MIMBAR GEREJA

                                  Koleksi Kotbah Alkitabiah mimbar gereja. Staf redaksi mimbar gereja: Benny Solihin, Yusman Liong

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    : “Firman Menjadi Manusia”

Nats     :   Lukas 2:11-12,16

Ditulis :  Bob Jokiman

Tujuan:

Pendahuluan:

Sudahkah dan pernahkah anda mendengar nyanyian atau lagu Natal mutakhir yang ditulis pada tahun 2002  oleh Howard Scott Pearlman dan dinyanyikan oleh Brock Goodwin? Tentu anda tidak pernah mendengarnya karena  nyanyian itu bukan nyanyian kristen. Judul lagu tersebut adalah “The Santa Claus Rock”, coba simak lirikya antara lain begini:

I learned this song at the old North Pole
Taught to me by this merry old soul
It has a beat that really hops
It's called the Santa Claus Rock

It really was such a site to see
2000 elves dancing around a tree
I never saw so many kicking feet
As They Danced the Santa Claus Rock

Then the most shocking thing I know
Nine prancing Reindeer stole the show
And in that room it started to snow
As They Danced the Santa Claus Rock

Dan Refrainnya? Dengarkan:
You dance the Santa Claus Rock, Rock,  Rock

            Demikian pula ada banyak ceritra Natal yang telah dibuat buku atau film. ‘A Christmas Carol’  oleh Charles Dickens mungkin adalah yang paling terkenal dan banyak dibaca. Sedang ceritra Natal yang lebih modern antara lain "How the Grinch Stole Christmas," "The Little Drummer-Boy," "Frosty the Snowman." dan "Rudolph the Red Nosed Reindeer." belum termasuk serial “Santa Claus” sendiri.  Selama tiga generasi di Amerika ini hampir semua orang telah menyaksikan ceritra-ceritra Natal sekular itu. Kisah Natal telah menghasilkan banyak penggemar dan memberikan banyak laba kepada perusahaan-perusahaan yang memproduksi buku-buku dan film-film tersebut. Tanpa disadari masyarakat telah mengurangi makna Natal menjadi ceritra populer, stereotip dan alat untuk mendapatkan profit secara material.

            Nah saudara itulah Christmas atau Natal yang sudah disekularkan dan mengglobal. Kisah Natal yang sebenarnya telah kehilangan maknanya yang sejati. Oleh karena itu kita perlu  menelaah kembali makna Natal yang sebenarnya agar kita memperoleh kebugaran rohani.

            Beda sekali dengan apa yang diberitakan oleh Rasul Yohanes:“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan… Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran… Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. “ (Yohanes 1:1-3, 10-14, 18)

            Adalah mustahil untuk disangkal, temasuk oleh atheist;  bahwa kelahiran bayi Yesus di Betlehem pada 2000 tahun yang lalu mengubah dunia dan memperbarui pikiran umat manusia. Kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus telah menjadi pusat sejarah dunia, Ialah puncak dari sejarah lama dan langkah-awal ke sejarah baru; sehingga masa sejarah dibagi dua antara sebelum dan sesudah Kristus. Kebenaran itu dirumuskan oleh Yohanes dalam kalimat yang agung “Firman itu telah menjadi manusia.”

            Seorang penafsir Perjanjian Baru yang terkenal; William Barclay, dalam mengomentari kalimat “Firman itu telah menjadi manusia.” itu mengatakan bahwa kalimat tersebut  menerangkan alasan  mengapa Rasul Yohanes menulis Injilnya. Jelas sekali ia tidak dapat melalaikan kenyataan bahwa Allah telah menjadi manusia di dalam Diri Putra-Nya dan pemikiran tersebut terus dipertahankan dan dilanjutkan dalam keseluruhan tulisannya. Augustinus, Bapak Gereja pada abad IV mengatakan bahwa di masa hidupnya sebelum menjadi Kristen ia tidak pernah menemukan suatu pernyataan yang dapat dibandingkan dengan “Firman itu telah menjadi manusia.” Karena dalam pemikiran Yunani kuno yang dianutnya tidak pernah direnungkan sekalipun bahwa Allah dapat menyatakan Diri-Nya dalam bentuk jasmaniah. Bagi pemikiran Yunani kuno, tubuh adalah bagai penjara bagi jiwa yang dibelenggu atau kuburan bagi roh yang dikurung.

            Plutarch, seorang filsut Yunani; percaya bahwa adalah suatu penghujatan jika megharapkan Allah melibatkan Diri-Nya dalam perkara-perkara di  dunia. Namun justru kebenaran inilah yang merupakan klimaks dari pengajaran Perjanjian Baru. Kitab-kitab Injil mengungkapkan  kebenaran yang menggetarkan dari  penjelmaan Anak Allah menjadi manusia supaya manusia bisa menjadi anak-anak Allah.

                    Pendeta Stephen Tong, Penginjil yang telah memimpin banyak jiwa untuk percaya dan mengaku Tuhan Yesus Kristus sebagai Jueruslemaat, menjelaskan mengenai “Firman itu telah menjadi manusia” sebagai berikut:”Yesus Kristus adalah wujud dari Allah yang tidak nampak, merupakan cahaya Ilahi yang tidak kelihatan. Allah adalah terang yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, namun terang itu bercahaya melalui kehidupan Kristus yang terlihat. Yesus sendiri memproklamirkan; barangsiapa melihat Aku, bukan melihat Aku, melainkan melihat Bapa yang mengutus Aku. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Kapankah Yesus Kristus menyatakan Bapa-Nya? Saat Dia inkarnasi: Allah menjadi manusia sehingga manusia bisa menyaksikan Allah, kemuliaan Allah nampak di atas diri Kristus.” Itulah Natal saudara. 
               Sayang sekali ketika ia datang ke dalam dunia ada orang-orang menolaknya. Mulai dari pemilik penginapan yang hanya  memberikan sebuah kandang untuk kelahiran-Nya. Herodes yang hendak membunuhnya, para Ahli Tuarat dan orang Farisi yang menghujat-Nya serta Pilatus yang memerintahkan untuk menyalibkan Dia. Namun demikian tidak sedikit pula yang menyambut dan menerima-Nya. Seperti para gembala yang sedang menjaga dombanya di padang Efrata. Ketika para malaekat  memberitakan”Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan...Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan.”." (Lukas 2:11-12, 16)

            Saudara, hari ini tatkala Anda mengetahui bahwa pada hari Natal Tuhan Yesus sebagai “Firman itu telah menjadi manusia” untuk memberi terang dan hidup kekal kepada saudara maukah saudara  datang kepada-Nya seperti para gembala itu? Alkitab mengatakan bahwa orang-orang  menolak-Nya karena mereka tidak mengenal-Nya dan mau terus hidup dalam kegelapan. Sekarang saudara sudah mengenal-Nya maukah saudara menjadi anak-anak Allah?

Selain kelompok gembala, maka kelompok lain yang datang dan mencari Yesus adalah para majus yang berasal dari timur. Banyak penafsir mengatakan bahwa mereka datang dari Persia, di mana dahulu orang-orang Yahudi dibuang. Rupanya dari orang-orang Yahudi tersebut para majus itu tahu bahwa ada Juruselamat dijanjikan Allah yang akan lahir di Judea. Itulah sebabnya sebagai astronom, ketika mereka melihat pemunculan bintang yang besar di langit, mereka tahu bahwa ada seseorang yang besar telah lahir. Kerinduan mereka untuk menemukan “Seseorang” itu telah mendorong mereka untuk melakukan perjalanan jauh serta penuh keletihan dan bahaya melewati padang pasir dan gurun yang tanpa batas dengan biaya yang besar. Namun semua itu tidak dapat dibandingkan dengan sukacita yang mereka dapatkan tatkala mereka menemukan Tuhan Yesus. Itulah sukacita Natal yang sejati:”Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” (Matius 2:101-11)

             Para majus tersebut boleh dikatakan adalah orang-orang yang sukses dalam hidup mereka. Memiliki segala sesuatu yang dirindukan atau dicari oleh manusia umumnya. Apakah yang kita cari dalam hidup ini? Kekayaaan, kedudukan, kemashuran dan kepandaian? Semuanya dimiliki oleh para majus tersebut. Bahkan jikalau benar bahwa sebagai astronom mereka juga menjabat sebagai penasehat raja, maka secara politik mereka juga mempunyai kekuasaan. Sudah lengkaplah semuanya, sebenarnya masih kurang apa lagi? Namun demikian hidup mereka belum puas sebelum mereka menemukan bahkan menyembah sambil mempersembahkan bingkisan kepada Tuhan Yesus.

            Saudara dalam menyambut dan merayakan Natal, hal apakah yang membuat Anda besukacita? Apakah karena kita telah memiliki segala sesuatu atau seperti para gembala dan majus yang telah mendapatkan Juruselamat yang adalah “Firman itu telah menjadi manusia” serta membawa bingkisan yang terbaik untuk-Nya yaitu hidup yang penuh dosa ini untuk ditebus, diselamatkan serta dikuduskan-Nya? Semoga pada Natal ini kita mendapatkan apa yang Tuhan ingin kita dapatkan dan bukan apa yang ingin kita peroleh. Selamat Hari Natal 2003.