sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema                : KAMAR TIDUR YANG TERPISAH

Nats                 : Mazmur 13

Penulis              :  Yusman Liong

Tujuan              : Memberikan pengertian dan penghiburan dikala duka mendalam singgah dalam perjalanan kehidupan nyata kita; TUHAN tidak jauh, Dia didekat kita.

 

Pendahuluan   :

Hari itu datang seorang ibu muda ke rumah, usianya baru 35 tahun, wajahnya begitu suram, sekitar matanya cekung dan menghitam, terlihat garis-garis ketuaan pada berkunjung diwajahnya. Rambutnya mulai jarang karena rontok. Sekalipun demikian masih terlihat jelas ada sisa-sisa kecantikannya. Ganasnya penyakit telah membuatnya lebih tua dua kali dari usia yang dimilikinya, dia terlihat tua karena tubuhnya habis digrogoti oleh penyakit kanker. Sebenarnya dapat dikatakan, bukankah pada usia yang demikian seorang wanita memperlihatkan kematangannya?

            Setelah kami saling memberikan salam dan berbasa-basi, katanya, “jika saya harus menggambarkan hubungan saya dengan TUHAN, saya dapat katakan hubungan itu seperti kamar tidur yang terpisah.”

            Ketika terus melihat diri yang  lemah, teriakan ketakutan terus menghantui kehidupan ini, penulis Ibrani berkata dengan tepat tentang ketakutan anak manusia ini:” supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;  dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Ibrani 2: 14b-15.

            Penulis Mazmur 13 dalam kegelisahan dan ketakutannya menghadapi masa-masa yang suram berteriak pada TUHAN, Berapa lama lagi TUHAN, seolah-olah dalam dunia ini hanya tinggal dirinya yang paling sial dan bergumul sendirian. TUHAN berada di kamar tidur yang terpisah.

            Apa yang dialami oleh wanita yang sangat remuk ini bukanlah sesuatu yang aneh, pemazmur bahkan semua orang yang berada dalam ketakutan akan ancaman kematian memperlihatkan raungan yang aneh ditelinga kita. Dari wanita muda  dan Mazmur 13 ini kita akan mencoca meneropong dan masuk kedalam jiwa kita yang terdalam bersama firman TUHAN.

  1. DALAM KEGELAPAN YANG GELAP.

Ada dua kecenderungan yang terjadi pada seseorang yang sedang berada dalam kegelapan yang berat, yaitu terus merasakan ikatan yang kuat dengan TUHAN. Ikatan yang kuat dan hubungan yang dekat dengan TUHAN inilah yang memampukan mereka untuk melewati perjalanan yang menyulitkan itu. Kecendrungan lain, orang yang berada dalam kegelapan mengalami jurang yang sangat lebar antara dirinya dengan TUHAN. Tidak perduli seberapa usaha mereka untuk berdoa dan memuji, TUHAN seakan-akan tersembunyi dan tidak bersedia.

            Saudara, Pemazmur berkata: Berapa lama lagi,  4 kali diulangi kata yang sama, teriakan yang menandakan keluhan kegelisahan, ketakutan, ketidak berdayaan menghadapi kegelapan dalam kehidupan. Puncak dari semuanya terkadang  membuat kita enggan dan sama sekali tidak lagi berniat untuk berdoa. Sekalipun dibenak kita berkata:”Kamu harus berusaha untuk tetap tegar, tetap berhubungan dengan TUHAN.” Tetapi pada sisi lain dalam diri kita enggan untuk melakukan doa, sayup-sayup sepertinya terdengar suara yang berkata, sia-sia dan tidak berguna ! Ibu muda dengan dua anak yang masih kecil, berkata, saya sudah ndak punya  daya lagi untuk melanjutkan hidupku  ini, saya katakan ini bukan meminta belas kasihan, ini untuk yang ke tiga kalinya kanker menyerang saya. Dua kali dinyatakan sembuh, tetapi kambuh lagi.

            Saudara yang kekasih. Kegelisahan, itulah teman yang setia selama berada dalam masa-masa kegalauan jiwa, ketika berusaha untuk berkonsentrasi  berdoa, mendekatkan diri pada Sang Pencipta, hanya diri yang terasa dalam keheningan alam. Bagaimanakah agar dapat berusaha menguasai diri untuk tenang, terasa saat-saat seperti itu dapat menjadi saat-saat yang menyiksa, karena dalam keheningan yang terasa adalah bagian tubuh yang sakit, lesu, tanpa daya, pikiran kosong, saya merasa seolah-olah usaha  telah gagal dan tidak karuan.

            Ibu ini dalam penderitaannya  mempertanyakan kehadiran TUHAN, dia merasa demikian diabaikan, ditinggalkan, apa yang dikatakan oleh Firman TUHAN dengan janji-janji TUHAN tidak dirasakan. Dalam ketidak berdayaan hatinya demikian marah pada TUHAN, sebab merasa demikian sia-sia pengabdiannya selama ini. Dia berkata, kala duduk sendirian, pikirannya terus menerus mengganggunya, di manakah TUHAN saat aku membutuhkan-Nya, bukankah dengan setia aku telah melayani Dia, mengapa aku tidak merasa lebih baik? Sampai kapan penyakit  yang menyakitkan ini akan menggrogoti aku? Namun, disaat yang demikian dia berkata, terasa suara-suara kecil muncul perlahan-lahan dan berkata: engkau harus lebih banyak berdoa, mendekatkan diri pada TUHAN.

Saat-saat dalam kegelapan yang paling gelap, ibu itu berkata, saya tidak tahu lagi harus berseru dan kepada TUHAN yang mana aku harus berdoa. Inilah keputusasaan yang dialami, depresi telah menjadi temannya, muncullah pikiran yang paling jahat yaitu sebenarnya TUHAN tidak ada, Dia telah meninggalkan aku sendiri, persepsi tentang siapa Allah menjadi kabur dan hampir sirna. Siapa yang akan menolongnya?

Ilustrasi:

Ada seorang ibu yang setia pada TUHAN, rajin ikut aktivitas gereja, doa, pelawatan, selalu membantu memasak sewaktu ada acara gereja dllnya, suaminya supir truk yang suka mabuk, tiap malam sebelum tidur pasti harus menghabiskan dua botol vodka. Jika sudah mabuk malam menjadi panjang, rumah menjadi kacau, anak-anak menjadi tidak betah tinggal dirumah. Anak lelaki yang tertua semenjak tamat SMP sudah bekerja, namun hobbynya main judi dengan teman-teman, kuat ngisap rokok dan suka juga minum bir. Anak perempuannya baru berusia 16 tahun sudah minta kawin, tinggal 3 yang masih kecil, ada dua anak perempuan satu berusia 14,dan satu lagi 15 tahun, dua-duanya SD belum tamat. Si bungsu sudah berusia 7 tahun belum dimasukan ke sekolah karena terlalu manja dan sebagai tempat curahan kasih sayang yang berkelebihan dari si ibu. Suatu pagi kira-kira pukul 10, si bungsu yang pulang bermain karena haus dan lapar, kaget sebab menemukan ibu tergantung di kuda-kuda rumahnya dengan seutas tali. Dia memanggil, menggoyang-goyangkan kaki ibu tergantung, tiada reaksi apapun lagi. Ibu telah mati bunuh diri. Penderitaan demi penderitaan harus dilaluinya seorang diri, doa dan mendekatkan diri pada TUHAN, tidak memberikan perubahan pada diri suami dan kehidupan perekonomian keluarga. Tiap hari ia harus berjualan kue, demikian juga dengan kedua putrinya yang tidak tamat SD,   tidak tertahan dengan terpaan derita yang harus dihadapi tiap hari, baginya jalan pintas penyelesaian adalah meninggalkan dunia yang kejam ini.

Saudara yang dikasihi TUHAN, ketika keputusasaan dan depresi (tertekan) yang berat muncul dan menekan, inilah saat-saat yang paling berat, seperti sedang berada dalam kegelapan yang paling gelap. Marah dan tidak percayaan pada TUHAN, tidak perlu TUHAN lagi muncul bersamaan dengan keinginan bunuh diri.

Saudara, Pemazmur 13 juga merasakan dirinya berada dalam sisi yang paling gelap karena itu ia berkata 13:3. Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati. Namun kemudian Pemazmur sadar, bukan diri yang jadi sentral, tetapi karya TUHAN yang pernah di alami dalam dirinya. Pemazmur sadar bahwa kuasa TUHAN telah mengubah hidupnya, mengapa sekarang harus mengeluh bukankah TUHAN selalu berbuat baik?  Mazmur 13:5,6 . Tetapi aku, kepada kasih setia-Mu aku percaya, hatiku bersorak-sorak karena penyelamatan-Mu.  Aku mau menyanyi untuk TUHAN, karena Ia telah berbuat baik kepadaku.

Dalam TUHAN ada visi baru, ada paradigma baru, jangan jadikan ego/diri yang menjadi terpenting/pusat, tetapi TUHAN Allah. Pada ayat 3 Pemazmur meminta agar TUHAN memandangnya, memperhatikannya, melindunginya. Bukan TUHAN yang memandang kita, tetapi kitalah yang harus selalu memandang-Nya, mendekatkan diri pada-Nya. Bukan jadi peminta-minta tetapi seorang yang selalu melihat karya Allah dan dapat mensyukurinya, karena boleh dialami dalam kehidupan ini.

Pemazmur 57:2, berkata: Kasihanilah aku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. Berlindung dalam naungan sayap TUHAN tidak berarti TUHAN akan mengusir kegelapan untuk kita, tetapi dalam naungan sayap-Nya dapat mengurangi ketakutan akan lamanya atau intensitas kegelapan itu. Dalam naungan-Nya ada ketenangan, ada damai yang melingkupi kita.

2. MEMBIARKAN  TUHAN  MENGUASAI  HIDUP

Saudara yang dikasihi oleh TUHAN, Kemampuan untuk melepaskan sesuatu dan membiarkan TUHAN menguasai hidup adalah suatu kemampuan yang membutuhkan kepercayaan penuh akan penyertaan Illahi. Terkadang diri lah yang selalu menjadi penghalang, bukan tidak percaya akan kemampuan TUHAN menolong, tetapi kita terlalu melihat masalah yang dihadapi lebih besar dari iman yang dimiliki. Pikiran kita tidak menyerah, sekalipun hati telah hancur, remuk oleh penyakit, oleh masalah.

Kita lupa,  di saat-saat doa telah kehilangan makna, hati membatu, kepedihan hati melingkupi hidup, saat inilah sebenarnya kita harus belajar bahwa dalam kesunyian dan kehampaan diri, kasih Illahi perlu sekali lagi direnungkan, dipelajari, diingat kembali melebihi yang pernah kita bayangkan. Kita juga perlu belajar untuk percaya bahwa TUHAN dalam saat saat itu duduk bersama kita dalam bayang-bayang kematian kita walaupun kita tidak dapat merasakan kehadiran-Nya. Pemazmur 13 berteriak berapa lama lagi TUHAN, tetapi pada akhirnya dia menyadari bahwa TUHAN berada dekatnya.

Saudara mari kita baca Mazmur 23 secara perlahan sambil meresapi makna dan memasukan diri dalam kejadian mazmur 23.

Mazmur 23:1-6. Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;  Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.  Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Ilustrasi:

Kita kembali kepada cerita ibu muda yang tadi telah saya ceritakan itu. Akhirnya saudara, ibu yang menderita sakit kanker meninggalkan dunia ini dalam usia mendekati 36 tahun, ke dua anak masih kecil, kalau dipikir bagaimana mungkin sang suami/ bapak dapat membesarkan kedua anaknya, jika menikah lagi apakah isteri keduanya  bakalan menyayangi anaknya yang masih balita ?

Usia manusia 70 tahun kalau kuat 80 tahun, jika si ibu baru hampir 36 tahun meninggal itu berarti baru menjalani separuhnya. 34 tahun sisanya tidak sanggup dia jalani, tetapi sisa usia itu sebenarnya bukanlah usia yang dimiliki oleh si ibu, dia hanya memiliki 36 tahun, sisa 34 tahun adalah milik Tuhan bukan miliknya. Karena itu Tuhan memanggilnya kembali kepangkuan Abraham. Kita tahu bahwa kematian berhubungan dengan kerinduan Allah Ayub 14:14,15. Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.

Ibu itu pada akhirnya harus menghadap Sang Penciptanya, namun beberapa hari sebelum dia berpulang, hidupnya yang terasa hampa bersemangat lagi, dia mengingat kembali saat-saat di masa lampau di mana dia mengalami kekosongan dan kehilangan semangat doa. Dia tidak menangis lagi, dia tidak mengeluh lagi, dia berserah pada TUHAN. Ketika ayat dari kitab Yesaya

43:1,2. di bacakan untuknya, wajahnya penuh senyum seperti mengerti.  

             Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.  Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.

Kata ibu muda itu setelah mendengar ayat kitab suci: “sekarang saya mengerti maksud TUHAN, air, sungai dan api memang  harus saya tempuh dan lalui, namun TUHAN menyertai aku. Yang saya takuti adalah bagaimana nanti setelah saya pergi, bagaimana dengan keluarga dan  suami saya. Tapi TUHAN menguatkan saya, saya tidak takut lagi.

Saat-saat terakhir ibu muda itu berada di rumah sakit, ditemani oleh  seorang rohaniwan, hari itu, kata ibu itu:    “saya merasa dalam dunia ini orang yang paling bahagia dan punya harapan, karena TUHAN demikian dekat denganku.” Kata-kata yang diucapkan seperti saya salah dengar,  apakah tidak salah mendengar? Tidak, demikian rohaniawan itu berkata.

Filsafat Timur mengatakan manusia sebelum lahir telah mengambil 4 hal untuk kehidupannya, yaitu tanggal lahir, rezeki, jodoh dan tanggal kematiannya.  Jika sebelum lahir ia telah mengambil 80 tahun untuk kehidupannya, maka hiduplah dia 80 tahun sesuai dengan kemampuan yang Tuhan berikan padanya. Tetapi jika ia hanya mengambil 30 tahun, berarti  30 tahun adalah miliknya dan sisanya bukan milik kehidupannya. Apa hak kita atas 40 tahun itu ?

 

Apa yang mau kita ributkan dengan yang bukan milik kita ? Yang mati saja tidak merisaukannya, dia pergi dengan tenang, dengan tersenyum, koq kita yang hidup menjadi gelisah, dan ribut?  Hidup ini berada dalam tangan yang berkuasa, Dialah TUHAN yang kita sembah, biarkanlah Dia menguasai kehidupan kita, sekalipun harus berada dalam kegelapan yang paling gelap. Terkadang kita hanya merasa bahwa TUHAN berada dikamar sebelah, sebenarnya Dia bersama dan tidak pernah meninggalkan kita.

Biarkanlah TUHAN berkarya dalam hidup ini.  Amin.