| |
Tema : Pertobatan dan Sorak Sorai Nats : Lukas 15:1-7. Penulis : Nathanael Channing Tujuan : Setelah Kotbah disampaikan anggota jemaat dapat: 1. Mengetahui bahwa Messias datang untuk menyatakan karya keselamatan Allah bagi segenap umat manusia. Oleh karena itu nilai pertobatan seseorang, sangat mahal, karena disana ada korban dari Tuhan Yesus. 2. Mempunyai sikap hati yang terbuka dengan Tuhan dan melihat pertobatan itu sangat berharga di mata Tuhan. 3. Menyatakan kehidupan pertobatan dengan sungguh-sungguh, yang bukan sekedar penyesalan.
Pendahuluan: Manusia mempunyai kehidupan yang sangat unik, karena di dalam diri manusia mempunyai kemampuan untuk berpikir, berperasaan dan bertindak. Oleh karena itu manusia bisa merasa dirinya lebih baik dari pada orang lain, manusia bisa mempunyai kemampuan untuk menghakimi orang lain, manusia bisa melihat kesalahan orang lain lebih besar dari pada dirinya sendiri, dan sebagainya. Itulah yang terjadi dalam diri orang-orang Farisi dan ahli-ahli Torat. Mereka adalah orang-orang yang mendalami Firman Tuhan, yang pekerjaannya setiap hari hanya membuka-buka kita Taurat, menyelidiki, menafsir dan mengajarkan Firman Tuhan. Tetapi sebenarnya mereka tidak tahu makna dan arti yang sesungguhnya dari Firman Tuhan. Bukankah ini juga bisa menjadi realita hidup orang Kristen pada saat ini? Banyak orang yang rajin baca Firman Tuhan, bahkan hafal Firman Tuhan, tetapi hidupnya tidak menuruti Firman Tuhan itu sendiri. Demikian juga orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, mereka mengkritik Tuhan Yesus, hanya karena Tuhan Yesus membiarkan para pemungut cukai mendengarkan Firman Tuhan yang sedang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Bagi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, mereka benar-benar menolak para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap berdosa ini. Bagi ahli Taurat dan orang Farisi menganggap bahwa para pemungut cukai sudah tidak ada lagi tempat untuk mereka bertobat. Tuhan Yesus tahu pikiran mereka, lalu Dia memberikan perumpamaan yang luar biasa indahnya. Ada seorang gembala yang mempunyai 100 domba, kemudian ada satu domba yang hilang, maka gembala itu meninggalkan 99 domba-dombanya dan pergi mencari satu yang hilang, sampai mendapatkannya. Setelah ditemukan, maka domba itu dipanggulnya dengan penuh sukacita, dan dia menceriterakan kepada sahabat-sahabatnya, bahwa dombanya yang hilang sudah ditemukan. Dengan contoh itu, maka Tuhan Yesus berkata: ”Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." (15:7). Mari kita belajar firman Tuhan ini ! Apa yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus dengan ayat itu?
1. Tuhan Yesus berkumpul dengan para pendosa dengan tujuan agar mereka bertobat. Ada perbedaan yang sangat menyolok antara orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat ketika diperhadapkan dengan Tuhan Yesus. Farisi dan ahli-ahli Taurat merasa dirinya orang suci dan baik, oleh karena itu mereka tidak mau bergaul dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mereka memisahkan diri dan membentuk kelompoknya sendiri sebagai orang-orang yang tidak tercemar oleh dosa. Berbeda dengan Tuhan Yesus, Dia tidak pernah membedakan siapapun, yang jelas di mata Tuhan Yesus semua orang itu berdosa, tidak ada seorangpun benar, tidak ada seorangpun berbuat baik, tidak ada seorangpun yang berakal budi, bahkan tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Jadi semua orang di mata Tuhan Yesus adalah orang-orang yang benar-benar berdosa dan yang menuju kepada kebinasaan. Dengan keadaan yang demikian, Tuhan Yesus tidak menganggap dirinya suci, sekalipun Dia adalah Allah yang suci. Justru sebaliknya Dia yang suci hadir ditengah-tengah orang berdosa. Yesus duduk bersama-sama dengan para pendosa! Apa tujuannya? Bukan Tuhan Yesus berkompromi dengan dosa, bukan juga membenarkan orang berdosa, kehadiran Tuhan Yesus bukan melindungi para pendosa supaya tetap berada dalam keberdosaannya, bukan! Tuhan Yesus bersama dengan para pendosa dengan satu tujuan supaya mereka bertobat! Supaya mereka kembali pada jalan yang benar. Tuhan Yesus yang akan mengambil domba yang tersesat itu, untuk dipanggulnya dan dibawa pulang. Jadi, jangan salah tafsirkan, bahwa ketika Tuhan Yesus bersama-sama dengan orang berdosa, di sana Dia membiarkan orang itu tetap ada di dalam dosanya. Tuhan Yesus tidak pernah membiarkan orang-orang yang bersama dengan Dia tetap melakukan kehidupan yang tidak benar! Tuhan Yesus bersama dengan orang berdosa supaya mereka kembali hidup yang benar di dalam Kristus. Bagaimana dengan kita selaku orang percaya ? 2. Tuhan Yesus bersama dengan para pendosa, supaya mereka mengalami pertobatan yang sejati. Sudah jelas untuk apa Tuhan Yesus datang kedalam dunia ini? Tidak lain untuk menyelamatkan orang berdosa. Tuhan Yesus hadir diantara para pendosa, supaya secara pribadi mereka dapat bertemu dengan anugerah Tuhan dan mengalami pertobatan yang sesungguhnya. Jika demikian, apa sebenarnya bertobat itu? Pertobatan adalah kehidupan dari yang tidak benar menjadi benar, dari jalan yang salah menuju pada jalan yang benar”. Ada kata lain untuk menjelaskan arti pertobatan: adalah ”Hidup yang berbalik” Kalau dulu berjalan ke Barat sekarang ke Timur; kembali 180 derajat! Namun persoalannya adalah bagaimana orang dapat mengalami pertobatan itu? John Calvin mengatakan: "Bahwa orang yang berdosa tidak dapat melakukan hal yang lain kecuali dosa". Dengan demikian, Calvin ingin mengatakan bahwa tidak mungkin seseorang dapat bertobat, karena yang terus dilakukan oleh orang berdosa adalah dosa. Maka bagi Calvin, pertobatan itu hanya semata-mata adalah anugerah Allah. Seperti yang dikatakan oleh Paulus: ”Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu” Ef. 2:8,9 Jadi, apa sebenarnya pertobatan itu? Paling tidak Alkitab mengungkapkan ada beberapa jenis pertobatan, yaitu: A. Pertobatan Secara Nasional Pertobatan ini dilakukan secara nasional, artinya suatu pertobatan yang dilakukan bersama-sama dengan orang banyak, secara nasional, secara masal, semua orang yang berada dalam suatu negara. Misalnya bangsa Israel, berkali-kali Allah berseru supaya bertobat, bahkan bukan itu saja, berkali-kali Allah menghukum bangsa Israel dengan berbagai macam bencana, baik penyakit, bencana alam, paceklik dan sebagainya. Dan akhirnys seluruh bangsa itu datang kepada Allah, mereka meratap dan menangis di hadapan Allah. Lalu Allah menghalau segala macam bencana yang menimpa mereka. Namun apa yang terjadi? tidak begitu lama, mereka berdosa lagi yaitu dengan menolak Allah, dan bahkan mereka menyembah berhala! Mengapa bisa demikian? Karena pertobatan mereka adalah pertobatan yang secara masal, pertobatan yang ”rame-rame” bersama seluruh bangsa dan masyarakat. Pertobatan ini adalah pertobatan yang tidak efektif, mengapa demikian? Karena dalam pertobatan secara nasional, tidak terjadi perjumpaan secara pribadi antara orang berdosa dengan Allah. Mereka hanya datang kepada Allah bersama-sama, menangis bersama-sama, tetapi tidak ada perjumpaam pribadi. Mereka menangis karena penderitaan yang mereka alami dan bukan karena dosa-dosa mereka secara pribadi untuk diakui dan dirubah secaa pribadi! Maka tidak heran, mereka gampang jatuh ke dalam dosa lagi.
B. Pertobatan Sementara Pertobatan Sementara adalah bentuk pertobatan yang tidak sungguh-sungguh juga. Pertobatan ini terjadi hanya sampai pada tingkat ”Penyesalan” saja. Orang yang menyesal itu belum tentu bertobat; sekalipun dalam pertobatan ada penyesalan, tetapi penyesalan belum tentu adalah pertobatan. Menyesal itu hanya mengakui bahwa perbuatannya tidak benar; sekalipun penyesalan dilakukan dengan sikap yang menangis, sikap yang kecewa dan bertanya mengapa itu aku lakukan! Tetapi hanya sampai pada taraf itu saja. Menyesal itu tidak pernah dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh hancur di hadapan Tuhan. Orang yang bertobat hati dan pikirannya sadar bahwa kelakuannya itu benar-benar mendukacitakan hati Tuhan dan kemudian meminta kekuatan pada Tuhan untuk sungguh-sungguh berubah. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan seorang penabur, ada benih yang jatuh di pinggir jalan. Benih itu tumbuh dan kemudian terhimpit oleh batu-batu, dan akhirnya mati. Mat. 13:20,21. Gambaran itu dijelaskan oleh Tuhan Yesus sebagai seseorang yang mendengar Firman Tuhan, mereka bertobat tetapi ketika dalam hidupnya menghadapi tantangan, kesulitan entah dalam pekerjaan atau dalam keluarga, kemudian orang itu menyimpang, bahkan meninggalkan jalan yang benar. Itulah yang disebut dengan Pertobatan Sementara. Pertobatan Sementara itu terjadi hanya sampai pada tingkat seseorang menyesal. Dan orang yang menyesal itu belum bertobat, karena setelah menyesal dia kembali melakukan kehidupan yang lama lagi. Kalau diingatkan, dia menyesal kembali dan kemudian berbuat lagi. Karena memang di dalam dirinya belum bertobat! Contoh konkrit dalam Alkitab, misalnya dalam PL adalah Firaun – berkali-kali kelihatannya dia bertobat dan percaya kepada Allah, tetapi pada dasarnya memang dia tidak bertobat, dan akhirnya mati di tengah-tengah Laut Teberau; Saul kelihatannya bertobat tetapi sebenarnya hanya menyesali kelakuannya yang tidak benar, di mana akhirnya dia datang kepada seorang dukun di Endor. Dalam PB misalnya terjadi dalam diri Yudas Iskariot.
3. Pertobatan Yang Diulang Pertobatan ini terjadi, karena kejatuhan seseorang dan kemudian sungguh-sungguh dia kembali kepada Tuhan. Orang yang mengalami pertobatan diulang hanya terjadi satu kali dalam hidupnya. Sebenarnya dia sudah sungguh-sungguh bertobat kepada Tuhan, tetapi karena ada ancaman yang begitu mengerikan, menakutkan dan dia tidak kuat menanggung beban itu, maka saat itu dia menyangkal, dia tidak mengakui dirinya sebagai orang-orang Kristen. Namun dalam perjalanan berikutnya, dia benar-benar sadar bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar. Kemudian dia datang pada Tuhan, mengakui segala kegagalannya dan sungguh-sungguh bertobat, dia benar-benar berjanji untuk tidak mengulangi kegagalannya lagi. Maka ini disebut dengan ”Pertobatan yang Diulang”. Alkitab memberikan contoh konkrit, misalnya dalam PL dalam diri raja Daud. Pada waktu dia berzinah dengan Betsyeba, bahkan merencanakan pembunuhan kepada Uria, suaminya. Maka pada saat Daud diingatkan oleh nabi Natan, dia benar-benar bertobat pada Tuhan. Maz. 51 merupakan jeritan pertobatannya. Dengan penuh kesadaran dia mengatakan: ”Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” (51:7). Contoh dalam PB, yaitu apa yang dialami oleh Petrus, pada saat dia ditanya oleh seorang budak perempuan, bukankan kamu ini salah satu dari mereka? Saat itu juga Petrus menyangkal bahwa dirinya adalah murid. Setelah itu ayam berkokok tiga kali, dan di sana Tuhan Yesus menatap Petrus yang ada di sudut tembok. Saat itu Petrus menangis dan sungguh-sungguh dia bertobat. (Mat.26:69-75). Maka pada saat ditanya oleh Tuhan Yesus, setelah kebangkitan-Nya, Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari semuanya? Dia menjawab: ”Benar Tuhan, bahwa aku mengasihi Engkau”. (Yoh.21:15-19). Petrus benar-benar bertobat, dan pada akhir hidupnya dia juga mendapat ancaman akan di bunuh di Roma, saat itu juga Petrus akan meninggalkan Roma. Dalam perjalanan itu kemudian muncul pertanyaan yang besar dalam diri Patrus: Quo Vadis Petrus – Mau ke mana Petrus. Lalu dia kembali ke Roma dan akhirnya disalibkan, bahkan dia minta untuk disalibkan dengan kepada di bawah, karena benar-benar dia tidak layak untuk disalibkan dengan kepala di atas, seperti Tuhan Yesus. Inilah yang disebut dengan Pertobatan yang Diulang. Jadi pertobatan yang diulang, itu bukan dalam pengertian diulang-ulang! Diulang itu hanya terjadi satu kali dan tidak akan diulang lagi.
4. “Pertobatan Yang Benar” (Conversis Actualis Prima). Pertobatan yang benar, terjadi dalam perjumpaan pribadi antara Allah dengan manusia secaa pribadi. Dia benar-benar bertemu dengan Tuhan Yesus secara pribadi; dia mengakui dirinya sebagai orang berdosa, dan tidak mungkin dapat menyelamatkan diri dengan cara apapun. Maka dia meminta agar Tuhan Yesus masuk dalam hatinya, dalam hidupnya dan dia benar-benar taat kepada Tuhan Yesus. Dia menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya pribadi. Dalam kalimat Latin dikatakan: Conversis Actualis Prima – Melaksanakan Pertobatan Yang Utama - Adanya pertamuan yang sangat berarti, yang sangat penting, yang sangat utama antara dirinya dengan Tuhan. Pertobatan ini bukan karena orang banyak atau ikut-ikutan banyak orang, tetapi secara pribadi saya bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia melahirbarukan saya (Yoh.3:3). Mulai saat itu dia benar-benar memiliki kehidupan yang baru, kehidupan yang berjalan menurut Firman Tuhan, dia benar-benar takut pada Tuhan. Pikriannya, perasaannya dan kelakuannya berubah. Hidupnya tidak sembarangan, melainkan mampu mengeluarkan buah-buah Roh Kudus, kebaikan, kebenaran, kesucian, kesabaran, kedamaian, kasih dan sebagainya. Alkitab memberikan banyak contoh, misalnya dalam PL seperti Naaman, dia berkata: “Kemudian kembalilah ia dengan seluruh pasukannya kepada abdi Allah itu. Setelah sampai, tampillah ia ke depan Elisa dan berkata: "Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. (2 Raja-Raja 5:15). Dalam PB seperti Zakheus. Lukas mencatat: .”Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan se-kiranya ada sesuatu yang kuperas dari sese-orang akan kukembalikan empat kali lipat." Kata Yesus kepadanya: "Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham. (Luk. 19:8,9). Demikian pula dengan pertobatan Perempuan Samaria (Yoh. 4:29,39); pertobatan sida-sida dari Etiopia (Kis. 8:30) dan Pertobatan Paulus (Kis. 9:5). Inilah yang disebut dengan Pertobatan yang sebenarnya.
Tuhan Yesus berkata, jika ada seseorang yang sungguh-sungguh bertobat, maka ada sukacita yang besar di Sorga karena satu orang bertobat. Pertanyaan yang perlu kita gumulkan bersama adalah, sejauh mana pertobatan kita yang sesungguhnya? Apakah kita sudah ada dalam pertobatan yang susungguhnya? Jika kita dalam pertobatan yang sesungguhnya, marilah kita jalani hidup ini dengan takut pada Tuhan, taat pada kehendak dan pimpinan-Nya, dan kita benar-benar menjadi teladan dalam kehidupan kita, baik dalam keluarga maupun dalam pekerjaan. Disorga ada sukacita yang besar, artinya kita benar-benar menjadi orang yang sangat disayangi Tuhan. Dan orang yang disayangi Tuhan adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Amin.
| |