sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema                : HAMBA YANG SERUPA TUANNYA

Nats                 : Yunus 4 : 1 –11

Penulis              : Hari Soegianto

Tujuan              : Agar pendengar menyadari bahwa setiap orang yang melayani Tuhan selalu menyesuaikan dirinya dengan Tuhan, baik karakter maupun kehendak Tuhan

Pendahuluan:

Apakah artinya menjadi seorang hamba? Apakah yang dilakukan oleh seorang hamba? Dapatkah hamba itu bertindak dengan semaunya sendiri?  Apakah ia bekerja untuk kesenangannya sendiri ataukah untuk kesenangan Tuannya? Sering kita menyebut diri kita “pelayan Tuhan” atau “hamba Tuhan,” apakah sebutan itu benar-benar mencerminkan karakter dari status itu?

Melalui perikop yang kita baca tadi, kita akan merenungkan hal ini.

 

Kitab Yunus merupakan kitab nabi yang berbeda dengan kitab nabi-nabi yang lain. Tidak banyak nubuatan atau kumpulan berita dari Tuhan, seperti kitab-kitab nabi-nabi yang lain. Sebaliknya kitab ini justru menceritakan tentang nabi itu sendiri. Bercerita tentang pengalaman Yunus. Sekalipun lebih populer peran utama dalam kitab ini adalah Yunus dan ikan, namun lebih tepatnya peran utama dalam kisah ini adalah Tuhan dan Yunus. Karena dalam 4 pasal ini terdapat 39 kali kata Yahweh atau Elohim. Perbandingan satu tokoh dengan tokoh yang lain tampak digunakan berulang-ulang. Kita melihat:

§         Yunus dibandingkan dengan orang-orang di kapal yang tidak mengenal Tuhan. Sementara orang-orang itu berseru-seru kepada Allahnya, Yunus malah tidur.

§         Yunus dibandingkan dengan ikan besar. Seekor ikan taat pada Tuhan, nabi Tuhan malah tidak taat.

§         Bangsa Yunus dibandingkan dengan bangsa Niniwe. Banyak nabi diberikan kepada Israel, namun bangsa itu tetap pada kejahatannya. Namun Niniwe, hanya seorang nabi dikirim dan berkotbah dengan singkat – namun Niniwe bertobat.

§         Dan pada puncaknya dari pasal 4 ini, kita melihat Yunus yang dibandingkan dengan Tuhan.

Jika kitab Yunus hanya berbicara tentang pertobatan Niniwe, maka kisah ini cukup berhenti sampai pasal 3, namun tampaknya tidak demikian. Tuhan tidak hanya concern kepada orang-orang Niniwe, tetapi Ia juga concern pada nabi-Nya.  Tuhan tidak hanya memberikan perhatian kepada ladang pelayanan tetapi Tuhan juga memberikan perhatian kepada pekerja dalam ladang itu. 

Dua hal yang Tuhan perhatikan dalam kehidupan hamba-Nya adalah:

 

1.      Karakter hamba Tuhan

Tindakan Tuhan yang tidak jadi menghukum Niniwe, tidak dapat dimengerti oleh Yunus. Mengapa bangsa yang jahat itu tidak dihukum tetapi mendapatkan kemurahan Tuhan? Hal ini dikatakan sangat mengesalkan hati Yunus, dalam terjemahan yang lain dikatakan sangat tidak menyenangkan Yunus. Penambahan kata sangat merupakan terjemahan yang tepat, karena dua kali kata yang sama digunakan dalam kalimat itu, menunjukkan bahwa apa yang terjadi itu benar-benar tidak menyenangkan Yunus. Bahkan membuat Yunus menjadi marah, tidak sekedar marah, tetapi marah yang menyala-nyala, yang dalam bagian lain dalam Alkitab kata ini dipakai untuk menyatakan marah seorang raja. (Kej. 44:18)

Kekesalan dan kemarahannya diungkapkan Yunus kepada Tuhan. Yunus menceritakan kembali mengapa ia menolak untuk ke Niniwe. Yunus mengatakan ia tahu tentang karakter Tuhannya. Kata “tahu” (yada’) yang dipakai di sini berarti:

§         Mengetahui dengan pengamatan dan refleksi.

Dalam Kej 8:11, ketika dikatakan Nuh mengetahui  bahwa air telah berkurang dari atas bumi, itu berdasarkan hasil pengamatannya dan analisanya dengan melihat daun pohon zaitun segar yang ada di paruh burung merpati. Karena itu kata “tahu” di sini paralel dengan “mendengar,” “melihat,” dan “merasa.”

§         Mengetahui dengan pengalaman

Dalam Kej. 42:33, Yusuf berkata kepada saudaranya, “Dari hal ini aku akan tahu apakah kamu orang jujur, dari kamu bersaudara haruslah kamu tinggalkan seorang padaku, …”

Dari peristiwa dan pengalaman maka dikatakan ia dapat mengetahui

 

Karena itu ketika Yunus berkata, “sebab aku tahu,” hal itu berarti Yunus mengetahui tentang Tuhannya dengan baik. Ia mengenal Tuhan bukan seperti orang yang baru berkenalan, tetapi ia mengetahui Tuhan itu dengan jelas dan dengan intim, berdasarkan apa yang ia lihat, yang ia pikirkan dan yang ia alami.

Allah yang bagaimana yang dikenal Yunus?

§         Pengasih – yaitu Allah yang selalu ingin menyatakan kebaikan-Nya.

§         Penyayang – seperti seorang ibu yang memelihara dan melindungi.

§         Panjang sabar – lambat untuk marah – tidak senang memberikan hukuman.

§         Berlimpah kasih setia – kata chesed yang dipakai menunjukkan karakteristik dari hubungan Tuhan dengan umat perjanjian-Nya. – menyatakan kesetiaan Allah kepada umat-Nya.

§         Menyesal karena malapetaka yang dirancangkan-Nya.- Ia memberikan pengampunan bagi mereka yang menyesali dosa-dosanya.

 

Bukankah ini suatu pengenalan yang tepat. Yunus mendapat nilai A+ secara akademis dalam pengetahuannya tentang Allah. Namun masalahnya bukan itu, dalam bagian ini kita melihat karakter Yunus dikontraskan dengan karakter Tuhan.

§         Tuhan itu pengasih dan penyayang  - Yunus pendendam dan kejam

§         Tuhan itu lambat marah – Yunus cepat marah

§         Tuhan itu menyesal karena malapetaka yang dirancangnya – Yunus ingin Niniwe mengalami malapetaka itu.

 

Di sini kita melihat suatu kondisi yang berlawanan antara Tuhan dengan hamba-Nya. Bukankah seharusnya seorang hamba Tuhan itu mencerminkan Tuhan? Namun kali ini tidak. Yunus sebagai seorang hamba Tuhan sedang berdiri pada posisi yang berseberangan dengan Tuhan. Ketika Tuhan tidak melakukan seperti yang dikendakinya, ketika Tuhan tidak melakukan seperti yang diharapkannya, ia menjadi tidak senang, marah, bahkan sepertinya tanda-tanda seorang hamba Tuhan tidak nampak lagi dalam hidupnya, kecuali ia masih berdoa.

 

Karakter seorang hamba seharusnya mencerminkan Tuan-nya.

Yesus berkata dalam Yoh. 14: 9, “Barang siapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa.”

Paulus  mengatakan dalam 1 Kor.11:1, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” Paulus menyatakan karakter Kristus.

Kepada Jemaat di Korintus, Paulus menyatakan bahwa mereka adalah surat Kristus (2Kor.3:3), dimana ketika orang melihat hidup mereka, maka orang itu akan melihat Kristus.

Aplikasi:

Sebagai hamba-Nya, seharusnya kita juga mencerminkan Tuhan dalam hidup kita. Apakah yang nampak dalam hidup kita? Karakter Tuhan ataukah karakter yang berseberangan dengan Tuhan? Apa yang kita lakukan ketika situasi tidak seperti yang kita harapkan? Marahkah kita sehingga kehilangan karakter Tuhan dalam hidup kita?

Bagian ini berakhir dengan pertanyaan dari Tuhan, “Layakkah engkau marah?” Dalam terjemahan lain, “Benarkah engkau menjadi marah?” atau “Apakah engkau memiliki alasan untuk marah?” atau “Apakah benar engkau bersikap seperti itu?” Suatu pertanyaan refleksi bagi nabi ini. Kita tidak menemukan jawaban Yunus. Namun Tuhan adalah Tuhan yang setia kepada hambaNya, Ia mengajar Yunus lewat suatu peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Hal yang kedua yang Tuhan perhatikan dalam kehidupan hamba-Nya adalah:

 

2.      Concern hamba Tuhan

Diceritakan Yunus telah keluar meninggalkan kota itu dan tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Namun tampaknya pondok itu tidak cukup melindungi Yunus, sehingga dikatakan:

Lalu atas penentuan TUHAN Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus untuk menaunginya, agar ia terhibur dari pada kekesalan hatinya. Yunus sangat bersukacita karena pohon jarak itu.

Pohon seperti apa pada kisah ini sulit ditentukan, karena kata ini hanya sekali digunakan dalam Alkitab. Terjemahan LAI sebagai pohon jarak dapat diterima, menunjukkan suatu tanaman yang berdaun lebar namun mudah mati bila batangnya rusak. Pohon ini tumbuh dan melampaui kepala Yunus. Ia merasa senang, bahkan dikatakan sangat senang. Karena pada bagian ini juga digunakan kata yang sama sebanyak dua kali. Bahkan dipakai juga kata “besar,” ia mengalami sukacita besar. Yang dalam bagian Alkitab yang lain menunjukkan sukacita dalam suatu pesta yang besar. Jika di bagian awal kisah ini dikatakan bahwa ia sangat tidak senang, sekarang ia sangat senang. Kita melihat bahwa ketidaksenangan Yunus atas keselamatan Niniwe tampak sebanding dengan kesenangannya atas pohon jarak yang menaunginya.

Namun, keesokan harinya, ketika fajar menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon jarak itu, sehingga layu. Bahkan, segera sesudah matahari terbit, atas penentuan Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari menyakiti kepala Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati, katanya: "Lebih baiklah aku mati dari pada hidup."

Tetapi berfirmanlah Allah kepada Yunus: "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?" Jawabnya: "Selayaknyalah aku marah sampai mati."

Melihat sikap hamba-Nya itu, maka Tuhan mulai mengajar Yunus tentang nilai dari tanaman itu. Tuhan ingin mengajar Yunus untuk menghargai apa yang Tuhan hargai.

Seberapa berartikah tanaman itu? Marilah kita menghitungnya!

§         Berapa harga yang harus dibayar Yunus untuk pohon itu?

Tidak ada. Yunus tidak berjerih payah atas pohon itu. Yunus tidak ikut menumbuhkan.

§         Seberapa berartinya pohon itu?

Ia cuma tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Suatu yang fana dan sangat fana.

Namun Niniwe:

§         Kota yang besar – Pemakaian kata besar tidak hanya berarti besar secara luas dan jumlah orang, namun juga menunjukkan bahwa kota itu penting di mata Allah.

§         Berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri. Artinya ada banyak orang yang tidak tahu membedakan benar atau salah (2 Sam 19:35).

§         Ternaknya yang banyak. Bukankah ini lebih berarti dari sebatang pohon?

 

Jika demikian, manakah yang lebih bernilai? Bukankah kita menemukan suatu perbandingan yang begitu kontras? Bukankah jelas di sini, bahwa penduduk Niniwe lebih bernilai dari sebatang pohon yang membuat nyaman Yunus?

 

Namun Tuhan menyatakan apa yang ada dalam hati Yunus, “Engkau sayang kepada pohon jarak itu….” Kata sayang di sini dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris digunakan kata “concern”, yang menyatakan suatu perasaan yang menganggap penting suatu obyek tertentu dan merasa risau atau prihatin dengan keberadaannya.

Dalam bagian Alkitab yang lain, kata ini banyak digunakan dalam pengertian merasa sayang pada sesuatu sehingga tidak membinasakan hal itu, atau tidak menginginkan sesuatu itu hilang atau terluka. Ketika Daud mendapatkan kesempatan membunuh Saul, ia melepaskannya dengan berkata, “tetapi aku merasa sayang kepadamu.” (1Sam 24:11).

Namun masalahnya Yunus sayang pada suatu yang salah, hanya pada sesuatu yang menyamankan dia untuk sementara. Sebagai nabi Tuhan seharusnya ia memiliki concern (Keprihatinan-red) pada apa yang Tuhan concern, seharusnya ia sayang pada sesuatu yang Tuhan sayangi, namun ia tidak demikian.Tuhan mengajar Yunus karena Tuhan ingin lebih dari sekedar ketaatan, Dia ingin kita menghargai apa yang dihargai-Nya, yaitu : jiwa-jiwa yang membutuhkan keselamatan.

Sekali lagi pada bagian ini kita melihat Yunus berdiri berseberangan dengan Tuhan.

Apa yang menjadi concern Tuhan ternyata tidak menjadi concern hambaNya.

Apa yang menjadi kesayangan Tuhan ternyata tidak menjadi kesayangan hambaNya.

Dalam Perjanjian Baru kita melihat:

Yesus tidak pernah marah kepada orang-orang yang menyakiti Dia, atau yang melukai pribadi-Nya dan yang mengganggu kenyamanan-Nya. Namun Ia marah kepada orang-orang yang merusak sistem di Bait Allah. Murid-murid menanggapi itu dengan mengingat suatu Mazmur, “Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku.” Yesus concern pada apa yang menjadi concern dari Bapa-Nya. Ia menangis untuk penduduk Yerusalem. Beberapa kali dikatakan ketika Ia melihat orang, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan. Ia tidak terpesona dengan harta pemuda yang kaya, tetapi Ia risau dengan jiwa pemuda tersebut. Yesus concern pada jiwa-jiwa dan pada panggilan-Nya.

Paulus lebih mementingkan jemaat dari diri-Nya sendiri. Dalam Flp 1:23, ia berkata, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.

Ia berusaha memenangkan banyak orang dengan tidak memperhatikan kenyamanannya. Ia berkata, “Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi … Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (1Kor :20-22)

Yesus dan Paulus memiliki concern yang tepat. Ia menjadi contoh seorang hamba yang memiliki concern seperti tuan-Nya. Bagaimana dengan kita? Kitab Yunus ditutup dengan pertanyaan, dimana setiap orang yang membaca dan merenungkannya perlu menjawab hal ini.

Aplikasi:

Hal apakah yang membuat kita menjadi tidak senang atau marah?

§         Sesuatu yang merisaukan diri kita sendiri ataukah sesuatu yang merisaukan hati Tuhan?

§         Sesuatu yang berharga bagi kita ataukah sesuatu yang berharga dimata Tuhan?

Apakah yang menjadi concern kita? Apakah itu sama dengan concern Tuhan?

Apakah yang menjadi kesayangan kita? Apakah itu juga menjadi kesayangan Tuhan?

Kita perlu berhati-hati jika materi kita anggap lebih berarti dari jiwa-jiwa yang kita layani. Kita perlu berhenti sebentar jika pikiran kita hanya tertuju pada kenyamanan kita dan bukan melihat kehendak Tuhan.

Jika kita marah atau sangat tidak senang dengan hilangnya materi atau hilangnya kenyamanan kita, kita perlu merenungkan pertanyaan yang Tuhan ajukan kepada Yunus: “Layakkah engkau marah?”

Apakah yang menjadi concern kita? Apakah hal itu seharga dengan: panggilan yang kita terima? Apakah sebanding nilainya dengan jiwa-jiwa yang kita layani di mata Tuhan?

Tuhan risau ketika melihat hamba-Nya ternyata berada pada posisi yang berseberangan dengan Dia. Tuhan ingin agar hamba-Nya memiliki karakter dan concern yang sama dengan Dia.

Penutup:

Didalam diri Yunus, saya melihat diri saya sendiri, yang berjuang dan sering jatuh dalam dua hal itu : karakter dan concern yang salah. Namun dalam kitab ini saya menemukan Tuhan yang memberikan kasih sayang-Nya tidak hanya kepada Niniwe, namun juga kepada Yunus. Ia sabar kepada hamba-Nya. Ia terus membentuk hamba-Nya bagaikan seorang penjunan yang membentuk bejana tanah liat. Bejana itu bisa pecah, namun ia pecah di tangan Tuhan, yang kembali membentuk bejana tersebut sehingga menjadi sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

Namun seharusnya hamba itu mengerti betapa risaunya hati Tuhan ketika Ia mendapati hamba-Nya itu sedang berdiri berseberangan dengan Dia. Amin.