sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema     : “Ya Bapa, Ampunilah mereka”

Nats      : Lukas 23:33-38.

Penulis : Nathanael Channing

Tujuan:

1. Mengetahui bahwa kasih Kristus adalah kasih yang sungguh-sungguh mengampuni orang lain yang bersalah.

2. Mempunyai sikap hati yang terus belajar untuk dapat memberikan pengampunan yang sungguh-sungguh.

3.Berani mewujudkan pengampunan itu kepada orang-orang yang selama ini menyakitkan hatinya. Mempunyai  jiwa pendamai dengan sesamanya.

 

Pendahuluan.

Kalau kita melihat kalender gerejawi, maka saat ini adalah Minggu ke II dalam masa minggu-minggu sengsara Tuhan Yesus. ada 7 Minggu sengsara Tuhan Yesus, dan puncaknya nanti pada saat Jumat Agung, yaitu kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib. Mulai Minggu ini kita akan merenungkan 7 ucapan Tuhan Yesus di atas kayu salib, yaitu

1. “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

2. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”

3. “Wanita, inilah anakmu… inilah ibumu!”

4. “Eli, Eli, Lamasabakhtani, Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

5. “Aku haus!”

6. “Sudah Genap!”

7. “Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”

Dalam Minggu II ini kita akan merenungkan ucapan Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib, yaitu: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”

Namun tidak ada salahnya juga diawal tahun 2004 ini kita mencoba merenungkan kembali masalah pengampunan, banyak orang yang telah menyakiti hati dan jiwa kita, adakah pengampunan bagi mereka ditahun yang baru ini?

Isi:

Ucapan Tuhan Yesus: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Tidak dapat kita hayati dengan baik, kalau kita tidak mengerti bagaimana penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus.

Penderitaan itu sudah dimulai sejak di dalam taman Getsemane. Tuhan Yesus tahu, bahwa sebentar lagi akan ditanggap, diadili dan kemudian disalibkan. Oleh karena itu Tuhan Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk berdoa di taman Getsemane. Dan setelah berdoa, maka Tuhan Yesus ditangkap oleh tantara-tentara Yahudi dan kemudian masuk dalam proses pengadilan yang sangat melelehkan.

Bukan hanya itu saja, selama proses pengadilan itu Tuhan Yesus benar-benar mengalami penderitaan dan penganiayaan luar biasa; ada yang mengejek, menghina, mencaci maki, memukul, meludahi, sampai akhirnya disesah dan dalam kelelahan Ia harus memikul kayu salib yang berat sehingga mengalami beberapa kali terjatuh, akhirnya sampai ke Golgota.

Kemudian proses penyaliban itu, begitu tiba di bukit Golgota, maka salib kayu itu kemudian ditidurkan di atas tanah, dan orang yang akan disalib, juga di tidurkan di atas kayu itu. lalu tangan-nya dibentangkan dan terus dipaku, kakinya diikat dan ada ganjalan untuk bantalan kaki-Nya; sebab jika tidak ada bantalan duduk untuk kaki-Nya, maka tangan yang dipaku itu akan robek tertarik oleh berat badan yang menggantung. Setelah Tuhan Yesus di paku, dikenakan mahkota duri, maka salib itu ditarik untuk ditinggikan. Dan ini sakitnya luar biasa. Kadang-kadang pada saat seseorang dipaku di atas kayu itu, ada beberapa wanita yang datang dengan membawa anggur cuka.

Fungsi anggur cuka itu adalah untuk membius orang tersebut, sehingga dengan bius itu dapat mengurangi sakitnya. Tetapi di sini Tuhan Yesus menolak untuk minum air anggur cuka itu. Jadi:

Saat itu adalah saat yang paling lelah secara fisik.

Saat itu adalah saat yang paling sengsara

Saat itu adalah saat paling sendirian, tanpa teman

Jadi penderitaan Tuhan Yesus mencakup tubuh, jiwa dan Roh-Nya; tubuh jelas mengalami penderitaan dan sakit yang luar biasa; jiwa jelas mengalami tekanan yang amat berat, karena Dia mengalami penghinaan yang luar biasa, Dia yang tidak salah di jadikan salah, Dia yang tidak berdosa dijadikan dosa. Dan puncak penderitaan Tuhan Yesus adalah dalam Roh-Nya, karena Dia ditinggalkan Allah Bapa dan turun ke dalam kerajaan maut.

 

Dengan situasi dan kondisi yang demikian itu, Tuhan Yesus mengucapkan kalimat yang pertama, yaitu: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Apa arti dari kalimat ini?

 

1. Menyatakan Keadilan dan Kasih Allah Telah Digenapi.

 

Ya, Bapa ampunilah mereka… menyatakan bahwa Keadilan dan Kasih Allah sudah digenapi dengan sempurna di dalam diri Tuhan Yesus. Untuk menggenapi keadilan dan kasih, dibutuhkan korban nyawa yang tidak bersalah dan tidak berdosa, yaitu Tuhan Yesus.

Keadilan Allah menyatakan bahwa upah dosa ialah maut (Roma 6:23). Tidak ada jalan kompromi di dalam diri Allah. Perjanjian antara Allah dan manusia sudah sangat jelas, yaitu pada saat kamu makan buah pengetahuan yang baik dan jahat, maka kamu akan mati (Kej. 2:17). Mati di sini adalah terpisahnya antara Allah dan manusia, jika ini terjadi maka itu berarti maut. Dengan lain kata, mati di sini dapat diartikan sebagai maut atau kebinasaan.

Kita tidak bisa membayangkan penderitaan maut itu seperti apa; yang pasti jauh berlipat-lipat ganda dari penderitaan kita di dalam dunia ini. Tetapi itulah konsekwensi dosa. Manusia yang telah berdosa harus menuju kepada maut. Keadilan Allah tidak dapat dikompromikan, keadilan Allah tidak bisa disuap. Orang yang berdosa harus dihukum mati.

Tetapi di sisi lain, Allah adalah Allah yang kasih. Kasih Allah yang mendorong diri-Nya untuk menyelamatkan manusia  yang berdosa ini dari hukuman maut. Allah tahu bagaimana penderitaan di dalam maut. Allah bukan Allah yang diam berpangku tangan ketika melihat manusia berjalan manuju kepada kebinasaan.

Tetapi kasih Allah juga bukan kasih yang membabi buta, asal memberikan kasih-Nya tanpa melihat konsekwensi dari kasih itu. Kasih Allah bukan kasih yang sembarang diberikan kepada manusia; karena sifat kasih Allah tidak bisa bertentangan dengan sifat keadilan-Nya. Kasih Allah tetap harus menjalankan hukuman Allah. Kasih yang tanpa menghukum itu berarti tidak mendidik; dan menghukum tanpa kasih itu berarti kejam!

Bagaimana keadilan dan kasih Allah itu dapat berjalan seiring? Di atas kayu salib, Anak Domba Allah yang tidak bersalah dijadikan salah, yang tidak berdosa dijadikan dosa, yakni untuk menanggung beban dosa semua manusia. Di atas kayu salib itulah, Keadilan dan Kasih Allah digenapi. Keadilan yang menyatakan hukuman upah dosa ialah maut dan kasih menyatakan bahwa Tuhan Yesus mengampuni semua orang yang ada di bawah hukuman maut.

Illustrasi:

 

1. Ada seorang ibu yang mengandung anak kembar.

2. Setelah anak itu lahir, maka anak itu mempunyai karakter yang sangat berbeda, yaitu yang tua jadi penjahat dan yang muda jadi seorang hakim yang bijaksana, yang cinta kebenaran dan kebaikan.

3. Setelah dua puluh lima tahun tidak pernah bertemu, ternyata kakaknya jadi buronan polisi. Dia tertangkap dan di bawa ke pengadilan.

4. Hukuman yang pantas dikenakan adalah mati! Karena dia sudah berkali-kali merampok dan membunuh orang lain.

5. Adiknya, yang tidak dikenal kakaknya, karena sudah lama tidak jumpa; tetapi adiknya mengenalnya dengan baik. Dia harus mengadili kakaknya sendiri.

6. Betapa sulitnya pengadilan itu, karena dia harus menjatuhkan hukuman mati, namun di sisi lain, dia juga mempunyai belas kasihan yang besar terhadap kakaknya. Tetapi kalau dia tidak menghukum mati, maka jelas hakim itu bukan hakim yang bijaksana. Akhirnya adiknya menjatuhkan hukuman mati!

7. Menjelang pelaksanaan hukuman mati tiba; pagi-pagi hari adiknya menjumpai kakaknya dalam penjara, adiknya memperkenalkan diri, dan betapa terkejutnya sang kakak. Mereka sama-sama berangkulan dengan harunya. Lalu adiknya mengatakan: “Silahkan kakak pakai pakaian saya dan saya akan memakai pakaian kakak; lalu segeralah kakak ke luar dari penjara ini, dan jangan berbuat dosa lagi”. Kakaknya melakukan seperti yang dikatakan adiknya. Mereka lalu saling berpisahan. Tiba waktunya, kemudian hukuman mati dijatuhkan.

Apa yang dilakukan sang adik ini? Jelas dia mengampuni kakaknya hanya dengan satu jalan, yaitu mengorbankan dirinya. Pada saat hukuman dijatuhkan, tembakkan dilepas dan mengena sasaran pada dirinya, dia mati. Maka di sini hukuman itu sudah dijalankan. Keadilan itu sudah digenapi, yang salah dan berdosa sudah dihukum mati. Tetapi siapa yang mati? Adiknya, bukan kakaknya. Kakaknya telah bebas. Di sinilah letak kasih yang tak terhingga.

Itulah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus! Dia rela mati, untuk memenuhi keadilan Allah, karena upah dosa hukumannya adalah maut. Dan pada saat Tuhan Yesus mati, maka hukuman itu sudah dilaksanakan, sudah dijatuhkan di dalam diri Tuhan Yesus.

Namun, kasih itu nyata, karena yang mati bukan kita, manusia yang berdosa ini, melainkan Diri Tuhan Yesus sendiri. Oleh karena itu Dia berkata: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Dengan lain kata, Bapa jangan hukum manusia dengan maut; silahkan hukum Aku, karena untuk itulah Aku datang ke dalam dunia. “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan menyerahkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mark. 10:45). Dan disinilah kasih Tuhan Yesus dinyatakan dalam kehidupan setiap manusia.

 

2. Menyatakan Pengampunan yang Sempurna  Dari Kristus.

 

“Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.  Ucapan Tuhan Yesus ini merupakan permohonan kepada Allah Bapa, agar melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib, semua manusia yang percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat mendapatkan Pengampunan yang sempurna dari Allah Bapa. Tuhan Yesus berkata: “Ampunilah mereka”, apa artinya? Pengampunan itu selalu diberikan kepada mereka yang bersalah, atau  melakukan kesalahan yang sangat menyakitkan. Dengan pengampunan itu maka segala kesalahan itu ditiadakan, dilupakan, ditinggalkan atau dipendam dalam-dalam untuk tidak pernah diingat-ingat lagi atau diungkit-ungkit lagi.

Sekarang permasalahannya adalah bagaimana seseorang itu berbuat salah, sehingga membutuhkan pengampunan? Saya percaya bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang tidak pernah berbuat salah. Ada kesalahan yang biasa, artinya yang mudah diampuni dan dilupakan; tetapi ada kesalahan yang tidak mudah diampuni dan dilupakan.

Kesalahan yang terus menerus melekat dalam benak memori kita, atau bahkan sampai ke dalam alam bawah sadar, yang membuat kita sering bermimpi buruk atau pengalaman-pengalaman traumatis. Misalnya,  Kesalahan yang dianggap mengkhianati perjanjian-perjanjian yang telah disepakati bersama, misalnya dalam relasi suami dan isteri – jika terjadi perselingkuhan atau perceraian; dalam relasi kerja – jika salah satu rekan kerja mengkhianati dan merugikan sepihak, pasti sangat menyakitkan. Atau kemarahan yang emosional, sehingga mengeluarkan kata-kata yang tidak terkontrol, dan itu sangat menyakitkan hati. dan sebagainya. Mengapa seseorang bisa berbuat salah? Karena dia tidak tahu apa yang dia perbuat. Itulah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus.

Socrates berkata: “Kalau seseorang tahu, dia tidak akan berbuat jahat. Kalau seseorang berbuat jahat adalah karena dia tidak memiliki pengetahuan yang sungguh-sungguh”. Bagi Socrates, seseorang berbuat jahat atau berbuat salah karena dia tidak tahu kalau hal itu salah. Dan jika seseorang akhirnya berbuat salah, maka dia sebenarnya tidak memiliki pengetahuan yang sungguh-sungguh. Permasalahannya di sini adalah apakah manusia yang sudah berdosa ini bisa mempunyai pengetahuan yang sungguh-sungguh?

Berbeda dengan Tuhan Yesus. Secara gamblang Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia tidak tahu apa yang mereka perbuat. Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang benar.

Justru yang dilakukan manusia sudah diperhamba oleh dosa, dan akhirnya hanya kesalahan demi kesalahan; saling menyakitkan dan menghancurkan; saling mementingkan diri sendiri dari pada orang lain, dan sebagainya.

 Jadi apa yang dikatakan Socrates itu merupakan filsafat omong kosong, karena bagi Socrates seseorang yang memiliki pengetahuan yang sungguh-sungguh tidak mungkin melakukan kejahatan atau kesalahan. Adakah orang di dunia ini memeiliki pengetahuan yang sungguh-sungguh, sehingga dalam hidupnya tidak pernah bersalah – apalagi di hadapan Allah?

Tuhan Yesus dihadapan Allah Bapa, pada saat Dia diatas kayu salib, Dia berseru: “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Tuhan Yesus tahu benar keadaan manusia yang berdosa; yaitu orang-orang yang tidak mungkin melakukan kebaikan dan kebenaran, setiap tindakan mengandung kesalahan yang besar di hadapan Allah. Maka Tuhan Yesus, sadar sepenuhnya mengapa manusia bisa menganiaya Dia, mencaci maki, menghujat, meludahi, menampar, menghina, menyesah dan akhirnya menjatuhkan hukuman mati di atas kayu salib? Karena mereka semua tidak tahu apa yang diperbuatnya. Mereka semua adalah hamba dosa dan hanya kejahatan yang dilakukan.

Oleh karena itu Tuhan Yesus memohon agar Allah Bapa mengampuni semua manusia, karena mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya.

Dalam (menghayati Mingu-Minggu sengsara Tuhan Yesus) memasuki tahun yang baru ini marilah kita melihat siapa diri kita ini? Kita ini tidak lain adalah orang-orang yang selalu melakukan kesalahan di hadapan Allah Bapa  dan sesama kita. Tetapi Tuhan Yesus sangat mengasihi kita, sehingga Dia mempunyai alasan yang kuat untuk Allah Bapa tidak menghukum manusia, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat; oleh karena itu upah dosa ialah maut, silahkan Bapa menghukum di dalam diri-Ku; Aku telah menyerahkan seluruh hidup-Ku sampai taat mati di atas kayu salib.

Siapa yang mau datang kepada Tuhan Yesus? Apapun kesalahanmu, apapun luka hatimu, apapun beban hidupnya yang penuh dengan kesusahan. Datanglah kepada Tuhan Yesus, Dia yang akan memberikan kelegaan dalam hidup kita.

Maukah kita mempunyai sikap hati yang terus belajar untuk dapat memberikan pengampunan yang sungguh-sungguh pada setiap orang yang telah bersalah pada kita? Seperti apa yang diajarkan oleh rasul Paulus di Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian..

Beranikah kita mewujudkan pengampunan itu kepada orang-orang yang selama ini menyakitkan hatikita? Biarlah ditahun yang baru ini kita mempunyai  jiwa pendamai dengan sesamanya. Amin.

--------------------------