sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema                : PRINSIP MUSA MENGHADAPI KRITIK
Nats                 : Amsal 16:18, Bilangan 12:1-16
Penulis              : Saumiman Saud

Tujuan              : Agar jemaat mengerti  bahwa kritik dan teguran bagi Pemimpin adalah bersifat  persahabatan  bukan dalam arti menjadi  musuh? Karena itu Musa sebagai TELADANI bagi kita yang dikritik maupun yang mengeritik.

Pendahuluan: Senang atau tidak, sebagai manusia kita pasti pernah dikritik oleh orang lain, malah kadang-kadang kritik yang kita terima itu cukup keras. Kritik bisa membuat seseorang putus-asa.  Kritik bisa membuat seseorang itu frustrasi. Kritik bisa membuat seseorang itu patah semangat.  Namun saudara, apabila kritik itu disampaikan dengan jujur dan dapat dipertanggung-jawabkan, dengan suatu hati yang hancur ingin mengubah orang itu menjadi lebih baik, sesuai dengan firman Tuhan maka kita yakin dan percaya "Kritik mejadi suatu hal yang berguna sekali". 

Tetapi kalau kritik itu dipergunakan untuk menjatuhkan orang lain, maka kritik semacam ini merupakan suatu yang membahayakan. Semua orang tidak senang kalau ia dikritik, walaupun ada pemberitahuan yang senantiasa berbunyi "Kritikan anda sangat kami harapkan".  Sesungguhnya kalau mereka menerima kritik maka kenyataannya mereka akan emosi dan marah.  Kita mengambil Lukas 3:19-20 sebagai contoh, seseorang yang cukup berang ketika menerima kritikan dari orang lain, orang itu bernama Herodes.  Namun ada juga contoh dari Alkitab, seseorang yang bisa dengan rendah hati menerima kritik dari orang lain,  yakni Daud (lihaat 2 Samuel 12:1-21).

Saudara, Memang kita tidak disarankan supaya selalu harus mendengar kritikan dari orang lain, jikalau Saudara mendengar semuanya; anda akan merasa bingung.  Untuk jelasnya saya memakai  cerita yang menarik yang dapat kita pelajari dari seorang pujangga Yunani yang bernama Aesof.

Ilustrasi:

Suatu hari ada seorang kakek yang sedang berjalan bersama cucunya, dan sambil berjalan mereka membawa seekor keledai dari suatu desa ke desa yang lain. Perjalanan yang mereka tempuh ini sangat jauh, sehingga mereka berdua merasa capek sekali. Di tengah perjalanan mereka bertemu seorang gadis, melihat mereka begitu capek maka gadis itu berkata "Hai saudaraku, saya lihat kalian begitu capek?, kenapa kalian tidak naik saja di atas keledai? Bukankah akan menghemat banyak tenaga kalian?" Kakek dan cucu ini saling memandang, akhirnya sang kakek menyuruh cucunya naik keledai itu.  Namun tidak seberapa jauh, mereka bertemu dengan seorang petani "Hai anak muda!" demikian kata petani itu, "Engkau masih muda, mengapa kamu tega membiarkan kakekmu berjalan, sementara engkau dengan santai duduk di atas keledai?, bukankah lebih bijaksana jikalau engkau yang berjalan dan kakekmu yang naik keledai?" Mendengar itu sang cucu dengan malu cepat-cepat turun dari keledai tersebut sembari mempersilahkan kakeknya naik. Tetapi baru berjalan setengah jam, mereka bertemu seorang ibu "Hai sahabatku, apakah kalian tidak kasihan pada keledai yang lemah itu?" Sang kakek dan cucu berpikir sebentar, betul juga apa yang dikatakan perempuan itu. Akhirnya kakek dan cucu ini terpaksa berjalan kaki kembali sambil menggendong keledainya. Sekarang bagaimana caranya kita menghadapi kritik? Kalau kita harus mendengar semua dan mengubah semua, kita pasti sangat bingung.

Sekalipun demikian  kita akan melihat beberapa prinsip yang dipergunakan Musa ketika menghadapi kriktik dari Miryam dan Harun.  Ada tiga hal yang bisa kita teladani dari Musa.

I. MUSA TIDAK MEMBELA DIRI

Bilangan  12:1 dimulai dengan "Miryam dan Harun mengata-ngatai Musa, berkenaan dengan perempuan Kusy yang diambilnya, sebab memang Ia telah mengambil seorang perempuan Kusy." Sebenarnya kalau kita perhatikan bagian akhir dari pasal 11, kita dapat melihat suatu pemberontakan yang mulai terjadi diantara orang-orang di Israel, secara khusus orang yang bukan Israel pribumi tetapi mereka turut keluar dari Mesir. Mereka semua bersungut-sungut, mereka protes, kenapa setiap hari  makan Manna dan burung Puyuh. Padahal sewaktu di Mesir makanannya enak-enak. Kita dapat memaklumi keadaan mereka, seandainya mereka ngomel rasanya wajar. Coba bayangkan kalau kita selama satu bulan disuruh makan makanan yang sama terus. Bisa bosankan? Di Mesir mereka bisa makan ikan, mentimun, bawang merah, semangka, rempah-rempah dan lain-lain. Tetapi sekarang hanya Manna dan burung Puyuh. Bosan. Biarpun kita memaklumi keadaan mereka, tetapi sekarang mereka berontak kepada Tuhan, itu berarti mereka tidak menghargai berkat Tuhan. Mereka lupa karya besar Tuhan yang menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir. Tidak ada ucapan syukur, melainkan bersungut-sungut. Mereka hanya ingat kesusahan saja, lupa akan kesenangan yang mereka pernah nikmati dari Tuhan.. Ayat 3 mencatat "Musa seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari semua orang yang ada"  Saudara, Musa yang sangat lembut hatinya itu mendengar orang Israel bersungut-sungut ia marah sekali.

Musa membela mati-matian Tuhannya.  Namun lain halnya ketika dirinya sendiri dikata-katai oleh Miryam dan Harun, ia tidak membela diri. Ia diam, ia bungkam. Miryam dan Harun seharusnya mendukung pelayanan adiknya, tetapi sekarang malah mengata-ngatainya. Dalam bahasa Ibrani jelas terlihat bahwa yang mengata-ngatai Musa itu adalah Miryam dan Harun hanya ikut-ikutan. Itulah sebabnya Miryam lebih dahulu dihukum Tuhan dengan penyakit kusta. Saudara, kalau Musa diam, itu bukan berarti Musa takut atau pengecut, tetapi justru Musa ingin Tuhan sendiri yang menilai dia. Karena Musa tahu apa yang dilihat Tuhan senantiasa yang benar, pandangan mata manusia sering kali salah. Bagaimana dengan kita semua? Bukankah sering kali kita begitu cepat naik darah (emosi)? Sering kali kita marah tatkala orang lain mencoba untuk menasihati kita.  Sering kali kita merasa kecewa, bahkan membela diri dengan berbagai dalih, supaya menunjukkan kita itu yang paling benar dan orang lain yang mengkritik kita pasti yang salah. Marilah kita teladani Musa, ia tidak membela dirinya sendiri. "Yang benar, tetaplah benar". Tuhan tahu itu, Tuhan membela Musa.

 

 II. MUSA TIDAK MEMBALAS DENDAM

Sekali lagi kalau kita perhatikan Alkitab kita, rupanya dasar keluhan atau dasar dari Miryam mengata-ngatai Musa itu karena ada rasa iri, ditambah lagi Musa mengawini orang asing yakni perempuan Kusy. Hal ini membuat Miryam begitu semangat untuk mengata-ngatai Musa. Sebenarnya Miryam itu dulunya begitu mengasihi adiknya Musa. Ketika Musa berumur tiga bulan dan waktu Musa hendak dibuang ke sungai Nil. Bukankah Miryam yang menjaga Musa dari jauh, dan berjuang mati-matian untuknya?  Namun mengapa sekarang pertikaian ini bisa terjadi?  Hal ini tidak lain karena di dalamnya ada rasa iri. Iri hati bisa membuat seseorang itu lupa akan kenangan manis yang lalu, walaupun orang itu adalah saudara kandung.

Perhatikan ayat 2 "Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman? Saudara, jelas bukan ayat ke 2 ini menunjukkan bahwa Miryam merasa iri hati kepada Musa.  Kepopulerannya seakan-akan dirampas oleh Musa?  Dulu Miryam begitu hebat dan terkenal. Miryam pernah memimpin paduan suara terbesar di dunia  tatkala orang-orang Israel telah melewati laut Teberau dalam keadaan kering (lihat Keluaran 15:20-21). Miryam juga disebut sebagai seorang nabiah.  Bahkan di dalam kitab Mikha 6:4, Miryam disebut sebagai Penganjur, tatkala Musa dan Harun diutus Allah.  Ini semua merupakan kesuksesan masa lalunya, dan sekarang sudah berlalu. Tetapi saat ini, Miryam merasa tersingkir. Kepopulerannya mulai pudar.  Kedudukan Musa seakan-akan melampaui dia. Tuhan lebih banyak memberikan karunia-Nya kepada Musa. Itulah sebabnya tidak heran bila Miryam berang dan mengata-ngatai Musa.

Sebaliknya, lain dengan Musa itu; Ia tidak bersikap negatif menanggapi semua kritikan itu. Ia diam saja. Ia tidak dendam. Ia tidak membalas. Namun kalau kita perhatikan ayat yang selanjutnya (ayat 8b dan 9), murka Allah sendiri yang membalas, Miryam menderita kusta.

Hari ini mungkin anda mengalami masalah-masalah yang demikian. Tatkala orang-orang melihat anda, mereka mulai iri,. Mungkin itu terjadi di kantor, anda dipromsikan naik pangkat, anda lebih diperhatikan oleh bos. Ada saja orang-orang lain yang juga memperhatikan itu, tetapi mereka iri dan berusaha mencelakakan anda. Bagaimana sikap anda?  Ketika melihat usaha anda sudah mulai berhasil dan sukses, orang-orang mulai mengorek-ngorek masa lalu anda dan berusaha menjatuhkan anda.  Sewaktu anda gagal mungkin orang lain tidak pernah merasa iri terhadap anda. Habis tidak ada untungnya. Presiden Bill Clinton ketika baru saja dicalonkan menjadi presiden, banyak orang yang berusaha mengorek-ngorek masa lalunya. Kita tidak tahu apa motivasinya. Mungkin benar masa lalu kita kurang beruntung? Mungkin benar masa lalu kita bobrok? Mungkin benar masa lalu kita penuh dengan dosa.Tetapi bukankah tatkala kita menyatakan iman kita menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat kita, dosa kita sudah dihapus. Itulah sebabnya marilah kita serahkan kepada Tuhan tatkala kita menghadapi kritik.  Biarlah Tuhan yang memperhitungkan dengan orang tersebut, kuncinya adalah kita harus benar-benar bersih seperti Musa.

III. MUSA TIDAK MEMBENCI

 Bagi Musa, bagaimanapun Miryam dan Harun adalah saudara kandungnya.  Walaupun ada kritik yang pernah mereka lontarkan.  Walaupun ia pernah dicaci, Musa tetap mengasihi saudaranya itu. Ayat 13, mencatat Musa berdoa pada Tuhan "Ya Allah, sembuhkanlah dia" Sungguh indah bukan?. Musa tidak mengutuk.

Bukankah Musa bisa saja bilang, itulah resiko kalian, siapa suruh kalian mempermainkan hamba Tuhan. Bukankah itu tanggung jawab kalian.  Bukankah sepantasnya kalian menanggung akibatnya.  Tidak saudara, Musa tidak berkata demikian.  Tetapi Musa mengatakan "Ya Allah sembuhkanlah Dia". Bagi saya ini menunjukkan bahwa Musa tidak menyimpan benci, tetapi Musa sangat mengasihi mereka. Namun kalau kita lihat selanjutnya apa yang terjadi? Allah yang Musa sembah adalah Allah yang adil. Allah yang mengetahui mana yang benar dan yang salah. Itulah sebabnya Allah tidak langsung menyembuhkan Miryam, tetapi ia harus dikucilkan dahulu selama tujuh hari.  Itu berarti ia harus menanggung malu akibat perbuatan itu.  Itu juga berati kedoknya terbongkar dan semua orang Israel mengetahui kebobrokannya.  Ia akan menanggung malu, sebab sebelum Miryam tahir atau diterima kembali; orang Israel tidak boleh berangkat, mereka harus menunggu dan menunggu.

Hari ini bagaimana dengan kita, apakah di dalam hati kita masih menyimpan rasa benci, dengan demikian kita selalu berusaha mencari kesalahan orang lain.  Musa tidak menyimpan rasa dendam dan rasa benci walaupun ia dikritik oleh orang lain. Penulis ingin menutup khotbah ini dengan mengutip sebuah puisi dari Arab yang berjudul "TIGA PINTU" Jikalau anda tergoda menceritakan kembali cerita tentang seseorang yang pernah engkau dengar dari orang lain, ujilah dulu lewat "Tiga Pintu"

1. Apakah cerita itu benar? Lalu

2. Apakah cerita itu perlu? Pikirkanlah dan jawab sejujurnya. Dan yang terakhir, pintu  

    yang paling sempit,

3. Apakah itu baik kalau diceritakan?

Dan jika telah melewati ke tiga pintu ini, dan engkau tetap ingin menceritakannya ceritakanlah kisahnya dan jangan takut apapun akibatnya.

Amin.