| |
Tema : First Love Nats : Wahyu 2:1-7 Penulis : Lusiana Tujuan:
Pendahuluan Sdrku, jika kita perhatikan dalam realita kehidupan ini maka satu hal yang kita tidak dapat pungkiri yaitu setiap manusia sangat membutuhkan kasih, dan sesungguhnya kasih itulah yang seharusnya memang merupakan bagian inti dari kehidupan manusia. Dalam berbagai surat kabar menjelang pertengahan dari bulan Februari, begitu banyak informasi-informasi atau berita-berita yang dimunculkan berkenaan dengan hari kasih sayang. Namun, sungguh sangat disayangkan bahwa kebanyakan orang yang berbicara tentang kasih, justru kehilangan makna dari kasih itu sendiri, karena itu tidak salah kalau saat ini kita sama-sama kembali merenungkan apa makna dari kasih, yang lebih spesifik lagi ialah mengenai, kasih yang mula-mula “First Love”. Sdr, apa yang muncul di dalam benak kita ketika kata ini didengungkan, “First Love”. Mungkin ada banyak pengalaman-pengalaman yang dapat kita ceritakan berkaitan dengan hal ini. Ada yang mungkin teringat akan kasih mula-mulanya kepada sang kekasih, ada pula yang teringat dengan kasih mula-mulanya kepada Tuhan dan mungkin juga dengan pribadi-pribadi lainnya. Pertanyaannya bagi kita adalah; Apakah yang dimaksud dari kasih yang mula-mula ini? Menurut kitab Wahyu, khususnya dalam perikop ini, kasih yang mula-mula adalah kasih yang membawa kita kepada satu hati yang berkobar-kobar seperti semula ketika kita percaya kepada Kristus; hati yang begitu semangat untuk bersaksi, untuk memberitakan Injil; hati yang penuh dengan cinta dengan Tuhan dan sesama; hati yang tulus ikhlas tanpa pamrih; hati yang penuh dengan kerelaan untuk membangun atau mendukung, itulah gambaran dari apa yang dimaksud dari kasih yang mula-mula ini. Lalu, mengapa kasih yang mula-mula ini penting? Kasih mula-mula ini sangatlah penting, karena hal ini merupakan dasar dari hubungan kita dengan Tuhan. Sdr bisa bayangkan bagaimana jika relasi kita dengan Tuhan dan sesama itu sudah tidak didasari kasih yang mula-mula lagi. Bukankah kita hanya akan merasakan suatu relasi yang hambar, kosong, tidak berarti dan lain sebagainya, yang tentunya kita tahu bahwa relasi yang demikian tidaklah sehat dan tidaklah menyenangkan! Sekalipun mungkin kita akan masih mampu melakukan berbagai macam hal dalam kehidupan ini, salah satu contohnya adalah kehidupan jemaat Efesus yang kita akan sama-sama perhatikan. Sdr, jemaat di Efesus adalah jemaat yang begitu setia dalam hidup dan melayani Tuhan, sekalipun tantangan, cobaan dan godaan yang mereka hadapi itu tidak sedikit dan kecil. Kota Efesus ini sangat terkenal sebagai kota metropolitan yang pertama dan terbesar, yang tentunya orang-orang di Efesus pada waktu itu punya pilihan untuk hidup sesuai “kegemerlapan” yang ditawarkan dalam kota tersebut, ditambah lagi dengan keterbukaan orang-orang di Efesus terhadap berbagai macam kepercayaan, seperti penyembahan kepada dewa Artemis dan juga kepada kaisar, adanya praktek-praktek magic, di kota Efesus ini juga banyak terdapat praktek hidup yang tidak benar seperti pelacuran-pelacuran yang biasanya dilakukan di kuil-kuil, juga sampai tingkat kriminalitas yang sangat tinggi, belum lagi adanya penganiayaan terhadap orang yang mempertahankan Injil, tetapi jemaat Efesus adalah jemaat yang luar biasa karena mereka tetap mau setia dalam melayani dan hidup bagi Tuhan. Dalam ayat 2, 3 dan 6 kita akan menemukan beberapa bukti bahwa jemaat Efesus ini memang adalah jemaat yang betul-betul setia, mereka banyak melakukan hal yang benar. 1. Ayat 2 Sdr, dari ayat 2 ini kita dapat menemukan dua kata yang cukup jelas untuk menggambarkan kesetiaan jemaat di Efesus dalam melayani dan hidup bagi Tuhan yaitu kata “jerih payah” dan kata “ketekunan”. Kalau kita perhatikan dari bahasa aslinya maka kata “jerih payah” ini mengandung pengertian bahwa adanya suatu keadaan dari seseorang yang benar-benar kehabisan tenaga dan waktu, jadi mereka hidup dan melayani Tuhan bukan dengan setengah atau sebagian waktu dan tenaga saja tetapi seluruhnya. Dan kata “ketekunan” sendiri mempunyai pengertian adanya suatu ketahanan dari keadaan yang mereka hadapi saat itu. Kalau kita lanjutkan, dalam ayat 2 ini Kristus pun memuji mereka karena mereka bukan hanya mempertahankan iman Kristen mereka secara kehidupan praktis saja melainkan juga secara ortodoksi teologis. Jemaat Efesus mencobai (lebih tepat diterjemahkan menjadi kata “menguji”) orang-orang yang menyebut dirinya rasul tetapi yang sebenarnya tidak demikian, sayangnya mereka hanya memperhatikan hal ini sehingga mereka melupakan cara untuk mengasihi orang-orang yang berdusta tersebut, tidak ada lagi kasih yang mula-mula kepada sesama, mereka lebih memfokuskan diri kepada kesalahan orang-orang ini. Sdrku, inilah bukti dari kesetiaan jemaat Efesus dalam hidup dan melayani Tuhan karena mereka telah berjerih payah, bertekun dan bahkan juga bertahan untuk tetap menjaga kebenaran sekalipun sesungguhnya yang Kristus inginkan bukanlah sekadar itu saja. 2. Ayat 3 Jelas disini bahwa jemaat Efesus adalah jemaat yang sabar menderita dan mereka tidak mengenal lelah ketika bekerja bagi Tuhan. Hal yang indah dapat kita temukan dalam kehidupan jemaat Efesus adalah mereka adalah orang-orang yang tidak dapat sabar terhadap pengajaran yang tidak benar tetapi mereka mau bersabar untuk menderita bagi nama Tuhan. 3. Ayat 6 Dalam ayat ini kita dapat melihat kesaksian hidup jemaat Efesus yang baik yaitu mereka tidak mengikuti perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus. Nikolaus ini kemungkinan adalah pelayan Tuhan yang dikemudian hari ia berubah menjadi penyesat (Kis 6:5) karena menganut ajaran seperti Bileam (Why 2:14-15). Sdr, inilah beberapa bukti dari kesetiaan jemaat Efesus dalam melayani dan hidup bagi Tuhan. Namun pertanyaannya, apakah semua yang mereka lakukan ini diperkenan oleh Tuhan? Ternyata tidak Sdr! Mengapa? Hanya dengan satu alasan saja Kristus menyatakan keberatannya yaitu karena jemaat Efesus telah meninggalkan kasih yang mula-mula (ayat 4). Sdrku, Kristus memberikan alasan ini karena bagi Kristus hal ini adalah hal yang sangat penting bagi manusia dan juga berharga bagi Allah, maka dari itulah Kristus mencela mereka yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula itu. Lantas sekarang apa yang Kristus inginkan bagi mereka yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula, setidaknya dari ayat 5 ini kita akan menemukan 3 langkah praktis yang Kristus berikan; 1. Ingatlah Kata “ingatlah” dalam ayat ini memakai bentuk present continius tense yang berarti mengingatnya secara terus menerus. Sdrku, mengapa Kristus memberikan langkah praktis yang pertama itu adalah mengingat? Jawabannya adalah karena mengingat merupakan hal yang memang harus dilakukan pertama-tama kali sebelum akhirnya kita akan melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk menemukan apa yang telah hilang itu. Ambil contoh jika kita kehilangan barang atau sesuatu lainnya yang sangat penting dan berharga buat kita, bagaimana kita dapat menemukan kembali barang atau sesuatu itu jika kita tidak mengingatnya lebih dulu, dan juga adalah mustahil jika kita merasakan kehilangan barang atau sesuatu yang penting dan berharga buat kita tetapi kita tidak berusaha untuk menemukannya kembali, maka dari itulah bagi Kristus kasih yang mula-mula itu penting dan berharga dan harus ada sehingga jika setiap orang yang telah kehilangan kasih yang mula-mula ini maka Kristus ingin orang ini menemukan kembali kasihnya yang mula-mula itu dengan cara mengingat lebih dulu. Ingatlah saat pertama kita percaya kepada Kristus, saat kita bertobat dan mengambil komitmen untuk mengikuti serta melayani Dia, tentunya kita pada saat itu ada hati yang berkobar-kobar, ada semangat yang besar, ada kasih yang tulus tanpa pamrih atau kalkulasi, apakah saat ini kasih yang mula-mula itu masih ada dan yang mendasari semua kehidupan dan pelayanan kita bagi nama Tuhan? 2. Bertobatlah Kata “bertobatlah” yang dipakai dalam bahasa aslinya ini mengandung pengertian bahwa adanya suatu kesadaran, penyesalan, yang akhirnya semuanya ini membawa kita kepada suatu pertobatan. Agaknya adalah suatu hal yang tidak akan mungkin menghasilkan pertobatan yang sejati jika tanpa adanya suatu kesadaran dan penyesalan lebih dulu, maka dari itulah Kristus memberi langkah praktis kedua setelah mengingat yaitu sadar, menyesal dan akhirnya bertobatlah! 3. Lakukanlah kembali apa yang semula engkau lakukan “Apa yang semula engkau lakukan” dalam ayat ini kemungkinan mengandung pengertian bahwa kasih yang mula-mula. Setelah langkah praktis pertama yaitu mengingat, setelah itu langkah praktis kedua sadar, menyesal dan bertobat maka langkah praktis ketiga Kristus mengatakan lakukanlah kembali apa yang semula engkau lakukan. Langkah praktis ketiga ini dapat dikatakan sebagai suatu titik klimaks dari ketiga langkah praktis yang Kristus berikan, mengapa dikatakan demikian? Karena semuanya menjadi sia-sia jika kita tidak mengakhirinya dengan melakukan pertobatan itu. Sdrku, inilah tiga langkah praktis yang Kristus berikan kepada setiap kita yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula. Kristus tidak pernah tawar menawar dalam menyatakan kebenaran, apa yang Kristus inginkan dan nyatakan semua itu harus dilakukan namun bagaimana jika kita tidak melakukan apa yang Kristus telah nyatakan? Kristus dengan tegas mengatakan dalam ayat yang ke 5b bahwa “Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya”. Sdrku, jika kita digambarkan sebagai terang dan garam dunia namun jika terang itu sudah tidak lagi memancarkan sinarnya dan garam itu sudah tidak lagi memberi rasa, untuk apalagi dipertahankan? Jika setiap anak Tuhan sudah tidak lagi mendasari hidup dan pelayanannya dengan kasih yang mula-mula dan jika setiap anak Tuhan yang jatuh ini tidak mau melakukan pertobatan, untuk apalagi dipertahankan? Kristus akan memindahkan kaki dian kita dari tempatnya dalam pengertian bahwa Kristus akan mempercayakan orang lain untuk mengemban tugas-Nya yang mulia itu. Sdrku, Kristus mungkin terlihat terlalu kejam ketika memberikan peringatan yang serius ini kepada setiap orang yang telah meninggalkan kasih yang mula-mula namun ternyata tidaklah demikian, karena Kristus memberikan semuanya ini agar setiap anak-anak-Nya dapat melakukan apa yang benar dan semua itu diberikan agar kita menjadi yang lebih baik dan akhirnya yang terbaik, oleh karena itulah Kristus juga memberikan janji-Nya yang mulia, kekuatan serta penghiburan bagi setiap kita yang mau melakukan pertobatan yaitu kepada setiap orang yang menang Kristus akan memberi makan dari pohon kehidupan yang ada di taman Firdaus Allah (ayat 7). Yang terakhir pesan dari perikop ini adalah Kristus katakan kepada setiap orang bahwa “Barangsiapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”. Mari, melalui firman Tuhan dalam perikop ini kita kembali merefleksi perjalanan hidup kita dan pelayanan kita bersama-sama, adakah kasih yang mula-mula itu yang tetap menjadi dasar untuk kita hidup dan melayani Dia, ataukah semua pelayanan dan hidup kita itu hanyalah sebuah formalitas, tanggung jawab, tuntutan, atau kesenangan hidup belaka? Biarlah kita tidak hidup dan melayani Tuhan seperti jemaat di Efesus, mereka hanya dapat melakukan semua hal-hal yang baik namun mereka melakukan semuanya itu tanpa didasari lagi dengan kasih yang mula-mula. Amin.
| |