sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    :  PENGAMPUNAN TIADA TERUKUR

Penulis : Heren

Nats     : Matius 18:21-35

Tujuan : Agar jemaat memahami konsep pengampunan yang TuhanYesus ajarkan dan belajar untuk mengampuni orang lain.


Pendahuluan:
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, perikop yang baru kita baca, jelas-jelas bicara tentang pengampunan. Namun pengampunan ini merupakan satu kata yang bisa
didefinisikan  secara berbeda-beda/bervariasi.  Ada yang mengartikan bahwa pengampunan adalah "memaafkan","melupakan kesalahan", "tetap mengasihi walaupun
disakiti" dan satu pernyataan yang cukup jujur dinyatakan oleh seorang jemaat yang pernah saya dengar adalah "pengampunan merupakan suatu hal yang mudah dan
enak untuk kita terima - tapi begitu sulit untuk kita lakukan." Misalkan saja ada seseorang yang dekat dalam hidup kita, namun yang melakukan begitu banyak kesalahan terhadap kita. Ada-ada saja kesalahan yang ia perbuat.  Setiap kali ia selesai berbuat kesalahan, ia selalu tersadar bahwa ia telah bersalah dan meminta maaf, dan setiap kali ia meminta maaf pasti kita  memaafkannya.  Akan tetapi setelah berkali-kali ia melakukan kesalahan yang berbeda-beda ...maka kita mungkin akan mulai tidak sabar dan berkata "cukup!! Sudah terlalu sering aku mengampunimu!"

Inikah yang akan kita lakukan?

Saudara, kesulitan untuk mengampuni juga dirasakan Petrus hingga ia bertanya kepada Tuhan Yesus :"Tuhan sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika
ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kalikah?" Petrus tidak bertanya "apakah aku harus mengampuni?"karena sebagai orang Yahudi yang dididik dalam hukum
Taurat Petrus tahu kalau ia harus mengampuni sesamanya.  Itu kewajibannya sebagai orang Yahudi yang taat - tapi sampai di mana batasnya?  Sampai kapan ia harus mengampuni jika orang yang berdosa adalah orang yang itu-itu juga? Sebagai murid yang baik, Petrus mengajukan pemikiran yang mungkin bisa membuat dia dipuji – mengampuni sampai tujuh kali.  Angka sempurna bagi orang Yahudi. Biasanya orang membatasi melakukan hal yang sama dan sulit sampai tiga kali saja, tapi Petrus melebihi mereka semua.  Namun jawaban Tuhan Yesus jauh lebih mengejutkan: 70 X 7 kali - dalam budaya Yahudi ini merupakan pengalian dan penjumlahan lambang-lambang
kesempurnaan.
Sempurna dikali sempurna di tambah sempurna - tak terhingga besar dan banyaknya. 

Dan dengan demikian Yesus menyampaikan pada mereka betapa pengampunan itu tak terhitung besarnya.  Hal ini berlaku juga termasuk pada saudara yang menurut Petrus telah berbuat dosa kepadanya berulang kali. Mengapa orang Kristen harus memberikan pengampunan sebanyak itu? Karena pengampunan adalah anugerah (ay. 27)

Saudara, seorang anak yang tidak pernah bersekolah dan tidak pernah diajar sama sekali di rumah tidak mungkin menjadi pengajar, karena ita tidak pernah mengalami
bagaimana diajar.  Bagai seorang anak yang sejak kecil tidak pernah dikasihi orang tua, saudara-saudara dan orang-orang sekelilingnya akan sangat berat jika disuruh atau dipaksa sekali pun untuk mengasihi - karena ia tidak pernah mengalami kasih, kecuali jika ia sudah menerima kasih Allah. Tuhan Yesus mau mengajar bahwa perintah mengampuni yang begitu besar itu bukanlah 'mustahil' – karena anak-anak Tuhan sudah terlebih dahulu menerima anugerah pengampunan itu.  Dan ini digambarkanNya dengan permumpamaan tentang seoarang raja dengan pegawainya. Dikatakan bahwa ketika sang raja mengadakan penghitungan pada suati hari, didapati salah seorang pegawai ternyata memiliki hutang yang sangat besar kepadanya: 10 ribu talenta.  Mendengar kata talenta
saja mungkin sudah cukup mengentarkan orang yang punya hutang, karena talenta adalah satuan terbesar dalam sistem moneter di sana pada waktu itu.  Dan jumlah hutang ini menjadi lebih menakutkan jika kita mengetahui jumlah hasil pajak tahunan yang diterima
oleh raja Herodes Agung pada zaman itu.  Dari seluruh kerajaan yang berada di bawah kekuasaannya Herodees menerima sekitar sembilan ratus talenta. 

Jumlah ini tidak sampai seribu talenta. Tetapi hutang pegawai dalam perumpamaan Tuhan Yesus adalah sepuluh ribu talenta, lebih dari sepuluh kali lipat pendapatan Herodes dari pajak-pajak seluruh kerajaan yang dikuasainya! Untuk hutang sebesar itu sang raja dalam perumpamaan Tuhan Yesus menuntut pelunasan hutang, tapi pegawai
tersebut tidak bisa membayarnya. Hutang itu membuat pegawai dan keluarganya harus dijual sebagai ganti dari uang tersebut.  Namun rupanya bagi pegawai ini hidupnya dan hidup keluarganya begitu berharga sehingga ia meminta belas kasihan raja.  Ia minta belas kasihan raja.  Ia minta kesabaran raja. Kesabaran berarti perpanjangan waktu, entah sampai kapan, tapi ia benar-benar akan berusaha melunasinya.  Apa yang diberikan raja kepada pegawai ini di luar dugaan: Pembebasan dari hutang yang besar.  Ini adalah sesuatu yang tidak layak ia terima namun diterimanya oleh karenan kemurahan hati sang raja.  Dan hal ini dinamakan sebagai anugerah.

Aplikasi :

Saudara, ini juga yang dialami oleh kita semua, anugerah pembebasan atas hutang dosa kita yang begitu besar terhadap Allah. Namun Allah memberikan pengampunan atas dosa kita. Sekalipun kita melakukan seribu, puluhan ribu, bahkan jutaan kebaikan pun takkan mampu membayar hutang dosa kita - karena ketetapan Allah begitu jelas: Upah dosa adalah maut. Tapi sungguh patut disyukuri Allah memahami ketidakmampuan manusia – dengan memberikan anugerah:"hidup yang kekal dalam Yesus Kristus, Tuhan kita. Jadi kita adalah orang-orang yang telah menerima anugerah, yaitu: pengampunan Allah atas dosa-dosa kita. Untuk itu sebagai orang yang sudah diampuni: Kita Harus Terus Hidup dalam Pengampunan (ay. 32-33)

Hidup dalam pengampunan berarti ktia yang hidup di bawah pengampunan Allah juga harus meneruskan pengampunan kepada orang yang berdosa terhadap kita. Tapi hal ini tidak terjadi pada pegawai dalam perumpamaan Tuhan Yesus.  Pengampunan sudah diberikan kepadanya, namun ia tidak hidup dalam pengampunan tersebut.  Baru saja ia keluar dari tempat raja, ia sudah lupa dengan anugerah pengampunan yang diterimanya.  Ia tidak ingat lagi apa yang baru saja terjadi sehingga ketika ia bertemu dengan temannya ia segera menuntut pembayaran hutang sebesar seratus dinar.

Saudara, perlu kita ketahui bahwa seorang buruh upah hariannya  waktu itu dibayar satu dinar.  Jadi dengan kesungguhan hati, temannya pasti mampu untuk membayar hutang dalam hitungan hari. Teman yang berhutang seratus dinar butuh kesabaran, perpanjangan waktu untuk melunasi hutangnya yang kecil, namun tidak ada ampun baginya. Teman ini mengancamnya akan menyeretnya ke penjara. 

Hamba yang baru saja diampuni tidak memperlakukan temannya dengan cara yang sama ia diperlakukan oleh raja.  Dengan tidak mengingat bahwa ia adalah orang yang sudah diampuni, ia tidak sungguh-sungguh hidup dalam pengampunan yang sudah ditawarkan kepadanya. Ia lupa diri, karena itu raja menghukumnya dengan hukuman yang sama seperti yang telah ia peruat kepada temannya: memasukkannya ke dalam penjara. Memang raja sebelumnya tidak mengajukan syarat bahwa hamba ini harus mengampuni orang lain juga, namun mengampuni orang lain yang berbuat kesalahan adalah konsekuensi logis bagi oang yang benar-benar hidup dalam pengampunan.  Orang yang sungguh-sungguh hidup dalam pengampunan akan, artinya orang yang ingat bahwa dirinya telah beroleh anugerah pengampunan, akan dimampukan Allah untuk mengampuni sesulit apa pun itu.

Ilustrasi:

Seorang pemuda pergi meninggalkan kotanya untuk menjauhi orang tuanya yang ia anggap selalu menyakiti hatinya.  Di kota itu ia mulai berusaha membangun kembali hidupnya yang hancur oleh begitu banyak penolakan dari keluarga dan lingkungan masyarakat yang sudah ditinggalkannya.

Di kota itu pula ia bertemu dengan begitu banyak orang percaya, dan ia masuk dalam sebuah persekutuan Kristen.  Melalui pembinaan dalam persekutuan tersebut pemuda ini mulai menyadari betapa hidupnya telah rusak oleh dendam dan kebenciannya terhadap orang tuanya.  Ia menemukan bahwa kunci penyelesaian luka hatinya adalah PENGAMPUNAN.  Dua tahun kemudian pemuda tersebut pulang ke rumahnya,
siap untuk mengampuni.  Namun tidak disangka-sangka, setelah tiba di rumah dalam beberapa hari saja ia kembali mendapatkan perlakuan yang tidak baik, ia dicerca, dihina, dengan kata-kata yang kasar. Akhirnya pemuda ini pergi bukan dengan kelegaan karena telah mengampuni, pemuda ini malah pergi kembali ke kota perantauannya dengan luka yang lebih dalam. 

Ia merenungkan mengapa ia gagal mengampuni?  Dalam pergumulannya dengan Tuhan, ia akhirnya melihat bahwa penyebab kegagalannya adalah karena ia pulang dengan
membawa sekeranjang pengampunan yang sudah ia sediakan sendiri, namun tidak bergantung pada Allah Sang sumber pengampunan. Ia mau mengampuni dengan usaha dan kekuatannya sendiri.  Beberapa tahun kemudian ia pulang untuk kedua kalinya ke kampung halamannya.  Di sana ia menggantungkan hidupnya pada Allah sumber pengampunan, dan kali ini ia benar-benar mampu mengampuni sekalipun perlakuan terhadapnya tidak berubah. 

Aplikasi:

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, adakah saat ini kita bergumul dalam hal pengampunan?  Adakah orang-orang  yang berulang kali berbuat salah dan melukai hati kita sehingga rasanya tidak mampu lagi untuk mengampuni.  Sepertinya stock pengampunan kita sudah habis tak bersisa untuknya? Jenuhkah kita untuk mengampuni karena orang tersebut tetap tidak berhenti berbuat salah kepada kita? Pada hari ini saya mengajak kita semua untuk bercermin, kita pun adalah orang-orang yang telah sering bersalah/ berdosa terlalu banyak kepada Tuhan.  Tapi Tuhan mau mengampuni kita. Firman Tuhan hari ini mengajak  kita untuk mengingat bahwa kita adalah orang-orang yang telah beroleh anugerah pengampunan yang besar dari Yesus Kristus.  Hutang dosa kita sudah lunas dibayar di kayu salib.

Oleh sebab itu kita harus terus hidup dalam pengampunan dengan mengingat terus bahwa kita adalah orang yang sudah diampuni, dan dengan kesediaan memberikan juga pengampunan bagi orang yang bersalah pada kita.

Pengampunan yang kita beri hendaknya bukan dari "keranjang pengampunan" yang kita sediakan sendiri - namun dari Allah sang sumber pengampunan.  Karena hanya dengan bergantung penuh padaNya kita bisa mengampuni dengan berlimpah-limpah, pengampunan yang tiada terukur.

AMIN.