sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema                : Berita Salib yang Punah

Nats                 : I Korintus 1:18-2:5

Penulis              : Irwan Pranoto

 

Tujuan            : Mengajak pendengar untuk merenungkan berita salib yang telah semakin “punah” dalam kehidupan Gereja pada hari ini, dan seharusnyalah menjadi tugas kita bersama sebagai murid-murid Kristus untuk kembali terus mengumandangkannya dengan setia, di mana berita itu sebenarnya menunjukkan kebesaran hikmat Allah, keajaiban kuasa Allah dan juga merupakan inti dari Injil.

 

Outline           : Paling tidak ada tiga hal yang dapat menjadi alasan mengapa Gereja Tuhan harus memberitakan tentang salib dengan setia, yaitu karena:

Berita Salib menyatakan kebesaran hikmat Allah.

Berita Salib menyatakan keajaiban kuasa Allah.   

Berita Salib menyatakan inti Injil Allah.

 

Pendahuluan

Promosi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam dunia perdagangan, apalagi di dalam situasi persaingan yang sangat ketat. Promosi yang baik dapat meningkatkan permintaan atau nilai jual suatu produk atau jasa, sebaliknya suatu promosi yang buruk dapat menjatuhkan image suatu barang atau jasa di mata masyarakat, sekalipun kualitasnya belum tentu terbukti rendah. Karena itu tidak heran kalau banyak perusahaan yang membuat anggaran untuk promosi dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung besarnya.

Kadang-kadang promosi dilakukan dengan mengandalkan keindahan dan kedahsyatan kata-kata rayuan yang dapat menarik perhatian konsumen, sampai timbul istilah “Tidak ada kecap yang nomor dua, semua nomor satu”, kalau sudah demikian, kadang tidak lagi menjadi penting apakah hal yang ditawarkan itu memang punya kualitas yang baik atau tidak, yang penting laku keras dulu – laris manis. Tetapi ada juga yang berpromosi dengan mengandalkan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan, membeli sabun berhadiah mobil Merci, membeli shampo berhadiah rumah idaman, menabung di bank berhadiah liburan ke Tiongkok, dan sebagainya. Semua tawaran itu begitu menggiurkan, sampai-sampai tidak sedikit konsumen yang mengeluh pusing untuk menentukan pilihannya. Apa lagi semua ini didukung dengan kemajuan teknologi yang mempercepat dan memperluas jangkauan informasi.

Di tengah kondisi zaman yang demikian, Gereja tetap terpanggil untuk terus menunaikan misi-Nya.  Tongkat estafet Amanat Agung yang telah dijalankan 20 abad masih terus harus dilanjutkan. Tak pelak lagi Gereja pun mulai memanfaatkan metode-metode promosi modern untuk melangsungkan pekerjaan misi-Nya; slogan-slogan indah dibuat untuk menarik perhatian orang-orang yang sangat merindukan penghiburan, berbagai sarana media dari yang konvensional sampai yang paling canggih dimanfaatkan dengan alasan efektifitas menjawab kebutuhan setiap lapisan masyarakat, dan sebenarnya yang mengkhwatirkan adalah bahwa Gereja pun kemudian mulai ikut berlomba-lomba menawarkan fasilitas-fasilitas yang menjadi keunggulan masing-masing untuk menarik orang menjadi anggotanya. Ketika hal-hal yang demikian ini menjadi perhatian utama Gereja, bahaya yang terbesar adalah semakin kaburlah berita yang semestinya diproklamasikan oleh Gereja di tengah dunia yang sesat ini, semakin punahlah berita salib yang dipercayakan Kristus kepada murid-murid-Nya untuk disebarluaskan ke seluruh penjuru bumi.

Berbicara tentang dunia promosi, orang umumnya akan setuju bahwa sesuatu yang sifatnya lemah adalah hal yang harus dihindarkan untuk disampaikan, sesuatu yang sifatnya tidak mengenakkan adalah hal yang sebaiknya dijauhkan untuk disiarkan, dan sesuatu yang sifatnya menyulitkan dan memberatkan adalah hal yang sepatutnya disembunyikan dan tidak dibukakan. Dan saudara, berita salib sepertinya terkesan lebih identik dengan kategori yang demikian bukan? Bukankah berita salib itu lebih terkesan indentik dengan kelemahan, sesuatu yang tragis, menyedihkan, dan kalau berita salib disiarkan, jangan-jangan nantinya justru akan menjadi penghambat daripada menjadi pendorong bagi pertumbuhan Gereja.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, berita salib itu adalah berita yang dituturkan dalam Kitab Suci, berita salib itu adalah berita yang diserukan oleh Tuhan Yesus bahkan yang kemudian digenapkan-Nya sendiri, berita salib itu adalah berita yang mewarnai proklamasi Gereja Tuhan sepanjang sejarah. Gereja yang benar adalah Gereja yang  menyampaikan berita salib dengan setia.  Murid-murid Kristus yang sejati adalah mereka yang memberitakan salib Kristus yang telah menebus dan memanggil mereka. 

Dari penjelasan Paulus kepada jemaat di Korintus ini, kita dapat melihat alasan-alasan mengapa Gereja harus terus dengan setia menyampaikan berita salib.

Orientasi

Saudara-saudara, surat Korintus adalah surat yang ditulis Paulus kepada suatu jemaat yang begitu unik, suatu jemaat yang hidup dalam satu kota besar yang waktu itu menjadi pusat perdagangan, politik, budaya dan kesenian dengan berbagai tantangan yang ada di dalamnya.

Keunikan yang lain dari jemaat ini adalah bahwa jemaat Korintus disebut Paulus sebagai jemaat yang kaya dalam segala hal, yaitu segala perkataan dan pengetahuan, artinya jemaat Korintus ini adalah jemaat yang memiliki bermacam-macam karunia yang luar biasa. Sayangnya kelebihan mereka ini justru jadi seperti bumerang bagi mereka. Mereka menjadi jemaat yang begitu membanggakan diri karena memiliki Roh dengan berbagai karunia-Nya. Bahkan kebanggaan mereka ini kemudian berujung menjadi perpecahan di dalam jemaat sendiri, di mana timbul kelompok-kelompok yang saling berselisih, yang satu merasa lebih baik dari yang lain, dan mungkin juga kemudian mereka pun mulai memakai metode-metode yang bermacam-macam untuk menarik orang menjadi anggota kelompok masing-masing dan mulai juga menjelek-jelekkan kelompok yang lain. Dengan demikian semakin nyatalah perpecahan di dalam jemaat itu, dan masing-masing dengan keunggulan dan kekayaannya memupuk kebanggaan terhadap diri sendiri. Sikap demikianlah yang dikecam dan ditegur oleh Paulus, Paulus ingin agar mereka kembali mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah dikuduskan oleh Kristus, yang seharusnya memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan dunia. Gereja dipanggil Tuhan untuk mempengaruhi dunia, bukannya malah dipengaruhi oleh dunia.

Peralihan

Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa berita salib adalah berita yang tidak boleh ditinggalkan, mungkin karena Paulus melihat bahwa perpecahan mereka telah membuat masing-masing kelompok itu sibuk mempromosikan keunggulan masing-masing untuk menarik orang dan tidak lagi mengumandangkan berita salib Kristus.

Bagi Paulus berita salib adalah hal yang penting, dan Gereja yang benar tidak boleh tidak mengabarkannya. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah mengapa berita salib itu begitu penting? Apa yang menjadi alasan sehingga dikatakan bahwa Gereja yang benar adalah Gereja yang menyampaikan berita tentang salib. Dalam perikop yang kita telah baca tadi sedikitnya ada tiga hal yang ditegaskan Paulus sebagai alasan mengapa Gereja yang benar harus menyampaikan berita salib.

 1.  Berita Salib Menyatakan Kebesaran Hikmat Allah (v. 18-25)

Penjelasan

 Salah satu alasan mengapa Paulus mengingatkan jemaat Korintus akan keunikan berita salib mungkin adalah karena berita itu sudah tidak lagi populer dalam kelompok-kelompok jemaat yang bersaing satu dengan yang lain.  Mungkin mereka menganggap berita itu akan kurang menarik minat orang, bahkan terkesan melemahkan usaha mereka membawa orang bergabung dengan kelompok mereka.  Di sanalah Paulus mengingatkan bahwa berita salib memang adalah kebodohan bagi orang yang akan binasa, bukan karena berita itu sendiri bodoh, tetapi karena orang-orang yang akan binasa itu tidak mampu untuk mengerti hikmat Allah yang besar.  Berita salib justru menyatakan kebesaran hikmat Allah, hikmat yang mematahkan dan membinasakan segala hikmat dan keangkuhan dunia.

Pada zaman itu, salib, seperti ribuan salib lainnya yang digunakan oleh orang-orang Romawi untuk menghukum mati penjahat, adalah dibuat dari kayu biasa, tetapi kemudian benda itulah yang membawa Kristus menjadikannya sebuah salib yang khusus untuk segala zaman.  Setiap kali Paulus berbicara tentang salib, ia mengacu kepada suatu peristiwa khusus di dalam sejarah.  Ini adalah peristiwa di mana Allah sendiri telah menyatakan hikmat-Nya yang besar melalui pemberitaan tentang salib, pemberitaan tentang Kristus yang tersalib. 

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, berita salib bukanlah berita yang muncul tiba-tiba setelah Kristus disalib.  Berita salib sudah dinubuatkan jauh sebelum berita itu sendiri menjadi kenyataan; bahkan semenjak manusia berada di ambang pintu Eden, sebelum diusir keluar dari sana, Tuhan sendiri sudah mengumandangkannya bahwa kelak keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala Iblis dan Iblis meremukkan tumit-Nya (Kej. 3:15).  Itulah nubuatan Allah yang pertama tentang salib, segera setelah kejatuhan manusia yang pertama dalam dosa.  Tidak hanya berhenti sampai di situ Saudara, ribuan tahun sesudah itu, dalam zamannya nabi Yesaya, Tuhan kembali menegaskan berita salib ini melalui nubuatan nabi Yesaya, bahwa Hamba Allah yang akan menyelamatkan manusia itu akan terlebih dahulu mengalami penikaman dan peremukkan oleh karena pemberontakan dan kejahatan manusia.  Sang Hamba Tuhan yang menderita itu digambarkan seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian (Yes. 53).  Itulah gambaran tentang kengerian peristiwa salib yang baru akan terjadi ± 700 tahun kemudian.

Oh Saudara, hikmat Allah itu bukanlah hikmat yang spontan; bukan hikmat yang asal-asalan, tanpa perencanaan, melainkan suatu hikmat yang sempurna, hikmat yang abadi, hikmat yang dirancang dalam kekekalan.  Oleh karena itu kita dapat mengatakannya sebagai suatu hikmat Allah yang besar.  Tetapi sayangnya, hikmat Allah yang sungguh besar dan sempurna ini tidak mampu dipahami oleh manusia, bahkan dipandang remeh oleh manusia.  Mengapa Saudara?  Karena manusia telah kehilangan kemuliaan Allah.  Seperti ada tertulis: “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.  Tidak ada seorang pun yang berakal budi, bahkan tidak ada seorangpun yang mencari Allah” (Rm. 3:10-11).  Dosa menyebabkan manusia tidak mengenal Allah.  Bahkan celakanya, dalam keterbatasan dan keberdosaannya, manusia justru menolak Allah dan malahan menghina dan menganggap bodoh hikmat Allah. 

Saudara, orang-orang Yunani dalam segala kepintaran mereka, kemampuan mereka berfilsafat, menganggap bodoh berita salib, karena tidak sesuai dengan logika dan hikmat mereka.  Orang-orang Yahudi dalam segala kesalehan mereka, ibadah mereka, berusaha mencari tanda untuk membuktikan pernyataan kuasa dan kebenaran Yesus, sebab berita salib tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan sebagai sebuah kemuliaan, tanda kemesiasan.

Oh Saudara, kedua jenis orang yang disebut Paulus dalam ayat 22 mewakili orang-orang yang sampai hari ini masih terus mencari dan menantikan tanda, juga mereka yang masih terus berkutat dengan filsafat mereka yang kosong.  Mereka ingin menjadi penentu bagi segala sesuatu, termasuk hikmat Allah.  Sayangnya, mereka hanyalah manusia biasa yang terbatas dan berdosa.

Ilustrasi

Saudara-saudara, kondisi manusia terbatas dan berdosa yang mencoba untuk menilai hikmat Allah dapat diibaratkan seperti empat orang buta yang sedang berdebat soal model seekor gajah.

Yang pertama karena memegang belalai gajah, maka iapun berkeras bahwa gajah itu bentuknya seperti ular yang panjang dan meliuk.  Yang kedua karena memegang kaki gajah, maka iapun berkeras bahwa gajah itu bentuknya seperti pilar yang kokoh dan tinggi.  Yang ketiga karena memegang perut gajah, maka iapun berkeras bahwa gajah itu bentuknya seperti tembok besar dan luas.  Sedangkan yang keempat karena memegang ekor gajah, maka ia pun berkeras bahwa bentuk gajah itu panjang seperti tali tampar yang bergoyang dengan lincah ke sana ke mari.  Keempatnya begitu yakin dengan bayangan masing-masing tentang seekor gajah dan menganggap bayangan orang lain adalah yang keliru bahkan bodoh, padahal mereka sebenarnya adalah orang-orang buta yang tidak dapat melihat.

Aplikasi

            Saudara-saudara, manusia yang berdosa tidak dapat mengerti hikmat Allah yang sempurna.  Tetapi itu tidak berarti hikmat Allah itu akan menjadi sia-sia.  Allah memilih orang-orang yang akan dan telah dibuat-Nya mengerti akan hikmat-Nya, dan kita yang mengaku diri sebagai murid-murid Kristus, adalah sebagian di antaranya.  Tugas kita sekarang adalah memberitakan kebesaran hikmat Allah itu!

Bapak/Ibu/Saudara yang terkasih, dunia dan kebodohannya boleh menganggap hina berita salib itu, bahkan mungkin menutup sebelah mata bagi kita yang mempercayainya.  Tapi Saudara, janganlah anggapan dunia itu meruntuhkan semangat kita untuk memberitakan hikmat Allah yang besar, melainkan sebaliknya marilah kita terus maju untuk memberitakan kebesaran hikmat Allah ini.  Kita sebagai orang-orang yang telah dipilih untuk diselamatkannya, bahkan dipilih juga untuk memberitakannya, marilah kita terus memberitakannya.  Dunia boleh tidak mengerti akan berita salib, tetapi kita yang dipilih dan dimengertikan oleh Allah, marilah kita berjuang untuk terus memberitakan kebesaran hikmat Allah kepada dunia ini.  Kita diutus Allah sebagai agen pemberita hikmat Allah yang besar di tengah dunia kita masing-masing yang tidak berpengharapan, sehingga dunia dapat mengerti hikmat Allah di dalam berita salib.  Pertanyaannya sekarang adalah: adakah kita yang mengerti ini sudah dengan setia mewartakannya?  Jangan-jangan kita justru terpengaruh untuk meremehkan berita salib dan meninggalkannya menjadi cerita sejarah dalam Kitab Suci!  Jangan Saudara, berita salib itu harus kita beritakan dengan setia. 

2.  Berita Salib Menyatakan Keajaiban Kuasa Allah (v. 26-31)

Penjelasan

Saudara, di dalam kebodohannya, manusia tidak mampu menyelami kebesaran hikmat Allah, tetapi justru di situlah kuasa Allah bekerja.  Berita salib menyatakan keajaiban kuasa Allah.  Allah menyatakan kuasa-Nya yang ajaib kepada manusia melalui salib; Allah menyatakan kuasa-Nya yang ajaib kepada manusia melalui Kristus yang tergantung di salib.  Kristus yang seharusnya dipermuliakan di tempat yang terhormat dan tertinggi, tapi kemudian ternyata direndahkan di tempat yang paling hina.  “Direndahkan” menurut pandangan manusia, karena salib adalah lambang kehinaan.  Namun Saudara, justru inilah keajaiban kuasa Allah.  Allah meninggikan orang yang dipandang rendah, dan merendahkan orang yang memandang dirinya tinggi. 

Paulus mengingatkan  hal ini kepada jemaat Korintus.  Paulus memaparkan, bagaimana dnegan ajaib Allah telah memakai orang-orang yang sederhana, yang dipandang remeh oleh dunia.  Bukankah kita ingat Saudara, bagaimana Tuhan memanggil para nelayan yang sederhana untuk dipakai sebagai murid-murid-Nya, yang kemudian menjadi para rasul yang luar biasa, pemberita-pemberita salib, yang bahkan rela mati syahid bagi Kristus?  Allah jelas tidak memilih mereka berdasarkan kriteria hikmat dan kehebatan, tetapi justru karena kesederhanaan mereka itulah, Tuhan memilih dan menyatakan kuasa-Nya melalui mereka.  Bukan hanya itu, dengan ajaib pula Allah telah mengubah orang-orang yang tidak layak/hina bagi dunia, untuk menjadi layak di hadapan Allah.  Sejarah gereja membuktikan begitu banyak orang-orang yang mulanya jahat, kejam, dan berdosa, namun oleh kuasa salib Kristus diubah menjadi orang-orang yang lembut, murah hati, dan penuh kasih.

Saudara, kalau kita merenungkan tentang salib, maka mulai dari ketika salib Kristus itu berdiri di Bukit Golgota, pada suatu hari Jumat yang agung, kuasa salib itu telah mempertobatkan seorang penjahat yang disalibkan di samping Kristus.  Penjahat yang mulanya menghina Kristus dan mengolok-olok Dia, tetapi yang kemudian hatinya dilembutkan.  Pada detik-detik pengharapannya yang terakhir, kuasa salib itu menyentuh dia, dan dia berkata, “Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja.”  Bahkan ia berani menegur temannya yang juga disalib waktu itu karena terus berani mengolok-olok Yesus.  Dan Juruselamat yang tersalib itu bertutur lembut kepadanya, “Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”  Kuasa salib itu telah menyelamatkannya dari hukuman dosa yang kekal. 

Ilustrasi

Saudara-saudara, di dalam memahami panggilannya, Paulus melihat titik pertobatannya sebagai suatu titik balik yang luar biasa.  Paulus tahu, dia dulu adalah seorang penganiaya jemaat Allah, seorang yang jahat dan melawan Allah.  Tetapi di dalam perjalanannya ke Damaskus, kuasa Allah mengubahnya dengan ajaib  Saulus sang penindas jemaat diubah menjadi Paulus sang gembala jemaat.  Paulus mengatakan bahwa setelah pertobatan ia hanya ingin bermegah di dalam salib Tuhan Yesus Kristus, sebab oleh salib itu dunia telah disalibkan baginya dan ia bagi dunia.

John Newton juga mengalami keajaiban kuasa salib itu, dari sang kelasi yang kasar dengan kehidupannya yang bejat, ia bahkan dikenal sebagai seorang yang sering mengutuki Allah dengan kasar, sumpah serapahnya begitu mengerikan.  Tetapi sang penjual dan penindas budak inipun tidak luput dari kuasa salib Kristus.  Ia dicelikkan oleh Tuhan dan hidupnya diubahkan.  Kuasa salib Kristus mengubahkan John Newton sebagaimana pujian yang dikarangnya, “Sangat besar anugerah-Mu, yang b’ri aku selamat; ‘ku t’lah hilang, Tuhan dapat, buta sekarang melihat.”  John Newton yang bejat, diubahkan oleh keajaiban kuasa Allah melalui berita salib yang didengarnya, sehingga dia kemudian menjadi pemberita salib Kristus yang dipakai Tuhan dengan luar biasa.

Bapak/Ibu/Saudara yang terkasih, Allah memilih orang-orang yang sederhana, orang-orang yang tidak layak, orang-orang yang terhina untuk menerima karunia Allah yang besar dan memahami hikmat-Nya.  Saudara, mari kita perhatikan ayatnya yang ke-27 dan 28.  Di sana ada satu kata yang indah, yang diulang-ulang oleh Paulus, bahkan dalam terjemahannya, LAI mengulangnya sampai empat kali.  Dikatakan, “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti.”  “Dipilih”, itulah kata yang mengatakan inisiatif Allah, otoritas Allah, dan keagungan kuasa Allah.  Manusia yang hina seperti saya dan saudara, dipilih oleh Allah untuk menjadi alat bagi-Nya. 

Aplikasi

Bapak/Ibu/Saudara yang terkasih, Allah terus bekerja pada hari ini untuk memanggil orang-orang agar menerima keajaiban kuasa-Nya, dan Ia mau agar kita yang telah menerima keselamatan ini berbagian di dalam pekerjaan itu.  Adakah orang-orang tertentu yang selama ini kita harapkan untuk bertobat tetapi sampai hari ini masih saja mengeraskan hatinya?  Adakah kemudian hal itu membuat kita menjadi ragu, apakah kuasa berita salib dapat melembutkan dia, apakah berita salib itu masih perlu disampaikan kepadanya?  Saudara-saudara, berita salib menyatakan keajaiban kuasa Allah, itulah yang kita nantikan, dan bukan segala usaha dalam hikmat kata-kata!

Hidup manusia yang pekat dengan dosa, hanya dapat dibasuh oleh darah Yesus yang telah tercurah di kayu salib, dan itulah berita salib.  Jikalau engkau dan saya percaya bahwa berita salib itu menyatakan kuasa Allah yang tidak berubah dari dulu, sekarang, dan sampai selama-lamanya, adakah hidup keseharian kita merupakan hidup yang terus mewartakan berita salib itu?  Mari kita mengevaluasi hidup kita masing-masing.

3.  Berita Salib Menyatakan Inti Injil Allah (v. 2:1-5)

Penjelasan

Alasan ketiga mengapa berita salib harus diwartakan gereja Tuhan dengan setia, adalah karena memang berita salib itu menyatakan inti Injil Allah.  Dalam ayat 2 Paulus mengatakan bahwa yang menjadi keinginannya, atau yang menjadi hal yang paling penting di dalam kesaksiannya akan Injil adalah berita tentang Yesus yang disalibkan. 

Saudara-saudara, salib adalah inti dari Injil.  Dan Injil yang diberitakan oleh Paulus adalah Injil yang satu-satunya.  Selain daripada Injil itu tidak ada Injil yang lain.  Injil yang satu-satunya itu adalah Injil yang berpusat pada berita salib Kristus.  Injil adalah kabar baik; Injil adalah berita kemenangan.  Tetapi Injil juga adalah berita penghakiman Allah (Rm. 2:16). 

Sebagai inti dari kabar baik, salib menggambarkan anugerah Allah, karya pendamaian yang dilakukan Allah dengan mengutus Putra-Nya yang tunggal, untuk menebus manusia yang berdosa.  Sebagai inti dari berita kemenangan, salib menggambarkan misi Kristus yang tuntas di dalam kedatangan-Nya di dalam dunia.  Di atas salib itulah Yesus berseru: “Sudah selesai”.  Artinya tugas atau misi yang ditanggung-Nya sebagai penebusan umat manusia sudah tuntas Ia laksanakan dengan puncaknya di atas kayu salib.  Dan sebagai inti dari pernyataan penghakiman Allah, salib jelas menjadi paradoks kasih dan keadilan Allah yang menyatu.  Allah yang adil adalah Allah yang harus menghukum dosa, dan upah dosa adalah maut.  Allah yang kasih adalah Allah yang ingin agar orang-orang berdosa diselamatkan, dan itulah yang dilakukan-Nya di atas kayu salib. 

Hari ini, banyak gereja yang cukup sadar akan tugasnya untuk mengabarkan Injil, bahkan banyak gereja yang saling berlomba atau kadang berebut jiwa untuk dimenangkan bagi Kristus.  Tetapi Injil yang dikabarkan bukan lagi Injil yang berpusatkan pada salib Kristus, melainkan Injil yang sudah dipercantik dengan iming-iming kesuksesan; Injil yang sudah dihias dengan janji-janji kesembuhan; Injil yang dikemas dalam berbagai acara spektakuler, sementara salib Kristus ditinggal jauh di luar sana.  Saudara-saudara, berita salib memang terkesan tidak menarik di dalam dunia yang modern ini.  Tetapi itulah Injil.  Injil tanpa salib bukanlah Injil.  Injil tanpa salib adalah Injil yang dipalsukan.

Ilustrasi

Gerakan misi di Tiongkok mengenal dengan baik istilah “Makin Dihambat – Makin Merambat”, yang menunjukkan bagaimana kondisi penyebaran Injil di sana adalah penyebaran Injil yang pernah sangat menerima hambatan, tetapi yang ajaib adalah ketika Injil itu semakin dihambat, justru berita itu semakin tersebar dengan pesatnya, dan terjadilah arus ledakan jumlah orang Kristen yang dimenangkan oleh Injil.

Sejarah membuktikan bahwa justru di tengah banyaknya penganiayaan yang dialami oleh Gereja, justru di sanalah Injil itu tersebarkan dengan motivasi yang tulus dan menjalar dengan demikian luasnya ke berbagai pelosok daerah. Bukankah hal itulah yang terjadi terhadap Gereja mula-mula? Ketika Injil itu diperkenalkan dengan resiko salib bagi yang menerimanya, maka di sanalah penyebaran Injil itu sungguh-sungguh telah terbukti begitu dahsyat ledakannya. Dan orang-orang Kristen yang dihasilkan adalah orang-orang Kristen yang sungguh memiliki kehidupan rohani yang militan dan memiliki pengaruh yang luar biasa. Inilah bukti bahwa berita salib itu menyatakan inti Injil Allah. 

Aplikasi

Saudara-saudara bagaimana dengan kita yang tinggal di Indonesia ini? Gereja sepertinya ada di mana-mana dengan berbagai keunikannya, dan tentu seiring dengan hal itu berita Injil pun diberitakan dengan berbagai cara. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah berita salib masih menjadi pusat dalam usaha penginjilan kita? Apa yang kita tawarkan kepada orang yang kita ajak untuk mengenal Kristus? Apakah kesuksesan di dalam Kristus? Apakah kesembuhan di dalam Kristus? Semua hal itu memang bisa saja terjadi dalam kehidupan seorang Kristen, tetapi hal-hal itu bukanlah yang terutama dalam pemberitaan Injil. Berita Injil yang berpusatkan pada salib akan mengajak orang itu untuk mengaku dosanya di hadapan salib Kristus, dan kemudian memulai suatu hidup baru yang berpadanan pada Kristus!

Penutup 

Saudara-saudara, ketika kita mengerti bahwa berita salib itu menyatakan kebesaran hikmat Allah, ketika kita memahami bahwa berita salib itu menyatakan keajaiban kuasa Allah, dan ketika kita menyadari bahwa berita salib itu menyatakan inti Injil Allah, maka sebagai murid-murid Kristus tugas kita tidak lain adalah untuk segera mengabarkannya. Dan berita itu bukan saja harus disampaikan dengan kata-kata, tetapi terlebih lagi juga harus terpancarkan dalam sikap hidup kita sehari-hari.

Jikalau berita salib itu sudah kita beritakan dengan giat, tetapi hidup keseharian kita tidak memancarkan gaya hidup yang memikul salib, maka pemberitaan itu sendiri tidak akan menjadi pemberitaan yang berdampak. Gaya hidup memikul salib adalah gaya hidup yang menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya, serta memberikan diri untuk hidup dipimpin oleh Roh. AMIN!