sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    :  Hidup Ditengah Penderitaan

Nats     :  1 Petetrus 4:12-19

Penulis  :  Hendra

Tujuan : Agar pendengar mempunyai sikap yang benar di dalam menjalani penderitaan

karena iman mereka kepada Kristus.

1. Sadar akan tujuan penderitaan untuk kebaikan kita.

2. Bersukacita ditengah penderitaan.

3. Terus berserah pada Allah pencipta yang setia.

 

Pendahuluan

Tanggal 19 Juli 1999 merupakan hari yang tak terlupakan bagi keluarga Pdt Robert F. M karena pada hari itulah Pdt Robert diminta datang ke kantor polisi untuk diminta keterangan sehubungan dengan kasus "Kristenisasi" seorang remaja putri. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata Pdt Robert tidak dapat kembali lagi kerumah dan langsung ditahan untuk menjalani proses pemeriksaan dan dijadikan tersangka. Kasus yang cukup heboh ini yang terjadi di Padang yang sebenarnya merupakan usaha untuk menolong, menyekolahkan seorang remaja putri yang akan masuk sekolah Kristen, namun diisukan   pindah agama, dan  ternyata diarahkan menjadi kasus "kristenisasi" dan akhirnya ditambah lagi menjadi kasus penculikan. Kasus "Kristenisasi" dan penculikan ini juga melibatkan beberapa orang yang diperiksa yang pada akhirnya tiga anak Tuhan dipenjarakan, bahkan istri mereka masing-masing juga terancam dipenjarakan, kasihan anak-anak terpaksa terpisah dari ayah mereka.

Ketika peristiwa itu terjadi, saya memperhatikan sikap jemaat. Berbagai macam sikap mereka perlihatkan, ada yang menjadi takut sehingga tidak mau datang ke gereja; ada juga yang tetap setia datang ke gereja bahkan aktif membantu untuk penyelesaian kasus ini maupun memperhatikan keluarga mereka yang dipenjarakan; tetapi ada juga yang tidak melakukan apa-apa bahkan ada yang dengan nada sinis menyatakan bahwa itu salah mereka sendiri, jadi tanggung resiko sendiri.

Ketika saya mencoba memikirkan kenapa mereka ada yang bersikap sinis, ada yang tidak peduli, atau menjadi takut sehingga tidak ke gereja atau pindah gereja lainnya, saya melihat bahwa mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi penderitaan karena nama Kristus dan bukankah itu tugas kita sebagai hamba-hamba Tuhan untuk mempersiapkan jemaat dalam menghadapi penderitaan, dan terlebih dahulu kita sendiri perlu untuk mempunyai sikap yang benar di dalam menjalani penderitaan. Dalam pembahasan ayat-ayat yang telah kita baca, kita akan mengetahui bahwa penderitaan yang dimaksud hanyalah penderitaan karena iman kepada Kristus dan bukan penderitaan karena kesalahan kita atau perbuatan dosa kita.

Melalui perikop yang telah kita baca ini, kita akan belajar:

Bagaimanakah sikap anak Tuhan dalam menjalani penderitaan karena iman kepada Kristus ?

1. Sadar akan tujuan penderitaan untuk kebaikan kita. (v12-13, 17-18)

Pada ayat 12 Rasul Petrus mengingatkan umat Tuhan saat itu supaya jangan heran atau terkejut atau syok terhadap nyala api siksaan yang terjadi. Surat 1 Petrus ini ditulis dengan latar belakang kondisi jemaat yang sedang mengalami penderitaan karena iman mereka kepada Kristus. Penderitaan yang jemaat alami berupa penderitaan secara fisik maupun secara mental. Penderitaan secara fisik yaitu penangkapan, penganiayaan dan puncaknya pada zaman Nero yaitu orang Kristen dituduh membakar kota Roma sehingga mereka ditangkap dan dianiaya, bahkan orang Kristen dibakar sebagai obor untuk menerangi tamannya.

Penderitaan secara mental berupa difitnah, dicela, disalah mengerti, dikucilkan sehubungan dengan praktek ibadah yang mereka lakukan. Penderitaan yang dialami jemaat ini sepertinya akan makin hebat saja. Di tengah situasi yang demikianlah Rasul Petrus menulis surat ini dengan memberikan pengertian pada ayat 12 bahwa semua hal ini adalah sebagai ujian/test bagi iman mereka. Pada ps 1:6-7 dikatakan bahwa semuanya itu untuk membuktikan kemurnian imammu-yang jauh lebih tinggi nilainya dari emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api.

Emas yang kita sebut sebagai logam mulia perlu diuji kemurniannya dengan api barulah emas itu dapat dikatakan murni. Sesuatu yang diuji dalam api untuk dilihat kemurniaannya adalah sesuatu yang berharga/bernilai. Petrus mengatakan emas yang fana itu saja diuji, apalagi kita yang berharga/bernilai dimata Tuhan, maka kita harus menjalani proses pemurnian iman kita melalui "nyala api siksaan". Sebenarnya apa yang dimaksud dengan nyala api siksaan itu ?

Frase "nyala api siksaan" berkaitan erat dengan ayat 17-18 yang menyatakan bahwa nyala api siksaan atau api pemurnian itu adalah api penghakiman Allah. Penghakiman Allah berlaku pada semua orang dan tidak ada yang dapat lolos dari penghakiman Allah itu dan penghakiman itu dimulai pertama-tama di rumah Allah. Kata penghakiman mempunyai arti lebih luas dibanding dengan penghukuman. Penghakiman akan menghasilkan evaluasi yang baik atau buruk. Penghakiman yang pertama-tama dimulai bagi orang percaya akan menghasilkan sesuatu yang baik yaitu dimurnikan, dikuatkan, kesucian hidup semakin bertumbuh, tetapi penghakiman bagi orang yang menolak (lebih tepat diterjemahkan tidak taat) pada Injil akan mengalami penghukuman yaitu api hukuman kekal di neraka.

Ilustrasi:

Dalam pelajaran perguruan tinggi, mahasiswa diharuskan  mempelajari tentang cara pemurnian zat-zat dengan cara penyulingan. Misalnya untuk mendapatkankan alkohol yang bercampur dengan air, caranya adalah campuran dipanaskan dan alkohol yang mempunyai titik didih yang lebih rendah dari air akan menguap duluan (berubah bentuk menjadi uap) lalu dengan bantuan alat pendingin diubah lagi menjadi cairan dan ditampung, maka didapatkanlah alkohol murni. Dari percobaan ini kita melihat untuk mendapatkan suatu yang murni harus melewati suatu proses dipanaskan dengan api.

Aplikasi:

Demikian juga dengan pemurnian iman kita yang harus melewati suatu peristiwa bagaikan api yang membakar. Jadi penderitaan yang dialami orang percaya karena nama Kristus adalah sesuatu yang seharusnya terjadi dan tidak dapat ditolak. Yang perlu kita sadari adalah penderitaan karena nama Kristus mempunyai tujuan untuk kebaikan kita yaitu memurnikan, menyucikan, menguatkan iman kehidupan orang percaya. Itulah sikap pertama yang kita pelajari bersama.

Bagaimanakah sikap anak Tuhan dalam menjalani penderitaan karena iman kepada Kristus?

Sikap yang pertama adalah menyadari bahwa tujuan penderitaan adalah untuk kebaikan kita dan sikap yang kedua adalah :

 

2. Bersukacita ditengah penderitaan (13-15)

Ketika jemaat mulai menghadapi penganiayaan yang hebat, Rasul Petrus mengatakan: "Teruslah bersukacitalah… , berbahagialah!" Mengapa Rasul Petrus memerintahkan jemaat untuk terus bersukacita/berbahagia ?, padahal situasi jemaat sedang mengalami ketegangan, kecemasan, ketakutan dan sewaktu-waktu mengancam jiwa mereka?

Petrus berkata bersukacitalah karena jemaat yang menderita berarti mengambil bagian dalam penderitaan Kristus. Menjadi satu dengan Kristus bukan hanya satu di dalam kematian, kebangkitan, tetapi menjadi satu juga didalam penderitaan seperti yang dialami Kristus. Sikap bersukacita dapat juga kita lihat di  Kis 5:41, dimana Rasul-rasul meninggalkan sidang Mahkamah Agama dengan gembira karena mereka telah dianggap layak menderita penghukuman oleh karena nama Yesus. Kis 16:22-25, Paulus Silas setelah didera, dimasukkan penjara, dibelenggu/dipasung, eh malah mereka berdoa dan menyanyikan puji-pujian.

Selanjutnya pada ayat 13 Petrus berkata agar jemaat terus bersukacita karena sukacita mereka akan menjadi sempurna ketika kedatangan Yesus kedua kalinya.

Bersukacita adalah ekspresi seseorang yang telah mengetahui bahwa ia mengambil bagian dalam penderitaan Kristus dan sukacita mereka akan menjadi sempurna nantinya.

Selanjutnya pada v.14, Petrus juga mengatakan "Jika kamu dinista karena nama Krisus, berbahagialah kamu karena Roh Kemuliaan & Roh Allah ada atasmu".

Apakah bersukacita sama dengan berbahagia ?. John Stott mengatakan bahwa sukacita adalah suatu keadaan yang dapat dilihat atau subjektif sedangkan berbahagia adalah keadaan objektif, dimana seseorang merasa dipenuhi oleh Allah dan itulah keadaan dia sebenarnya dimata Allah walaupun saat itu lingkungan dia tidak mendukung ia untuk berbahagia.

Ayat ini termasuk kalimaat yang sulit di dalam Perjanjian Baru. Supaya kita dapat lebih mengerti tentang frasa "Roh Kemuliaan dan Roh Allah ada atasmu" mari kita melihat peristiwa Stefanus. Ketika Stefanus akan dirajam batu, Stefanus penuh dengan Roh Kudus menatap ke langit, melihat kemuliaan Allah dan Yesus sedang berdiri. Frase "Yesus sedang berdiri" merupakan peristiwa yang tidak biasa yang berarti Yesus memperhatikan dan Ialah yang siap menjadi pembela Stefanus. Bukankah ini yang membuat Stefanus berbahagia ditengah situasi yang begitu mencekam? Akan tetapi kemuliaan tersebut tidak membuat dia keluar dari kesulitan. Stefanus malah dirajam batu karena mengarahkan pandangannya pada kemuliaan.

Pengertian Roh Allah & Roh Kemuliaan ketika orang menghina orang Kristen, Allah membuat Roh KemuliaanNya turun atas orang Kristen yang menderita. Bukan penghinaan yang orang Kristen peroleh dalam pandangan Allah melainkan kemuliaan. Allah jadi satu dengan mereka yang menderita melalui Roh-Nya. Karena kondisi inilah maka orang Kristen yang menderita dikatakan berbahagialah. Orang Kristen mengekspresikan kebahagiaan mereka dengan bersukacita, memuji Allah bukan karena penderitaan yang ia alami melainkan karena Roh Allah yang bersatu dengan dia.

Ilustrasi:

Pada tahun 202 M Kaisar Roma saat itu adalah Septimius Severeus dan ia melarang orang bertobat dan menjadi pengikut aliran Yudaisme dan Kristen. Seorang Pemudi bernama Vivia Perpetua yang tinggal di Afrika Utara yaitu kota Katargo ternyata bertobat dan menjadi seorang Kristen. Ia bersama rekan-rekannya ditangkap dan akan menghadapi hukuman mati dengan diperhadapkan dengan binatang buas. Selama penahanan ia berkata bahwa sel bawah tanah adalah istana baginya dan ia melewati masa penahanan dengan berdoa, membahas Firman Tuhan bersama tahanan lainnya. Malam menjelang ajalnya ia mengadakan perjamuan kasih dan ketika ia memasuki arena untuk berhadapan dengan binatang buas, ia berjalan sambil bernyanyi, ia menghadapi dengan gembira.

Aplikasi:

Apakah seorang, ketika mengalami penganiayaan langsung dapat bersukacita/ berbahagia? Secara psikologis, saya berpikir mungkin ia tidak dapat langsung bersukacita. Bapak Robert ditahan, ia tidak langsung bersukacita. Ia tertekan, kaget karena tidak pernah dipenjara, tetapi setelah beberapa waktu ia baru dapat bersukacita dalam mengalami penderitaannya di LP.

Masing-masing kita akan bersaksi berbeda terhadap penderitaan yang kita alami, tetapi satu hal yang harus kita ingat bahwa kita berbahagia karena Roh Kemuliaan Allah ada pada kita yang memampukan kita untuk bersukacita.

Bagaimanakah sikap anak Tuhan dalam menjalani penderitaan karena iman kepada Kristus ?

Sikap yang pertama adalah Sadar akan tujuan penderitaan untuk kebaikan kita

Sikap yang kedua adalah Bersukacita ditengah penderitaan

Sikap yang ketiga adalah  Terus berserah pada Allah pencipta yang setia (v19)

Pada ayat 19 Rasul Petrus memerintahkan agar jemaat menyerahkan jiwa mereka kepada Pencipta yang setia di dalam berbuat kebaikan. Kata kerja "menyerahkan" dalam bentuk present imperatif yang berarti sesuatu yang diperintahkan untuk dilakukan terus menerus. Petrus memerintahkan jemaat ditengah-tengah penderitaan yang sedang mereka alami agar mereka terus menerus menyerahkan jiwa mereka kepada Pencipta yang setia.

Kata jiwa (psuke) digunakan bukan hanya untuk jiwa, tetapi lebih mengacu pada keseluruhan fisik dan jiwa/spiritual. Jadi jemaat harus terus menyerahkan seluruh kehidupan mereka (tidak ada yang disisakan) kepada Pencipta yang setia.

Frase "Pencipta yang Setia" merupakan frase yang tidak biasa digunakan dalam PB dan hanya terjadi satu kali menggunakan kata creator. Apa tujuan penggunaan frase ini? Rasul Petrus ingin mengingatkan jemaat bahwa Pencipta berarti Allah yang memberi kehidupan pada setiap makhluk dan juga menyatakan kemampunanNya untuk memperhatikan ciptaan-Nya, Allah penopang segala ciptaan-Nya. Frase "Pencipta yang setia" berarti Allah yang setia, Allah yang tidak akan berubah dan Ia tidak dapat berubah, kepada Allah yang seperti inilah kita semua dapat terus mempercayakan, terus menaruh harapan kita, terus menyerahkan seluruh tubuh kita, jiwa kita ketika kita mengalami penderitaan.

Perikop ini ditutup dengan suatu frase "berbuat kebaikan". Alkitab bahasa Inggeris  NRSV menerjemahkan dengan terus menerus berbuat kebaikan. Bentuk nyata dari penyerahan totalitas kita kepada Allah pencipta adalah terus menerus berbuat kebaikan ditengah situasi yang sulit sekalipun. Berbuat kebaikan telah dijelaskan beberapa kali dalam surat 1 Petrus ini seperti memiliki cara hidup yang baik (2:12), tunduk kepada suami, taat kepada Kristus, memberi tumpangan, melayani sesama (4:8-11). Mengapa kita diperintahkan untuk terus berbuat kebaikan ditengah situasi yang sulit sekalipun? Karena itulah yang membedakan kita dengan orang lain yang tidak beriman kepada pencipta yang setia.

Penutup

Mari kita melihat bersama statistik gereja-gereja yang dirusak, dibakar di Indonesia s/d September tahun 2002

  • Selama pemerintahan Presiden Pertama RI : Soekarno (17 Agustus 1945 – 7 Maret 1967) jumlah gereja yang dirusak adalah 2 (rata-rata perbulan = 0,008 gereja)
  • Selama pemerintahan Presiden Kedua RI : Soeharto (7 Maret 1967 – 21 Mei 1998) jumlah gereja yang dirusak adalah 456 (rata-rata perbulan = 1,19 gereja)
  • Selama pemerintahan Presiden Ketiga RI : Habibie (21 Mei 1998– 20 Oktober 1999) jumlah gereja yang dirusak adalah 156 (rata-rata perbulan = 9,18 gereja)
  • Selama pemerintahan Presiden Keempat RI : Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999– 23 Juli 2001) jumlah gereja yang dirusak adalah 232 (rata-rata perbulan = 11,05 gereja)
  • Selama pemerintahan Presiden Kelima RI : Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001– September 2002) jumlah gereja yang dirusak adalah 39 (rata-rata perbulan = 2,79 gereja)

Total sampai September 2002 adalah 885 tempat ibadah (gereja) di Indonesia. Gereja-gereja ini dirusak, ditutup, dibakar, diteror ! …. Sumber : FKKS/FKKI

Berdasarkan statistik yang kita lihat ini, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi hari esok. Tahun depan kita akan menghadapi pemilu dan kita tidak tahu bagaimana hasilnya nanti, apakah situasi menjadi aman, terjadi penganiayan terhadap anak Tuhan akan semakin meningkat ?

Marilah kita dengan bersikap mempersiapkan diri dan mempersiapkan jemaat dalam menghadapi semuanya itu baik penderitaan fisik maupun penderitaan mental dengan mengingat akan 3 sikap yang telah kita pelajari bersama-sama yaitu :

1. Sadar akan tujuan penderitaan untuk kebaikan kita

2. Bersukacita ditengah penderitaan

3. Terus berserah pada Allah pencipta yang setia

Amin.