Yusuf seorang pemuda tampan yang dijual ke Mesir. Di sana ia menjadi budaknya Potifar. Kerjanya rajin dan bertanggung jawab, akhirnya ia dipercayakan untuk mengelola seluruh kebutuhan rumah-tangga Potifar. Pada waktu yang bersamaan nyonya Potifar yang kesepian itu jatuh hati pada Yusuf, baca ayat 7 , istri Potifar itu mengajak Yusuf tidur bersama. Kejadian 39: 10 mencatat “ Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia” Mengapa Yusuf sanggup? Bukankah orangtua, sanak famili, orang-orang yang dikenal berada jauh di Israel. Tidak ada orang yang melihat. Bukankah ini merupakan kesempatan baik, untuk mengubah status budak menjadi tuan? Tetapi Yusuf tidak melakukannya, karena Yusuf takut akan Tuhan, inilah yang saya maksud dengan Hikmat. Amsal 1:7 “ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan “. Apa yang anda lakukan tatkala godaan datang bertubi-tubi? Apakah anda pasrah - tentu tidak bukan? Yusuf adalah seorang manusia biasa dan ia sanggup memenangkan “perang rohani” ini, saya yakin kita juga sanggup, itu sebabnya perlu kebijaksanaan yang dari Tuhan., yakni takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini bukan konotasi secara negatif, seperti seorang pencuri yang merasa takut ditangkap polisi, tetapi takut akan Tuhan di sini lebih berkonotasi “hormat”. Dengan kata lain kita mengakui segala kedaulatan Allah dalam segala bidang kehidupan kita, yang kemudian mengarahkan kita menjadi seorang yang berhasil. 3. Hikmat Mengalahkan dosa Kali ini kita bertemu
seorang Nabi yang berani bayar harga, namanya Natan (2 Samuel 11- 12)
Waktu itu pergantian tahun, biasanya raja-raja maju berperang, tetapi tidak
dengan Daud ia sendiri berdiam di Yerusalem. Tatkala waktu santai itulah,
ia naik ke atas sotoh rumah; ia melihat ada seorang perempuan cantik sedang
mandi, wanita itu bernama Batsyeba. Singkat cerita Daud tertarik dengan
wanita itu, padahal ia sudah mengetahui dengan jelas kalau perempuan itu
adalah istri Uria anak buahnya. Namun naluri hawa-nafsunya menang, ia tidak
peduli, tetap saja meniduri perempuan itu. Hal ini membuat Daud tidak
berdaya. Keesokan harinya ia menulis sepucuk surat, yang isinya menempatkan
Uria dalam barisan perang terdepan, Uria gugur di medan perang, namun bagi
Daud itu hal yang biasa. Tuhan tidak tinggal diam kalau anak-anaknya berbuat
dosa, oleh sebab itu IA mengutus Nabi Natan menasihati Daud, cara ia
menasihati Daud inilah yang saya sebut dengan Hikmat. Natan tidak membabi
buta, seandainya ia berbuat demikian, barang-kali ia akan dibunuh oleh Daud.
Tetapi ia memakai perumpamaan untuk menegur sang raja. (lih 2 Samuel 12
1-4). Daud bertobat ( 2 Sam 13) dan lahirlah Mazmur nomer 51. Hikmat Nabi
Natan telah mengalahkan dosa. Suatu peristiwa tragis pernah terjadi di dalam lingkungan “Elit Istana” pada waktu itu. Sesudah Rehabeam menjadi raja, ia meminta nasihat pada para tua-tua yang hidup selama pemerintahan raja Salomo, sebab waktu itu terjadi semacam protes atau unjuk rasa dari rakyat, yang menginginkan agar beban pajak mereka diringankan. Para tua-tua itu menasihatkan demikian : “Jika hari ini engkau mau menjadi hamba rakyat, mau mengabdi kepada mereka dan menjawab mereka dengan kata-kata yang baik, maka mereka menjadi hamba-hambamu sepanjang waktu” Tetapi herannya ia mengabaikan nasihat itu. Lalu ia datang pada orang-orang yang sebaya dengannya, mereka memberi nasihat demikian: Katakan saja “Kelingkingku lebih besar dari pinggang ayahku”. Dan Rehabeam mendengar nasihat ini. Konsep orang sebaya Rehabeam adalah “Ia seharusnya lebih dari ayahnya Salomo” Apa akibatnya? Pajak dinaikkan..sehingga timbul amarah rakyat, mereka mengambil sikap kembali ke kemah, .pecahlah kerajaan itu, sehingga Rehabeam hanya memerintah orang-orang Israel yang diam di kota Yehuda. Rehabeam telah mengabaikan Hikmat yang dipraktekkan oleh ayahnya Salomo. Amsal 9:9 “Orang yang bijak akan menghargai nasihat, dan setelah itu bertambah bijak” Orang bijak dapat membedakan mana nasihat yang berkualitas atau nasihat yang mendatangkan kecelakaan. Harapan saya adalah, marilah kita menjadi orang bijak. Bagaimana dengan kita orang percaya? Coba anda perhatikan Kej 3:1 di situ tertulis “ Adapun ular ialah binatang yang paling cerdik…dst. Lalu lihat lagi Mat 10:16 “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati”. Inilah yang saya sebutkan sebagai Hikmat . Bayangkan saja jikalau orang kristen hanya cerdik seperti ular, apa jadinya - ia akan menjadi penipu yang paling lihai. Sebaliknya, kalau orang Kristen hanya tulus seperti merpati, dia akan ditipu terus-menerus. Nasihat yang diberikan Tuhan Yesus adalah “Cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” Luar biasa , ini merupakan “Hikmat” yang diajarkan Tuhan. Mari kita sekalian hiduplah penuh Hikmat -dia lebih berharga dari segala harta kekayaan yang engkau miliki. Kalau dihubungkan dengan kehidupan keluarga bagaimana? Jawabannya adalah “Berprilakulah Bijaksana” dalam melakukan segala tindak tanduk kita. Apa saja? Misalnya : -dalam hal mencari pekerjaan-dalam hal memilih pasangan hidup -dalam hal mendidik anak-dalam hal menyekolahkan anak-dalam hal membeli ini dan itu -dalam hal berbicara atau tutur-kata -dalam hal perbuatan atau tingkah laku kita -dalam hal pelayanan, terutama Pekabaran Injil -dalam hal mengambil keputusan, baik sekolah, kerja maupun nikah. -dalam hal segala-galanya…………… Maukah anda dan saya melakukannya dengan penuh Hikmat dari Tuhan? Jawablah pertanyaan ini di dalam hati kita, sebab Tuhan sudah memberi kita masing-masing “Hikmat” untuk melakukannya. -----------amin...........
| |