sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema      :  NATAL YANG BERARTI

Nats       :   Matius 2:1-12

Penulis   :  Peter Chandra

Tujuan khotbah: agar jemaat mengerti bagaimana merayakan Natal yang berarti serta dapat memberikan reaksi yang benar dalam menanggapi Natal yang dirayakannya setiap tahun.

 

 Pendahuluan:

            Seorang pimpinan perusahaan menguji dua salesmen untuk mengetahui kemampuan mereka melihat kesempatan untuk menjual produk sepatu.  Mereka ditraining bersama dan dibekali dengan ilmu pemasaran yang efektif.  Setelah masa training selesai, mereka dikirim ke daerah yang sama untuk mensurvei daerah tersebut.  Tanpa boleh berdiskusi, mereka masing-masing harus langsung mengirimkan laporan melalui telegram untuk menjelaskan kepada pimpinan mereka apakah sepatu yang diproduksi perusahaannya bisa dipasarkan di daerah tersebut atau tidak.

            Daerah yang mereka kunjungi untuk survei adalah sebuah desa di mana semua penduduknya tidak memakai sepatu.   Mereka paling-paling hanya memakai sandal dan itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri.  Setelah melihat keadaan itu, salesmen yang pertama cepat-cepat menulis telegram untuk dikirimkan kepada pimpinannya.  Bunyinya adalah: Pak, jangan kirim sepatu ke sini, karena di sini tidak ada yang memakai sepatu dan sepatu kita tidak akan laku kalau dijual di sini.  Melihat keadaan yang sama, salesman yang satu lagi pun tidak kala cepatnya menuliskan telegram untuk pimpinannya.  Bunyinya adalah: Pak, kirimlah sepatu sebanyak-banyaknya ke sini, karena di sini belum ada yang memakai sepatu dan sepatu kita pasti akan laku keras kalau dijual di sini.

            Saudara-saudara, banyak orang mungkin melihat atau mengalami keadaan dan peristiwa yang sama, tetapi masing-masing bisa memberikan reaksi yang bertolak belakang.  Kedua salesman di atas diperhadapkan dengan keadaan yang persis sama, namun reaksi mereka berdua sangat bertolak belakang.  Ketika melihat orang-orang tidak memakai sepatu, salesman yang satu menganggap sepatu tidak mungkin dijual, sedangkan salesman yang lain menganggap itu adalah kesempatan emas untuk menjual sebanyak-banyaknya sepatu karena mereka semua akan membeli sepatu.

            Saya percaya Bapak Ibu yang duduk di sini bukanlah orang yang baru pertama kali merayakan Natal.  Mungkin ada di antara Bapak Ibu yang sudah puluhan kali merayakan Natal.  Bapak Ibu selalu diperhadapkan dengan keadaan dan peristiwa yang sama, karena itu izinkan saya bertanya, setiap kali merayakan Natal reaksi apa yang Bapak Ibu berikan?   Apakah Natal yang Bapak Ibu rayakan adalah Natal Yang Berarti atau Natal Tanpa Makna?

            Kalau kita membaca dengan teliti perikop firman Tuhan hari ini, kita akan menemukan tiga macam orang yang sama-sama diperhadapkan dengan keadaan dan peristiwa yang sama, yakni Kelahiran Seorang Raja Yahudi yang telah dinubuatkan 700 tahun sebelum Ia dilahirkan.  Namun reaksi apa yang tiga macam orang ini berikan?

1.      Reaksi kebencian (ayat 3, 7-8, 12)

Reaksi ini diwakili oleh Raja Herodes.  Menanggapi kelahiran Seorang yang akan menjadi Raja yang dinubuatkan oleh Alkitab membuat Herodes, gubernur yang diangkat oleh pemerintahan Romawi, yang kemudian mendapat gelar raja pada tahun 40 sebelum Masehi ini begitu panik.  Herodes betul-betul ketakutan terhadap calon Raja yang baru lahir itu akan ikut campur di dalam urusan hidupnya, urusan kekuasaannya, pengaruhnya, kedudukannya, dan kemungkinan juga akan menghancurkannya. Dalam benaknya yang cemerlang Herodes mulai berpikir, tidak mungkin ada dua raja dan satu kerajaan.  Kalau saya tidak cepat-cepat bertindak, maka Ia akan segera menggeser tahtaku.  Ia akan menyingkirkanku.  Karena itu dengan licik ia membuat rencananya dengan cepat, yakni meminta Orang-orang Majus untuk memberitahukan kepadanya di mana calon Raja yang mungkin sekali akan menggeser tahtanya itu berada.  Herodes berkata bahwa ia akan menyembah-Nya, namun sebenarnya Herodes telah berencana untuk membunuh calon Raja yang baru lahir itu. Herodes berpikir selagi  masih memiliki kekuasaan dan memiliki tentara maka dia dapat melakukan rencananya.  Dan rencana licik ini benar-benar dilakukannya dengan membunuh seluruh anak-anak di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah.

Saya percaya Bapak Ibu sebagai orang Kristen tentu tidak pernah berpikir akan memberikan reaksi seperti Herodes dalam menanggapi perayaan kelahiran Yesus Kristus.  Namun  tidak ada salahnya jika kita mengintrospeksi diri dan bertanya apakah pernah timbul kebencian dari diri kita terhadap Yesus Kristus yang ingin bertahta di dalam hati kita?  Apakah kita pernah merasa terusik dengan cara perayaan kelahiran Yesus Kristus yang  selalu kita rayakan di hari Natal seperti ini?  Jangan pernah kita dengan diam-diam berusaha menyingkirikan dan menghancurkan Yesus Kristus, karena merasa hidup kita terganggu oleh-Nya.  Jangan pernah terbersit di dalam benak kita kebencian karena kita telah menjadi orang Kristen.  Jangan pernah kita berpikir saya tidak senang menjadi Kristen karena Kristus tidak mengizinkan kita melakukan apa yang kita suka.  Jika kita melakukannya, saya hanya ingin mengingatkan, kita tidak lebih baik daripada Herodes dalam menanggapi hari Natal yang pertama.

 

2.      Reaksi acuh tak acuh (ay. 4-7)

Reaksi kedua yang ditunjukkan orang dalam menanggapi kelahiran Yesus Kristus adalah acuh tak acuh alias tidak peduli.  Reaksi semacam ini direpresentatifkan oleh Imam Kepala dan ahli-ahli Taurat yang dipanggil oleh raja Herodes untuk memberikan keterangan di mana Yesus Kristus, calon raja orang Yahudi itu akan dilahirkan.  Imam Kepala dan ahli-ahli Taurat ini menemukan dengan tepat dalam Kitab Suci yang mereka baca mengenai tempat kelahiran Yesus Kristus, namun mereka merasa tidak ada perbedaan apapun dengan kelahiran Yesus Kristus.  Mereka adalah orang-orang yang beragama, bahkan sudah menjadi pemimpin agama.  Bahkan merekalah orang-orang yang langsung terlibat dalam kebaktian dan ibadah di Bait Allah.  Selama ini mereka merasa  begitu dekat dengan firman Allah, mereka telah membaca, merenungkan, bahkan mengkhotbahkannya.   Mereka bahkan memimpin kelas pemahaman Alkitab, menjadi guru agama, dan mungkin sekali tidak pernah lupa bersaat teduh setiap pagi.

Sikap acuh tak acuh dan tidak peduli ini mereka nyatakan ketika mendengar berita bahwa ada seorang bayi telah lahir sebagai penggenapan nubuatan nabi Mikha dalam PL.   Bagi mereka kelahiran Bayi itu tidak ada kaitan apa-apa dengan mereka.  Dari sini kita belajar satu kebenaran yang sangat penting dan serius, yakni orang yang berada di lingkungan Kristen, dilahirkan dalam keluarga Kristen, membaca Alkitab, pergi ke gereja setiap minggu,  bahkan bekerja di lembaga Kristen tidak menjamin orang itu akan memberi reaksi yang benar dalam merayakan Natal.

Merenungkan kebenaran ini, membuat hati saya berdebar-debar.  Apakah kita yang duduk di sini adalah termasuk orang-orang yang memberikan reaksi acuh tak acuh terhadap kelahiran Yesus Kristus yang kita rayakan saat ini?  Apakah kita acuh tak acuh dan tidak peduli terhadap perayaan Natal  tahun ini? Perayaan yang penuh arti atau berlalu tanpa makna?   Dengan hati yang takut dan gentar, sebagai hamba Tuhan, saya mengingatkan kita yang duduk mendengarkan firman Allah hari ini untuk tidak sembarangan merayakan Natal.  Jangan biarkan Natal yang kita rayakan tahun ini berlalu tanpa makna.  Jangan tinggalkan tempat ini tanpa Saudara jelas bahwa Natal yang Saudara rayakan tahun ini betul-betul adalah Natal yang berarti.

 

3.      Reaksi penyembahan (ay. 11).

Reaksi ini jelas keluar dari lubuk hati orang-orang Majus.  Mereka datang dari jauh untuk mencari raja orang Yahudi yang baru dilahirkan.  Secara fisik, sebenarnya tidak ada kaitan langsung antara raja orang Yahudi yang baru dilahirkan dengan diri mereka.  Mereka  bukan orang Yahudi. Para penafsir Alkitab menyetujui mereka adalah orang-orang bijak yang berasal dari Persia.   Alkitab bahasa Mandarin menerjemahkan orang-orang Majus sebagai doktor-doktor yang telah  bergelar S-3.   Doktor-doktor atau  orang-orang bijak ini ternyata tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan namun mereka memiliki hati yang peka terhadap hal-hal rohani.   Saat ini orang yang ahli ilmu tertentu banyak sekali, tetapi yang ahli ilmu sekaligus peka terhadap hal rohani terlalu sedikit. 

Orang-orang Majus ini berbeda, mereka tahu apa yang perlu dilakukan untuk menyambut kelahiran Sang Bayi yang sebenarnya bukan hanya dinantikan oleh orang-orang Yahudi saja, tetapi semua bangsa sebab Sang Bayi ini akan menjadi Terang dan Juruselamat bagi seluruh umat manusia.   Itulah sebabnya, mereka dengan rela meninggalkan kampung halamannya, karena Orang Majus ini menyadari bukankah Yesus Kristus pun telah rela meninggalkan tempat-Nya di surga untuk datang ke dunia?  Dan di atas semuanya itu, orang-orang Majus ini tahu bagaimana harus memberikan reaksi yang benar terhadap kelahiran Yesus Kristus, yakni dengan menyembah-Nya.

Banyak orang tidak menyadari bahwa Natal adalah kesempatan terbaik untuk menyatakan penyembahan yang benar kepada Allah dan Yesus Kristus.  Ini disebabkan karena mereka hanya berpikir bagaimana dapat kesenangan dengan menerima banyak  hadiah atau berkat di hari Natal.  Natal adalah kesempatan bagi mereka untuk meminta dan mengharapkan sebanyak-banyaknya hadiah.  Sebagai anak, mereka ingin meminta sebanyak-banyaknya hadiah kepada orang tua; sebagai karyawan,  ingin mendapatkan sebanyak mungkin paket atau parcel dari majikan mereka; dan sebagai bawahan, mereka menginginkan sebanyak-banyaknya THR dari atasan mereka.

Namun orang-orang Majus ini berbeda, mereka datang dari jauh hanya untuk menyembah Bayi Yesus  yang baru dilahirkan itu.   Sebagai bukti penyembahan mereka yang kudus mereka justru memberi bukan meminta atau mengharap sesuatu. Mereka rela membawa pemberian dan hadiah yang paling berharga, sebab mereka menyadari bukankah Allah pun telah memberikan hadiah yang paling berharga bagi manusia yakni dengan memberikan Anak-Nya Yang Tunggal, Yesus Kristus? 

Pernahkah Saudara dan saya menyadari bahwa reaksi yang harus kita miliki dalam setiap perayaan Natal adalah hati yang mau menyembah Allah dan Yesus Kristus?  Jika kita memiliki hati yang mau menyembah Allah maka saya percaya kita telah merayakan Natal yang berarti sebagaimana orang-orang Majus merayakan Natal.  Dengan demikian kita tidak akan segan-segan lagi untuk menyatakan pengabdian dan penatalayanan yang penuh disiplin dalam melakukan segala tugas dan tanggung jawab kita di posisi mana pun Tuhan tempatkan kita untuk bekerja dan melayani.

Berapa besar pemahaman kita mengenai kasih Allah yang bisa membuat kita mau menyembah dan mengabdi sepenuh hati kepada-Nya?

Seorang Pendeta menceritakan  kesaksian tentang kisah temannya yang hobby berburu.  Suatu kali pendeta tersebut mengunjungi temannya.  Ada satu hal yang sangat mengherankan pendeta tersebut ketika mengunjungi temannya itu, yaitu  ia melihat senapan berburu temannya telah digantung sebagai hiasan di tempat yang tinggi dan menunjukkan tanda-tanda bahwa senapan itu sudah lama sekali tidak dipakai lagi.  Dengan rasa ingin tahu, Pendeta tersebut bertanya kepada temannya, apakah Anda tidak berburu lagi?  Temannya itu menggelengkan kepala perlahan dengan mata berkaca-kaca.  Mengapa?  Dengan sangat perlahan ia menjawab, saya telah berjanji tidak akan berburu lagi sejak saya menembak seekor induk monyet yang sedang menggendong anaknya.  Hari itu saya mengejar seekor induk monyet yang sedang menggendong anaknya erat-erat.  Saya menembaknya dan darah mulai mengucur dari tubuhnya.  Monyet itu kesakitan dan tidak dapat lagi melarikan diri.  Akan tetapi ia tetap memeluk anaknya erat-erat.  Saya melanjutkan menembaknya dengan tembakan kedua, ketiga, keempat, sampai ke sepuluh.  Dan yang sangat mengherankan saya adalah  setiap kali saya menembaknya, ia selalu  memberikan punggungnya untuk ditembak.  Pada tembakan kesepuluh ia pun jatuh bersimbah darah dan saya cepat-cepat lari mendekatinya.  Sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, dengan kekuatannya yang tersisa, ia menarik anaknya yang sedang memeluknya erat-erat dari dekapan dadanya dan memberikannya kepada saya sambil meneteskan air mata.  Saya tidak dapat tahan dan saya pun meneteskan air mata sambil membawa monyet kecil itu dan memeliharanya. 

Kasih dari induk monyet itu bisa begitu besar kepada anaknya.  Ia telah menunjukkan kasihnya sampai nafas terakhir hidupnya.  Tahukah Saudara bahwa kasih Allah Bapa kepada Anak-Nya jauh---jauh  lebih besar?  Namun karena Saudara dan saya yang tidak punya jalan keluar dari dosa yang membelenggu kita, maka Ia merelakan Anak-Nya Yang Tunggal untuk lahir dan mati menyelamatkan Saudara dan saya.  Beranikah Saudara menatap mata Allah yang berkaca-kaca ketika Ia mengizinkan Anak-Nya yang mulia untuk lahir di kandang yang hina! Menyadari betapa besar kasih karunia Allah yang menyelamatkan manusia, Apakah Saudara mau mengambil keputusan dengan sungguh-sungguh untuk menyembah-Nya mulai Natal tahun ini? 

 

MARI KITA TUNDUK KEPALA DAN BERDOA!

Jangan Saudara meninggalkan tempat ini tanpa Saudara berkomitmen untuk sungguh-sungguh menyembah dan mengabdi kepada-Nya.  Allah Bapa dengan kasih-Nya yang tanpa batas telah merelakan Anak-Nya Yang Tunggal untuk datang ke dunia, bagi kita, terima Dia, sembahlah Dia, maka Natal tahun ini akan menjadikan Natal yang penuh makna,  Tahun ini Saudara mengalami  Natal yang berarti untuk seumur hidup  Saudara. Amin.

===========