sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema       :   KARUNIA ROHANI DAN KEROHANIAN

Nats         :  I  Kor.12:27--13:1,2,8-12.

Penulis     : Yohanis Trisfant

Tujuan     :  Agar jemaat dapat membedakan yang mana karunia rohani dan bagaimana  

                     harus hidup dengan  kerohanian yang baik. Karunia rohani adalah untuk  

                     memperlengkapi diri bagi kemuliaan TUHAN. Kerohanian yang baik

                     membuktikan hidup yang telah diperbarui oleh Kristus.  

Pendahuluan:

Watak dan Bakat adalah 2 hal yang berbeda. Seorang yang berbakat belum tentu memiliki watak yang baik. Sebaliknya seorang yang punya watak baik belum tentu juga  berbakat. Dalam kehidupan sehari-hari orang lebih menghargai watak baik daripada bakat. Demikian juga halnya dengan karunia roh dan kerohanian. Karunia Roh dan kerohanian juga 2 hal yang berbeda. Katanya Karunia roh itu seperti sebatang pohon natal yang dihiasi dengan lampu dan kado. Karunia rohani adalah seperti lampu dan kado pada pohon natal.  Sedangkan kerohanian yang dinyatakan lewat buah roh, digambarkan sebagai sebatang pohon pepaya atau Alpukat yang sedang berbuah secara berlimpah-limpah. Pohon natal kalau tidak memiliki hiasan dan kado masih tidak apa-apa, masih berguna sebagai pohon pinus. Tetapi kalau pohon pepaya tidak ada buah maka pohon itu tidak berguna.

Jadi sama halnya antara karunia rohani dan kerohanian.

  • Kalau orang kristen tidak memiliki karunia rohani, masih tidak apa-apa,

      masih berguna.

  • Tetapi kalau tidak punya kerohanian yang baik, maka dia menjadi tidak berguna lagi.

Apakah cukup bagi kita  menjadi orang kristen yang berkarunia roh atau kita mesti menjadi orang rohani yang berkarunia?  Kita akan melihat hal ini dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus.

1. Karunia adalah perlengkapan dari Allah

Apa itu karunia?   apakah sama dengan Talenta? Karunia rohani adalah kemampuan supranatural yang diberikan kepada setiap orang percaya oleh Roh Kudus, sehingga memampukan setiap orang percaya melakukan fungsinya sebagai anggota tubuh Kristus. Atau singkatnya, karunia rohani adalah kemampuan supranatural untuk melakukan pekerjaan Kristus. Namun, selain kemampuan supranatural, karunia juga ada yang biasa. Karunia juga dapat berupa talenta alamiah yang telah mengalami pengudusan dari Tuhan. Ini termasuk talenta bermain musik, menyanyi, mencipta lagu (Ef. 5:19), memiliki keahlian dan pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan seperti Bezaleel bin Uria bin Hur. (Kel. 31:3). Ahli ekonomi, musik, teknik, politik menyerahkan kemampuannya kepada Tuhan, maka itu menjadi suatu karunia rohani untuk membangun tubuh Kristus. William Barclay mengatakan:” tukang batu, tukang kayu, ahli listrik, tukang cet, insinyur, tukang pipa,  semuanya merupakan karunia yang dari Allah dan digunakan untuk Allah.

Karunia rohani ini bermacam-macam jenisnya. Alkitab mendaftarkannya di dalam kitab Korintus, Roma, Efesus dan Petrus. Dalam kitab Korintus (1 Kor. 12:8-10; 28-30) :

  • Karunia rasul, nabi, pengajar,
  • melayani, memimpin,
  • karunia berkata-kata hikmat, karunia berkata-kata dengan pengetahuan,
  • karunia iman, karunia menyembuhkan, kuasa untuk mengadakan muzizat, karunia bernubuat,
  • membedakan bermacam-macam roh, berkata-kata dalam bahasa roh, menafsirkan bahasa roh.

            Dalam ayat-ayat ini Paulus mengfokuskan kepada karunia-karunia  rohani yang    

            tidak biasa.

            Karunia-karunia ini sangat dijunjung tinggi di dalam jemaat  Korintus

      Roma 12:3-8 mendaftarkan juga bermacam karunia

  • karunia bernubuat, melayani, mengajar,
  • menasihati, memberi, memimpin, kemurahan.

Karunia-karunia rohani dalam Roma 12 (bernubuat, melayani, mengajar, menasehati, memberi, memimpin, kemurahan)  kadang-kadang disebut, karunia roti dan mentega, atau dalam konteks indonesia, disebut karunia nasi dan ikan atau kalau dalam konteks sunda, karunia nasi dan lalapan.

Karunia dalam Roma 12 ini disebut karunia nasi-lalapan. Kenapa disebut seperti itu? karena karunia-karunia tersebut adalah karunia pokok yang dipakai sehari-hari di gereja.

Dalam kitab Efesus 4:11 disebutkan karunia.

  • rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil,
  • gembala-gembala dan pengajar-pengajar.

Karunia-karunia dalam Efesus 4:11 ini merupakan karunia jabatan. Suatu karunia yang dianugerahkan kepada orang-orang tertentu untuk menjabatnya.

  • Karunia jabatan ini tidak diberikan kepada setiap orang kristen.
  • Dari lima karunia jabatan ini, jabatan rasul dan nabi sudah berhenti dan tidak dilanjutkan lagi setelah kitab suci genap diwahyuhkan. Jadi sudah tidak ada lagi rasul millenium dan nabi milenium pada  zaman sekarang ini.
  • Jabatan pemberita Injil, gembala dan pengajar masih ada pada zaman modern ini.
  • Pemberita Injil, mengabarkan Injil, kemudian digembalakan oleh Pendeta dan ditumbuhkan kerohaniannya oleh pengajar.

Dan dalam 1 Petrus 4:10-11 terdapat karunia melayani dan karunia berbicara.  

Cukup banyak karunia yang  didaftarkan oleh Alkitab. Apakah diantara daftar karunia tadi ada diantara saudara yang sudah memilikinya ?  Saya yakin ada. Atau apakah ada diantara saudara yang merasa tidak memiliki karunia-karunia tersebut? Biasanya untuk menyatakan rendah diri bukan rendah hati maka kita mengatakan:

·        “ Ah…jangankan karunia spektakuler, karunia nasi-lalap juga tidak punya.

  • saya tdk bisa mengajar, tidak bisa memimpin, tidak bisa melayani, tidak bisa jadi kolektor, tidak bisa rapikan kursi gereja, tidak bisa menasehati bahkan anak juga tidak bisa,
  •  tidak bisa memberi persembahan, tidak bisa memberi kepada orang miskin, tidak bisa bermurah hati.
  • Saya hanya bisa mendengar kotbah….apalagi kalau yang kotbah cantik…..tahan sampai sejam juga.

Saudara saya tidak percaya bahwa ada anggota gereja yang tidak punya karunia nasi-lalap ini, suatu karunia yang dipakai sehari-hari di gereja. Dengan mengatakan saya tidak punya satu karunia pun, itu hanya lah suatu alasan untuk membenarkan diri agar tidak melayani Tuhan. Ini sama dengan hamba yang jahat dan malas yang  punya 1 talenta tetapi dia kubur talenta itu. Suatu hari Tuhan kita Yesus Kristus akan datang dan membuat perhitungan dengan kita yang mengubur karunia yang sudah Tuhan berikan. Jadi intinya, bahwa setiap orang Kristen memiliki karunia rohani.  Firman Tuhan mengatakan:” Tetapi kpd  tiap-tiap org dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.(1 Kor 12:7).

Tak seorangpun yang tidak diberikan karunia rohani oleh Tuhan. Pekerjaan Kristus adalah pekerjaan supranatural, maka setiap anggota tubuh Kristus, diberikan juga kemampuan spiritual untuk melaksanakan pelayanannya.  Saudara yang mendapatkan karunia untuk menasehati, lakukanlah itu dengan sungguh-sungguh. Kembangkan dan pelihara karunia tersebut. Paulus mengatakan kepada Timotius:”kobarkan karunia Allah yang ada padamu” (2 Tim 1:6).  Coba kita perhatikan anggota tubuh kita:

·        Mata menjalankan fungsinya sebagai mata,

·        kepala menjalankan fungsinya sebagai kepala,

·        tangan sebagai tangan dan kaki sebagai kaki.

Coba bayangkan anggota tubuh tidak berfungsi dengan baik apa jadinya?

Namun ini bukan berarti karena saya sibuk mengembangkan karunia saya untuk mengajar atau memimpin, maka saya tidak perlu melakukan perintah-perintah yang lain dari Alkitab.

“karena saya hanya punya karunia mengajar, maka saya tidak perlu menginjil”, tidak perlu memberi. Tidak perlu bersaksi. “

è jelas Saudara, pemikiran seperti ini salah.

Timotius memiliki karunia  mengajar, tetapi Paulus memerintahkannya untuk menginjili, walaupun itu bukan karunianya. 

2. Karunia tidak identik dengan kerohanian

1.      Karunia rohani bukanlah sebuah tanda spiritualitas.

·        Karunia rohani tidaklah merefleksikan kerohanian dari orang yang memilikinya, tetapi merefleksikan Spiritualitas dari si Pemberi, yaitu Allah Roh Kudus.

      Karunia rohani adalah karunia yang diberikan bukan berdasarkan jasa atau kebaikan,      

      tetapi berdasarkan anugerah, sehingga tidak ada hubungan antara tinggi rendahnya

      kerohanian seseorang dengan banyak sedikitnya karunia rohaninya. 

      Samson dipilih menjadi hakim di Israel dan dia dikarunia  kekuatan yang sangat

      besar.  Tetapi Simson bukanlah manusia yang dewasa rohaninya.  Dia lebih banyak      

dikuasai oleh kedagingannya.

·        Jikalau orang-orang kristen Korintus mengukur status kerohanian dengan memakai karunia rohani, maka mereka salah. Tidaklah diragukan bahwa Paulus melihat penting untuk membahas topik kerohanian ketika dia menulis suratnya kepada jemaat Korintus.   Orang-orang Korintus percaya bahwa mereka memiliki kerohanian yang benar. Sebab mereka adalah gereja yang penuh dengan karisma, yang memiliki semua karunia-karunia rohani (1:7). Sebab itu, orang-orang kristen dalam jemaat ini melihat diri mereka sebagai orang-orang kristen yang rohani dan bijaksana. Tetapi pada saat yang sama mereka memandang rendah Paulus dan Apolos.    (1 Kor 4:6-10)

·        Oleh sebab itu, Paulus mengatakan dalam suratnya:” jangan menyombongkan diri, apakah yang engkau punyai yang engkau tidak terima?  Jemaat Korintus tidaklah sadar bahwa mereka sombong, mereka menganggap diri sangat rohani karena punya banyak karunia-karunia rohani.  Bahkan beberapa orang kristen di Korintus berani menuduh Paulus tidak rohani, menuduh Paulus hidup secara duniawi. Namun sebenarnya ini terbalik. Orang-orang kudus di Korintuslah yang tidak hidup secara rohani, walaupun mereka memiliki karunia rohani. Paulus mengatakan :”Aku tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan bukan makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Kamu masih manusia duniawi, sebab jika diantara kamu ada iri hati dan perselisihan, bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi dan hidup secara duniawi?

           Jemaat Korintus yang penuh dengan karunia rohani ini, namun terpecah belah. Ada kelompok-kelompok dalam gereja. Ada yang mengatakan aku dari golongan Apolos, Paulus, Kefas, Kristus. Mereka yang memiliki karunia rohani yang hebat ini hidup dalam kesombongan (1:18ff, 3:18-23; 4:6-10). Jemaat  yang bertalenta hebat ini terjerumus dalam dosa-dosa seksual (I Kor 5-6). Mereka mencari keadilan dari orang-orang yang tidak beriman untuk menyelesaikan perselisihan mereka. Beberapa orang menganggap menikah  ada/ah sesuatu yang jahat dan harus dihindari dan mendorong mereka yang sudah menikah agar bercerai saja.  Beberapa jemaat bahkan ikut dalam upacara-upacara persembahan berhala (8-10). Mereka juga mengikuti perjamuan kudus dengan sikap yang salah. Jadi Gereja Korintus tidaklah sehat. Mereka bermasalah dalam kerohanian. Dan banyak masalah-masalah rohani itu berhubungan dengan karunia rohani yang mereka miliki.

·        Mereka saling iri hati dengan karunia rohani yang dimiliki oleh saudara seiman.

·        Mereka yang kurang karunianya beranggapan bahwa mereka tidak memiliki rohani yang baik sehingga tidak ada yang dapat diberikan untuk pembangunan tubuh Kristus.

·        Beberapa orang jemaat Korintus merasa inferior/minder karena tidak punya karunia utama, dan dapat dianggap kurang rohani, bahkan tidak termasuk anggota tubuh.

- …Karunia saya hanya sedikit…….dan tidak penting….

      rohani saya tidaklah super, makanya rohani saya juga tidak hebat. …..   

      Gereja ini hebat-hebat karunia rohaninya………

      saya tidak pantas menjadi anggota gereja  ini. ……..Buktinya saya   

      kurang dihargai….kurang dihormati.

   ….Saya hanya seperti kaki……..yang capek membawa seluruh  tubuh

       tidak mendapat tugas-tugas yang enak seperti      tangan………..untuk 

       menulis, melukis dll.

…….Seandainya saya menjadi tangan , maka itu lebih baik.

 Perbandingan seperti inilah yang terjadi dalam jemaat Korintus.  Mereka membandingkan dirinya dengan orang lain, sehingga mereka merasa tidak berguna, kehilangan semangat, merasa rendah diri, merasa kurang rohani. Padahal setiap orang diberikan karunia secara khusus oleh Tuhan untuk membangun tubuh Kristus. Dan setiap orang dalam gereja itu penting. Kalau semua anggota gereja ingin menjadi pengkhotbah, lalu siapa yang menjadi pendengarnya? Kalau semua  memimpin lalu siapa yang akan dipimpin untuk memajukan gereja? Kalau semua ingin ingin  berbahasa lidah lalu siapa yang akan mengajar dan memberi nasehat? Kalau semua ingin mengajar lalu siapa yang akan bekerja di kantor atau pabrik? Seandainya semua ingin bekerja di kota lalu siapa yang akan bekerja di desa.

Masalah lain dalam kerohanian yang dialami oleh jemaat Korintus adalah beberapa orang merasa sombong dengan karunia yang mereka miliki. Dengan karunia utama itu, mereka merasa tidak membutuhkan anggota-anggota lain.   Mereka meremehkan anggota gereja yang kecil dan lemah, karena dinggap kurang rohani. Ketidakdewasaan rohani yang seperti inilah yang diluruskan oleh Paulus. Mereka mesti tahu dengan jelas apa itu karunia rohani dan apa itu kerohanian. Mereka mesti dewasa di dalam kerohanian dan tidak seperti kanak-kanak.  Karunia rohaninya sendiri tidaklah salah. Tetapi kerohanian mereka yang salah. Mereka belum dewasa dalam Kristus. Karunia rohani bukanlah tanda kerohanian atau sebuah status di dalam gereja, namun lebih merupakan sebuah perlengkapan untuk melayani. Kerohanian dihubungkan dengan karunia rohani, tetapi tidak seperti anggapan jemaat Korintus. Jemaat Korintus pada pasal 12 menganggap karunia-karunia rohani tertentu adalah bukti dari kehebatan rohani mereka.

Dan kalau tidak punya karunia rohani yang hebat maka itu merupakan bukti dari kerdilnya rohani seseorang. Di dalam jemaat Korintus para anggota jemaatnya telah mendukacitakan Roh Kudus dengan cara-cara yang bersifat jasmani pada waktu mereka memakai karunia-karunia rohani mereka. Mereka memperlakukan karunia-karunia roh itu seperti anak-anak memperlakukan mainannya dan bukannya seperti orang-orang dewasa yang memperlakukan alat-alat yang berharga.  Karunia rohani yang mereka miliki tidak otomatis membuat mereka dewasa. Sama halnya dengan gereja zaman sekarang. Orang-orang Kristen memiliki sangat banyak karunia rohani, banyak bakat. Tetapi salah menilai kerohanian mereka Di gereja juga ada orang-orang yang salah menilai diri, yang keras kepala.

  • Tidak rohani tetapi menganggap diri sangat rohani.

“Saya khan punya karunia mengajar anak Sekolah Minggu, Remaja, kotbah, memperhatikan, memberi, main musik, saya ini pengurus, hamba Tuhan, Majelis. jadi saya adalah orang yang rohaninya dewasa, karena punya   talenta, karunia   rohani. 

          Jelas ya, tidak rohani tetapi menganggap diri rohani.

Apa bukti kita tidak    rohani? Yah sama dengan jemaat Korintus.

  • Sombong dengan karunia yang di miliki, menganggap diri paling hebat dan tidak butuh orang lain. Berpikiran bahwa gereja tidak akan bisa maju tanpa dia.
  • Iri hati terhadap anggota-anggota jemaat lain yang karunianya lebih tinggi dari dia
  • Membuat gereja pecah. Membuat orang lain bukan lagi mengikuti Kristus tetapi mengikuti dia.
  • Mungkin juga ada  dosa-dosa seksual, penyembahan berhala, pertengkaran dll

 

semuanya itu menunjukkan bahwa kita bukan manusia rohani tetapi manusia duniawi yang belum dewasa dalam Kristus. Jadi karunia rohani tidaklah identik dengan kerohanian atau kedewasaan rohani seseorang. Tetapi walapun demikian saya tidak menyangkali bahwa karunia rohani itu tetap penting. Paulus mengatakan :

I Kor 12:31 Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama.

Apakah maksud Paulus mengatakan : berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama? Ada yang berusaha menterjemahkan bagian ini dengan memakai pertanyaan, yang bunyinya seperti ini

“ Apakah engkau berusaha untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama?

Dengan menerjemahkan seperti ini, maka berarti Paulus tidak mendorong jemaat untuk berusaha memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Jadi hanya seperti suatu pertanyaan bukan dorongan dari Paulus untuk memperoleh karunia yang paling utama. Jadi kalau saya katakan: berusahalah untuk menjadi terkenal, berbeda dengan : “apakah engkau berusaha untuk menjadi terkenal?  Dalam kalimat pertanyaan ini tidak ada dorongan yang kuat.

·        Berusahalah untuk meraih cintanya berbeda dengan apakah engkau berusaha meraih cintanya?

Apakah dalam ayat 31 ini, Paulus memakai kalimat pertanyaan? Bukan. Paulus memakai kalimat perintah: berusahalah.1 Kor 12:31 ini  kalau diterjemahkan degan memakai kalimat pertanyaan seperti tadi, maka hal ini tidak konsisten dengan pernyataan Paulus dalam 1 Kor 14:1 “Usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.

Dan dalam 1 Kor 14:1, Paulus mengulangi dan menegaskan lagi pernyataannya, supaya jemaat Korintus berusaha memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Kalau demikian halnya berarti ada karunia-karunia yang kurang terpandang dan ada karunia-karunia yang utama. Ada karunia kelas 1 ada karunia kelas 2, kelas 3. Dll.  Saya mengatakan ya. Kalau kita perhatikan dengan teliti kitab Korintus ini teruatama pasal 13-14 maka ada karunia yang utama dan ada yang kurang utama. Pada pasal 12:23 “kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Jadi ada orang yang memiliki karunia yang kurang terpandang. Lalu pada ayat 28 Paulus mengatakan:’ Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam jemaat: pertama, sebagai rasul, kedua sebagai nab, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yg mendapat karunia melakukan muzizat, menyembuhkan, melayani, memimpin………

Kemudian dalam Pasal 14:5  Paulus mengatakan dengan jelas bahwa karunia bernubuat lebih berharga daripada berbahasa roh.

Orang yang bernubuat lebih berharga daripada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu menafsirkannya, sehingga jemaat dapat dibangun. Orang yang berbahasa roh hanya membangun dirinya sendiri sedangkan orang yang bernubuat membangun jemaat .

Dan pada ayat 39 Paulus menegaskan sekali lagi:” karena itu, usahakanlah dirimu memperoleh karunia untuk bernubuat, suatu karunia untuk menasehati, membangun, dan menghibur.  Karunia memang merupakan pemberian dari Tuhan. Namun disini Paulus mengajarkan agar orang-orang kristen jangan fatalistik atau menerima nasib. Kita dianjurkan untuk berdoa meminta karunia-karunia rohani, Kita bisa berdoa, “Tuhan berikan kepadaku karunia untuk menyembuhkan” atau karunia iman, atau karunia untuk mengajar namun biarlah sesuai dengan kehendak Tuhan saja.”

Kita tidaklah meminta paksa kepada Allah. Jadi layak kalau orang percaya menginginkan karunia yang lebih besar. Tidak salah kalau kita menginginkan sesuatu yang terbaik, termasuk karunia yang terbaik.

            Mungkin ada diantara kita yang berpikir:

“ saya sudah melayani Tuhan, sudah cukup lama dan saya rindu melihat kemajuan yang pesat  dalam pelayanan. Boleh enggak yah ? saya minta karunia yang lebih besar?

Kenapa tidak?. Meminta karunia bukanlah meminta sesuatu yang jahat.

Saudara-saudara yang merasa kurang berkarunia dalam pelayanan, mintalah karunia yang lebih besar lagi. Berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama dapat juga berarti Paulus mendorong kita untuk melatih, memperkuat karunia rohani mereka. Layak kalau orang ingin mengalami pengalaman rohani yang lebih besar di dalam pelayanannya.Dan tentunya bukan sekedar pengalaman rohani, namun untuk membangun tubuh Kristus, untuk kepentingan bersama. Bayangkan kalau sdr memiliki karunia menyampaikan firman Tuhan  yang membuat orang tahan berjam-jam lamanya mendengarkannya. Bayangkan saudara memiliki iman yang dapat memindahkan gunung.  Bayangkan kita mempunyai sebotol minyak goreng yang tidak pernah menjadi kosong, meski dipakai menggoreng terus menerus. Atau mendapatkan setiap pagi beras turun dari langit. Atau bayangkan kita bisa berjalan di atas air. Atau melawan seribu orang musuh seorang diri. Atau dimasukkan ke dalam gua harimau tetapi sedikitpun kulit kita tidak terlecet. Bayangkan orang sakit parah, kita doakan shg menjadi sembuh. . Itulah yang terjadi seperti diceritakan Alkitab. Tokoh-tokoh di Alkitab  telah mengalami berbagai macam keajaiban. Betapa luar biasa pengalaman mereka.

Perjalanan mereka ditulis dalam Alkitab untuk memperingatkan kita (I Korintus 10:11) atau seringkali agar kita menjadi percaya. Rasul Paulus  dengan mudahnya memerintahkan kita untuk berusaha memperoleh karunia-karunia rohani (I Korintus 12:31). Mengapa? Karena kita juga diberi kesempatan untuk mengalami bagaimana Tuhan bekerja dalam dan melalui hidup kita. Bukankah Alkitab tidak menulis tentang orang-orang yang super? Mereka semua adalah manusia biasa seperti kita. Pengalaman mereka dapat menjadi pengalaman kita. Olehnya itu Paulus mengatakan:” berusahalah memperoleh karunia-karunia yang paling utama untuk kepentingan bersama bukan untuk persaingan atau supaya kita dihormati, dihargai.

Apakah karunia yg paling utama yg kita berusaha memperolehnya? Apakah ini ad/ bahasa roh? Atau bernubuat atau muzizat.? Karunia yg plg utama tergantung kepada gereja masing-masing.

·        Jemaat Korintus, karunia yang paling utama adalah bernubuat.

·        Jemaat Kita , beda lagi.

·        Jemaat tetangga: karunia memimpin dan mengajar. Karena Visi Misi nya memuridkan.

·        Tentu tidak semua memperoleh karunia yang utama, namun bukan berarti karunia yang lain tidak penting atau tidak berguna.

·        Gereja tidak hanya tediri dari orang yang bisa mengajar atau memimpin, tetapi tediri juga atas orang-orang yang punya karunia iman, karunia memperhatikan, karunia memberi, karunia penginjilan

·        Ayat 14 Karena tubuh juga tidak terdiri atas satu anggota tetapi atas banyak anggota.

 

Satu hal yang perlu kita ingat bahwa memiliki karunia rohani bahkan yang paling utama pun tidaklah berarti saudara lebih rohani dari orang lain. Biarlah pengalaman-pengalaman rohani tersebut, karunia-karunia yang hebat itu dipakai hanya untuk kepentingan bersama, bukan untuk menyombongkan diri. Berambisilah untuk memperoleh karunia-karunia rohani untuk kepentingan bersama, kata Paulus, namun aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi, yaitu kasih.

 

3. Karunia-karunia rohani sia-sia jika tanpa kasih

Karunia–karunia rohani bahkan yang paling utama, sia-sia kalau tdk ada kerohanian yang benar yaitu kasih. Agamapun percuma kalau tidak ada kasih.

Orang yang beragama tidak akan berguna kalau tidak ada kasih. Demikian juga dengan karunia-karunia rohani, betapapun bagusnya dan menariknya, tidak akan berguna jika karunia-karunia itu tidak dipakai untuk melayani di dalam kasih. Kasih adalah sistem peredaran darah dalam tubuh Kristus.  Kalau sistem peredaran darahnya macet maka kaki, tangan organ-organ tubuh tidak akan bisa berfungsi dengan baik. Paulus mengatakan: Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak punya kasih , aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Sekalipun saudara mampu berbahasa roh, punya talenta menguasai banyak bahasa sehingga bisa menterkjemahkan pembicara-pembicara dari luar negeri, tetapi kalau tidak punya kasih, maka saudara tidak berguna.

Sekalipun saudara punya karunia untuk membangun, menasehati dan menghibur, diberi karunia mengetahui segala rahasia, dan memiliki seluruh pengetahuan, memliki iman yang dapat memindahkan gunung, tetapi jika tidak punya kasih, maka kita tidaklah berguna.

Tanpa kasih, maka karunia untuk berkata-kata dalam bahasa roh dan berbagai bahasa hanya akan menimbulkan keributan. Kasih itulah yg memperkaya karunia itu dan yang membuatnya berarti. Pelayanan tanpa kasih tidak akan memperkaya, baik orang yang melayani maupun mereka yang dilayani. Tetapi pelayanan yang dilakukan dengan kasih memperkaya seluruh jemaat.  Tujuan dari karunia-karunia roh ialah untuk membangun jemaat (12:7;  14:3,5,12,26). Ini berarti bahwa kita tidak boleh memikirkan diri sendiri, tetapi juga memikirkan orang lain. Hanya dgn kasihlah kita bisa memakai karunia-karunia rohani  kita untuk membangun jemaat dan bukan hanya membangun diri sendiri. Jadi kasih itu membangun jemaat dan diri kita. Jemaat korintus iri hati terhadap karunia-karunia orang lain, tetapi  kasih itu dapat menghapuskan perasaan iri hati. Jemaat Korintus sombong dengan karunia yang mereka miliki, tetapi kasih dapat menghapus kesombongan  itu. Kasih  menggantikannya dengan keinginan untuk mendahulukan orang lain.  Karunia rohani atau Talenta kita tidak akan sia-sia jika kita memiliki kasih. Kasih akan memperkaya, kasih akan membangun baik diri kita, terlebih lagi tubuh Kristus. Karunia hanya berlaku untuk  sementara. Sedangkan kasih itu  kekal. Nubuat akan berhenti, bahasa roh akan berhenti, pengetahuan akan lenyap, tetapi kasih tidak berkesudahan. Karunia-karunia penting pada masa sekarang, tetapi di surga karunia tidak akan perlu lagi.

Nabi tidak dibutuhkan lagi untuk menyampaikan firman Tuhan, Pdt. Guru Injil, Guru SM, Pemimpin PA, tidak dibutuhkan lagi untuk menyampaikan firman Tuhan di surga. Mengapa?

è Karena kita sudah bertemu dengan Tuhan dan dapat mendengar suaraNya secara  

     langsung

     …..Ngapain lagi dengar kotbahnya saya, kalau ada Tuhan Yesus yang  kotbah….. 

Untuk apa lagi karunia penyembuhan kalau tidak ada penyakit?

Untuk apa lagi keahlian dokter di surga? Di sana tidak ada penyakit.

Kalau kita diberikan talenta bermain musik, mengajar Sekolah Minggu, memimpin PA, memimpin, pergunakanlah kesempatan selama masih di dunia ini untuk malayani Tuhan. Sebab kelak karunia-karunia saudara tidak akan kepake lagi di surga. 

Karena Karunia-karunia rohani akan berakhir, maka pakailah  untuk membangun tubuh Kristus selama saudara hidup di dunia ini.

Karunia-karunia bermanfaat hanya untuk sementara sedangkan kasih bermanfaat untuk selama-lamanya.

Paulus tidaklah menganjurkan agar orang kristen di Korintus membuang karunia-karunia rohani mereka. Tetapi Paulus menghimbau mereka agar menyadari bahwa karunia-karunia tersebut penting hanya untuk zaman ini saja,. Dan ada sesuatu yg jauh lebih utama, yaitu kasih karena tetap penting  untuk selama-lamanya. Mereka boleh berusaha mendapatkan karunia-karunia namun  tetap perlu diingat bahwa itu hanya sementara dan tidak identik dengan kerohanian seseorang. Jemaat di Korintus keliru, karena beranggapan bahwa kerohanian yang sempurna dibuktikan oleh banyaknya karunia-karunia rohani yang mereka miliki.. Paulus tidaklah menyangkali bahwa mereka memiliki banyak karunia (1:7), tetapi Paulus menunjukkan bahwa justru adanya karunia-karunia itu membuktikan bahwa mereka belum mencapai kerohanian yang sempurna. Mengapa?

Karena karunia-karunia itu diberikan kepada mereka untuk dipergunakan dalam dunia yang tidak sempurna ini (9,11a,12a,12c). Seandainya mereka sudah mencapai kerohanian yang sempurna maka karunia-karunia itu tidak perlu lagi. Karunia berfungsi memperlengkapi kita untuk melayani, sebab kita ini tdk sempurna.

Polisi kalau sudah hebat kungfunya, bisa lari 1000 km/jam, kebal senjata tajam, maka tidak perlu diperlengkapi lagi dengan pistol dan mobil.

Tetapi karena polisi itu tidak hebat seperti yang saya khayalkan, maka mereka perlu diperlengkapi dengan senjata.

Sama dengan kita kalau kita sudah hebat /sempurna dalam melayani Tuhan maka Tuhan tidak perlu lagi memperlengkapi kita dengan senjata atau karunia.

Tetapi karena saudara  adalah manusia yang lemah, maka perlu diperlengkapi dengan karunia. Jadi adanya karunia-karunia rohani menunjukkan bahw kita ini belum sempurna.

Yang membuktikan kemajuan seseorang dalam kerohanian bukanlah karunia-karunia melainkan kasih atau buah roh. Kehidupan suatu jemaat…..diukur oleh kekayaan kasihnya, bukan oleh semangat anggota-anggotanya, bukan oleh seluk beluk teologinya atau oleh keuangannya yang berlimpah limpah, bukan oleh banyaknya karunia-karunia rohani…..

=è tetapi oleh kekayaan kasihnya.

 

Dengan demikian kunci kehidupan kristen bukan karunia-karunia, Talenta dan juga bukan pendidikan atau kemakmuran melainkan kasih. Kita belajar kasih mengasihi dari Allah (1 Tes 4:9). Allah Bapa mengajar kita untuk mengasihi dengan mengutus AnakNya (1 Yoh 4:19). Anak Allah mengajar kita mengasihi dengan memberikan nyawaNya dan dengan memberikan perintah untuk saling mengasihi. (Yoh 13:34-35).

Roh Kudus mengajar kita untuk saling mengasihi dengan mencurahkan kasih Allah ke dalam hati kita (Rom 5:5). Oleh karena itu marilah kita mengasihi satu sama lain, sebab kasih berasal dari Allah. Orang yang mengasihi adalah anak Allah dan ia mengenal Allah. Amin.

           

==================================