sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema      :  Cukupkah gereja hanya sebagai pemerhati pelayanan desa?

Nats       :  Matius 9:35-38

Penulis   :  Andrias Hans

Tujuan   :   Agar jemaat melihat bahwa gereja perlu terlibat dalam pelayanan pedesaan, sebagai gereja kota seharusnya mengambil bagian dalam misi ini sebab Tuhan juga

mengasihi mereka. 

 

Pendahuluan:

Tema kita saat ini paling tidak memberikan sentuhan kecil kepada gereja kota yang selama ini “enggan” menggarap ladang pelayanan desa di tanah air. Padahal di sana anggota keluarga kita bergumul dengan tidak sedikit penderitaannya. Sebagai anggota keluarga besar Allah, kita diminta untuk tidak menafikan Saudara-saudari kita yang hidup di 70.000 desa di tanah air.  Kita perlu sekali lagi mengingat pesan firman Tuhan: “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada Saudara-saudara seiman” (Galatia 6:9-10). Untuk itu saya mengajak kita menelusuri tapak-tapak uraian selanjutnya.

Gereja.

Gereja yang dimaksud dalam hal ini adalah setiap orang yang sungguh-sungguh telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya (organisma) dan juga gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya (organisasi). Roma: 10:9-10 berkata : Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan.

Istilah “pemerhati”.

Istilah ini penting kita bahas agar kita mendapatkan paling tidak apa esensi dari istilah ini. Dalam kamus BI karangan Badudu-Zain yang diterbitkan oleh Pustaka Sinar Harapan Jakarta 1996, kata “Pemerhati” berarti orang yang memperhatikan atau orang yang mempunyai minat. Tentu minat pada sesuatu bidang . Pemerhati ini jelas tidak hidup dalam ruang hampa tapi dia hidup di lingkungan yang memperlihatkan segala macam keadaan dan fakta kehidupan. Dengan demikian si pemerhati adalah orang yang memperhatikan sesuatu dan tertarik (berminat) terhadapnya. Jadi yang dimaksud pemerhati di sini adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus dan yang telah memiliki visi yang jelas dari-NYA sehingga ia tergerak memperhatikan pelayanan.

Pelayanan desa.

Kata “pelayanan” memiliki arti yang sama dalam perspektif orang Kristen, yang membedakan hanyalah masalah tempat yaitu tempat pelayanannya di desa. Jadi fokusnya adalah pelayanan di desa.  Dari sini kita akan melihat kondisi real dari kehidupan jemaat Tuhan di desa-desa. Apa sesungguhnya yang terjadi dengan kehidupan saudara-saudari seiman kita  yang hidup di desa.

Tema di atas tidak salah, namun belum cukup kalau hanya sampai di stasiun “pemerhati”. Kalau kita mau sungguh-sungguh menjadi murid Yesus yang sejati, tidak hanya di situ.  Kenapa demikian? Kita akan lihat dalam penguraian selanjutnya.

 

1. Yesus Melayani disegala tempat.

Dalam Matius 9:35-38 kita menemukan beberapa hal penting yang berkaitan dengan tema di atas yaitu: Bahwa Tuhan Yesus bukan sekadar pemerhati pelayanan desa tetapi Ia adalah pemerwujud pelayanan desa bahkan bukan saja pelayanan desa tetapi juga pelayanan di seluruh tempat (kota).

Matius 9:35a menegaskan bahwa Tuhan Yesus berkeliling ke semua kota dan desa.

Tuhan Yesus melayani di berbagai desa, DIA melayani di padang gurun (Matius 4:1).

Tuhan Yesus melayani di pesisir-pesisir pantai sampai ke lembah-lembah.

Tuhan Yesus melayani di Betania sebuah desa di mana para sahabat-Nya tinggal yaitu : Maria, Marta, dan Lazarus.

Dan Tuhan Yesus melayani dengan menyembuhkan 10 orang kusta di sebuah desa ketika IA menyusuri perbatasan Samaria dan Galilea (Lukas 17:11-12).

Jadi jelas sekali,Tuhan Yesus memberikan  model kepada para murid-NYA di segala tempat dan zaman,  bahwa desa adalah ladang pelayanan yang harus digarap. Tidak boleh diabaikan atau hanya digarap sambil lalu.  Sebab ini model pelayanan yang dikerjakan secara serius oleh Tuhan kita. Dia cinta nian desa, tentu dengan  orang-orangnya. Tidak sedikit perumpamaan Yesus yang menyangkut  kehidupan desa.

Misalnya perumpamaan tentang pohon, ladang, pukat, benih dan lain ssebagainya yang kesemuanya ini menggambarkan kehidupan desa. Pendek kata, di mata Tuhan Yesus, desa adalah ladang pelayanan-Nya. Kata “berkeliling” menggambarkan aktivitas yang disadari dan berjalan terus menerus. Di mana  ada jiwa yang lapar dan haus akan Firman Tuhan di situ Tuhan Yesus melayani.

Aplikasi:

Di desa-desa Indonesia begitu banyaknya jiwa-jiwa yang lapar dan dahaga akan Injil Kristus. Baik Kristen ataupun non Kristen. Berapa banyakkah gereja kota yang serius seperti Yesus melihat dengan hati yang berbelas kasihan dan melayani jiwa-jiwa di desa? Gereja kota perlu menjawab pertanyaan sederhana ini dengan tindakan konkritnya. Meskipun pemerintah memandang sebelah mata eksistensi gereja, namun pada hakikatnya, gereja khususnya gereja kota adalah aset bangsa Indonesia. Ia harus eksis dan harus terus berkibar dan berkobar serta berkiprah di tanah tumpah darahnya sendiri. Kita bukan warga negara kelas dua.

2. Lingkup pelayanan Tuhan Yesus.

Bahwa Tuhan Yesus melayani secara holistik dengan tugas lapis tiga yaitu sebagai pengkhotbah, pengajar (guru), dan penyembuh (dokter).

Hal ini dapat kita lihat pada ayat 35b yaitu : IA mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil kerajaan sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.

Sebagai pengkhotbah, Tuhan Yesus memberitakan hal yang sangat hakiki bagi kehidupan manusia yaitu mengenai keselamatan jiwa manusia yang sifatnya kekal dan pasti hanya melalui diri-NYA (Yohanes 14:6, Kisah para Rasul 4:12). Karena itu kita  pun harus menerima dulu kepastian (hal-hal yang pasti terutama keselamatan) itu baru dapat membagikannya kepada orang lain.

Sebagai guru, Tuhan Yesus bukan sekadar asbun tapi sungguh-sungguh mengajarkan kebenaran-kebenaran yang pasti melalui tindakan nyata.  Banyak orang Kristen asbun saat ini. Gemar bicara membangun kerajaan Allah  tapi nol besar tindakan nyatanya dalam pelayanan. Paradigma orang Kristen kebanyakan masih dibelenggu hitung-hitungan bisnis (untung-rugi) kalau mau membeli sarana penunjang pelayanan. Mahallah, tolong pikirkan nilai kesusutannya, dls, itulah yang acap terucap di bibir mulut mereka. Jangankan sarana materi, tubuh kita ini harus rela mengalami penyusutan sampai titik nol demi kemuliaan kerajaan-Nya bukan? Karena itu perlu dipertanyakan motivasinya dari model orang Kristen yang selalu berpikiran untung rugi dalam pelayanan. 

Dan sebagai dokter, Tuhan Yesus melayani orang secara jasmani. Dalam seluruh Injil lebih banyak Tuhan Yesus menyembuhkan orang sakit, beri makan orang lapar, menghibur yang susah ketimbang berbicara tentang Allah.

Aplikasi:

Hal ini penting kita cermati dengan baik. Di sini Yesus sama sekali bukan mengabaikan pengajaran tentang Allah namun IA menyatakan wujud Allah itu di dalam tindakan-NYA. Karena itu IA pernah berkata Bukan setiap orang yang berseru kepada-KU: Tuhan, Tuhan!  akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-KU yang di sorga (Matius 7:21).

Perkataan kita tentang kebenaran Tuhan penting namun yang lebih penting adalah melakukan kebenaran-kebenaran Tuhan dalam hidup kita. Yesus mengubah kata-kata kebenaran Kristiani ke dalam perbuatan nyata kasih Kristiani. Ini pokok terpenting bagi kehidupan Kristen kita.  Tuhan Yesus berkata: “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (Matius 25:40).  Karena itu kita perlu sadari bahwa ukuran kesejatian kemuridan kita terlihat pada perbuatan kita yang berakar pada kebenaran-kebenaran Kristus.

Bahwa pelayanan desa hanya bisa terwujud ketika gereja (orang percaya maupun organisasi gereja) mendapatkan Visi dari Yesus yang melahirkan belas kasihan di dalam  hati gereja.

3. Visi dan belas kasihan

Ayat 36 merupakan kunci pelayanan Kristiani. Tanpa visi yang melahirkan belas kasihan mustahil akan ada pelayanan yang sejati. Karena itu kenapa sulit sekali mengajak orang terlibat dalam pelayanan khususnya pelayanan desa? Kuncinya ada di sini, tanpa visi dan belas kasihan! Jangan cari apa penyebabnya yang lain.

Dua orang yang berbeda dalam melihat suatu objek yang sama belum tentu memiliki penglihatan (visi) yang sama. Kita mungkin melihat objek yang sama tetapi mungkin sekali kita memiliki pandangan yang berbeda, dan tentu memiliki respon dan tindakan yang berbeda pula.

Bagaimana kita melihat perbandingan itu?  Pada waktu Tuhan Yesus melihat orang banyak yang berada di sekitar-NYA, Tuhan melihat mereka adalah orang-orang yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala karena itu perlu dikasihani tetapi para murid melihat mereka sebagai orang-orang yang harus disuruh pulang untuk mencari makanannya sendiri, karena waktunya sudah mulai malam.

Yesus memiliki visi tentang hari menjelang malam yang berbeda dengan visi para murid. Bagi Yesus, menjelang malam adalah waktu untuk segera melayani tapi bagi para murid, menjelang malam adalah waktu untuk istirahat. Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 9: 4: Kita harus mengerjakan pekerjaan DIA yang mengutus Aku, selama masih siang ; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.

Yesus melihat orang-orang yang terlantar dan lelah itu  justru harus segera dilayani, tetapi para murid meminta Yesus supaya segera menyuruh mereka pulang dengan tangan hampa. Begitu kontradiksikah ?

Ilustrasi:

Saya teringat seseorang dalam suatu pertemuan institusi pelayanan Kristen berkata: “Kalau ada permohonan bantuan tunjangan pelayanan hamba Tuhan desa, jangan langsung ke gereja pendukung institusi, seharusnya minta bantuan dulu ke gereja-gereja lain”. Ini perkataan tanpa dasar yang kokoh. Asal-asalan. Orang ini tidak punya hati seperti Yesus yang langsung tergerak oleh belas kasihan ketika melihat jiwa yang miskin (rohani dan jasmani). Orang ini nampaknya belum merenungkan kata Amsal 3:27-28: “janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya. Janganlah engkau berkata kepada sesamamu: “Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi,” sedangkan yang diminta ada padamu”. Berbeda dengan seorang yang langsung menimpali perkataan orang tadi: “Oh saya pikir tidak demikian, justru gereja kami sedang mencari “kuda”, maksudnya mencari hamba-hamba Tuhan desa yang perlu dibantu”.  Anda lihat perbedaan cara pandang kedua orang Kristen ini?  Yang satu tidak mau sibuk. Mungkin juga tidak mau membantu. Tapi yang satu sangat mengerti akan pergumulan hamba Tuhan yang melayani di desa sehingga dengan belas kasihan segera ingin membantu. Yang satu sebagai orang Kristen nanti saja, sedang yang lain adalah orang Kristen segera saja. Ini yang benar.

Aplikasi:

Visi Yesus jauh berbeda dengan para ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi Yesus orang banyak sebagai panen yang segera harus dituai untuik keselamatan jiwa mereka, sedangkan Orang Farisi melihat orang banyak itu sebagai sekam yang harus dibakar dan dihancurkan. Kata Yunani belas kasihan adalah Splagkhnistheis dari kata splagkna yang berarti mangkuk. Ini menggambarkan hati nurani manusia yang terdalam.  Dalam Injil, dengan beberapa kekecualian, kata itu secara khusus hanya dipakai untuk diri Yesus.

 

4. Perkara yang sangat menyentuh hati Yesus.

Hal-hal yang paling menggerakkan hati Yesus oleh belas kasihan  :

(a).Orang-orang yang mengalami penderitaan dunia. Yesus menangis ketika melihat orang sakit, buta, dan dirasuk setan. Yesus tidak tahan melihat orang-orang yang menderita, Ia selalu rindu untuk meringankan beban penderitaan itu.

Yesus tergerak dengan orang yang berada dalam kesedihan seperti seorang janda di Nain yang anaknya mati (Lukas 7:13). Begitu juga ketika  melihat Maria dan Marta yang telah kehilangan kakak mereka Lazarus, Yesus sangat sedih, terharu dan menangis (Yohanes 11:33 –34). Yesus selalu penuh dengan keinginan untuk menghapus setiap tetesan air mata orang yang bersedih. Yesus tergerak ketika melihat orang-orang dalam kelaparan (Matius 15:32). Orang Kristen yang sejati tidak akan mempunyai niat mengumpulkan harta benda untuk diri sendiri sementara orang lain berkekurangan.

Ilustrasi:

Saya sangat terkesan dengan seorang kawan dekat saya yang tidak pernah saya lupa perkataannya. Dia berkata demikian : Saya takut dengan apa yang saya miliki saat ini, apakah saya telah pergunakan seturut dengan kehendak-NYA. Nanti kalau Tuhan mengaudit harta saya, apakah yang akan saya pertanggungjawabkan? Seharusnya prinsip ini harus kita pegang sebagai alarm dalam mengelola harta benda yang Tuhan percayakan kepada masing-masing kita.

(b).Dan Yesus sangat tergerak dengan orang-orang dunia yang berada dalam kebingungan tanpa arah dan harapan hidup yang jelas. Yesus sedih ketika melihat mereka yang terbaring tidak berdaya dan dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Yesus mengecam para ahli Taurat yang suka memberatkan kehidupan orang-orang Israel dengan hukum-hukum buatan mereka. Karena itu tak heran Yesus berkata kepada orang yang suka menyesatkan orang lebih baik batu kilangan diikatkan dilehernya lalu ditenggelamkan dalam lautan.  Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak mau ada orang yang tersesat atau disesatkan jalan hidupnya.

5. Pekerja untuk menuai.

Ayat 37-38 jelas berbicara kepada kita bahwa doa saja tidak cukup, uang saja tidak cukup, pemikiran pun tidak cukup. Tuhan mau ada penuai-penuai bagi-NYA. Artinya Tuhan berikan kesempatan agar tangan kita sendirilah yang memanen hasil tuaian yang begitu banyak itu. Ini adalah anugerah khusus yang menyukacitakan hati kita. Jadi jelas bahwa kita tidak boleh hanya sampai jadi pemerhati tetapi harus sebagai pemerwujud pelayanan desa. Bahwa Tuhan Yesus “membutuhkan” para pekerja untuk masa penuaian.

Karena itu maka Gereja kota yang kuat aspek administrasi organisasinya wajib membantu gereja desa yang kurang baik administrasi organisasinya. Gereja kota yang kuat aspek doktrin teologinya wajib membantu gereja desa yang lemah pengajarannya. Gereja kota yang berlimpah-limpah pelayan Tuhan yang berkualitas wajib mengutus para misionaris nasional ke gereja-gereja desa yang tidak punya pelayan Tuhan.

Menurut  data dan informasi yang kami terima, ada ratusan (mungkin ribuan) gereja perdesaan di Indonesia yang tidak memiliki pelayan Tuhan karena tidak sanggup memberi tunjangan hidup pada pelayan Tuhan. Tidak terbayangkah kita bahwa saudara(i) seiman kita di desa kering kerontang secara rohani ? 

Penutup:

Sebagai gereja yang berada di kota perlulah kita menyisihkan sebagian dana untuk pelayanan di desa, jangan hanya sebagai gereja pemerhati saja. Tolonglah berilah kail dan ajarlah mereka membuat kailnya sendiri. Dalam rangka otonomi daerah, sudah siapkah SDM gereja desa berkiprah , atau justru siap untuk dilindas ? Tanggung jawab siapa ini? 

Masih banyak kewajiban-kewajiban gereja kota kepada gereja desa yang harus terus menjadi pergumulan di dalam perjalanan pelayanannya di muka bumi ini.

Tuhan Yesus berkata: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit”.  Maukah kita menjadi pekerja di ladang pelayanan desa ???  Maukah gereja kota membangun satu divisi pelayanan khusus yaitu Rural Ministry (pelayanan pedesaan) dalam departemen misinya untuk menjangkau 70.000 desa di tanah air tercinta?

Sudahkah kita melihat dan memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh gereja yang berada di desa? Bukankah itu juga tanggungjawab kita yang berada di kota? Tuhan Yesus memberkati kita semua, amin !