sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema    :   DUA HIKMAT DUNIA YANG HARUS DIHINDARI

Nats      :   Yakobus 3:14-16)

Penulis  :  Peter Chandra 

Tujuan  : Agar jemaat mengerti dua hikmat dunia yang berasal dari nafsu manusia dan setan-setan yang sangat berbahaya dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun jemaat sehingga mereka dapat menghindari kedua dosa ini dan dapat hidup sesuai dengan hikmat Tuhan saja.

 

Pendahuluan :

Kalau kita mendengar kata hikmat mungkin kita selalu berpikir bahwa semua hikmat itu baik adanya.  Bukankah Alkitab, khususnya kitab Amsal Salomo penuh dengan pengajaran tentang bagaimana hidup berhikmat?  Namun tahukah Saudara bahwa Alkitab juga mengajarkan ada hikmat-hikmat dunia yang harus dihindari?  Dalam beberapa ayat yang baru kita baca, Yakobus jelas-jelas membedakan ada hikmat dari atas yang dianugerahkan oleh Tuhan tetapi  ada juga hikmat yang dari dunia yang berasal dari nafsu manusia dan setan-setan. 

            Yakobus mengingatkan orang-orang percaya agar menghindari hikmat dunia ini dari hidupnya.  Sebab hikmat dunia sangat berbahaya.  Dalam ayat 16, kita dapat menemukan dua macam hikmat dunia yang akan menimbulkan kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.  Apakah kedua hikmat dunia yang harus kita hindari itu?

 

1.    IRI HATI

Dalam ayat 14 Yakobus mengatakan bahwa kalau orang percaya punya iri hati ia sama sekali tidak boleh memegahkan diri, karena orang yang iri hati sesungguhnya berdusta melawan kebenaran.  Artinya orang tersebut hidupnya berseberangan dengan firman Tuhan yang adalah kebenaran.  Selain itu iri hati juga akan menimbulkan kekacauan dan  segala macam perbuatan jahat.  Lihatlah betapa mengerikan sesungguhnya hikmat dari dunia ini.  Iri hati adalah hal yang serius dan digolongkan sebagai salah satu dosa maut.

            Sesungguhnya apa itu iri hati?  Iri hati adalah perasaan tidak senang melihat orang lain lebih diberkati.  Seringkali kata iri hati ini dicampuradukan dengan cemburu.   Iri hati sesungguhnya tidak sama dengan cemburu.  Iri hati itu dosa yang bersifat negatif dan merupakan hikmat dari dunia, yang berasal dari nafsu manusia dan nafsu setan-setan. Alkitab mengatakan iri hati adalah bagian dari hikmat duniawi, sebab orang yang iri selalu mengekpresikan irinya dengan mencemooh, ng gosipin orang dan dengan irinya memikirkan cara bagaimana dapat membenarkan diri dari nafsu yang kalah bersaing.  Sedangkan cemburu itu mempunyai pengertian positif dan bukan dosa.  Dari mana kita mengetahui hal ini?   Dalam hukum Allah yang ke-2, Allah menyatakan bahwa salah satu sifatnya adalah cemburu.  Kalau cemburu itu sama dengan iri hati dan merupakan dosa dan merupakan hikmat yang berasal dari setan-setan, mana mungkin Allah menyatakan bahwa Ia adalah adalah Allah yang cemburu?  Salah satu ayat yang dalam 1 Korintus 13:4 yang menyatakan kasih itu tidak cemburu, sebenarnya kurang tepat terjemahannya dalam bahasa Indonesia.  Menurut bahasa aslinya maupun terjemahan-terjemahan dalam bahasa Inggris, kata ini seharusnya diterjemahkan dengan kalimat, bahwa kasih itu tidak iri hati.  Jadi artinya kasih itu bertentangan dengan iri hati.  Kalau ada kasih, kita tidak akan iri hati, dan sebaliknya kalau seseorang memiliki iri hati maka sesungguhnya ia tidak ada kasih. 

Kasih yang benar itu tidak ada iri hatinya tapi harus ada cemburunya, dalam hukum Taurat yang kedua, Allah menuyatakan bahwa Ia mengasihi umat-Nya maka Ia cemburu terhadap umat-Nya Israel apabila mereka menyembah berhala, Allah tidak pernah iri hati.  Sebagai contoh, kalau suami atau istri Saudara pergi atau berselingkuh dengan orang lain, kalau Saudara betul-betul mengasihinya, maka Saudara pasti punya perasaaan cemburu, bukan?  Perasaan tidak senang melihat apa yang kita miliki akan direbut oleh orang lain adalah perasaan cemburu bukan iri hati.  Iri hati adalah perasaan tidak senang melihat orang lain memiliki apa yang tidak kita miliki.  Atau dengan kata lain, iri hati adalah ketidaksenangan melihat orang lain diberkati.

Ilustrasi: Pak Amat dan Budi sama-sama membuka toko dan toko mereka bersebelahan dan menjual barang yang sama.  Pak Amat adalah orang yang penuh iri hati, setiap hari ia menghitung pelanggannya Pak Budi.  Ia mendapati pelanggan Pak Budi selalu lebih banyak.  Tiap hari ia kecewa dan merasa Tuhan tidak memberkatinya, padahal ia sudah setia ke gereja setiap hari minggu.  Suatu malam ia berdoa, “Tuhan berkatilah saya dan toko saya, saya ingin punya toko yang lebih besar dan lebih banyak. Tunjukkan bahwa engkau Allah yang baik.”  Malam ketika ia tidur, ia bermimpi ada satu malaikat datang kepadanya, membawa jawaban doa baginya.  Malaikat itu berkata,  “Pak Amat, Tuhan sangat mengasihimu, Ia telah mendengar doamu dan akan menjawab semua doamu.   Ia akan memberkatimu dan memberikan apa saja yang kamu minta kepada-Nya.  Sekarang mintalah apa saja, tapi ada syaratnya.   Syaratnya adalah Tuhan akan memberkati tetanggamu Pak Budi dua kali lipat dari apa saja yang kamu minta kepada-Nya.”  Pak Amat mulai berpikir mau apa ya?  Kalau saya minta satu mobil, tetangga saya akan dapat dua mobil, kalau saya minta dua rumah baru, dia akan dapat empat rumah baru, kalau saya minta toko saya menjadi satu supermarket, maka dia akan diberkati dengan dua supermarket.  Malaikat itu menunggu cukup lama,  lalu Ia bertanya kepada Pak Amat lagi, “Apa Bapak tidak jadi minta sesuatu?”  “Jadi, jadi. Kalau saya minta satu, Pak Budi pasti akan dapat dua, kan?”   Malaikat itu mengangguk.  “Kalau begitu, saya minta Tuhan mencungkil mata saya yang disebelah kiri saja, biar kedua mata Pak Budi jadi buta.”

Dapatkah saudara membayangkan berapa jahatnya iri hati itu?  Iri hati itu adalah perasaan tidak senang melihat orang lain diberkati.  Dosa ini harus dikikis dari hidup kita kalau kita ingin melihat kemajuan di mana pun kita berada.  Seorang bernama Thomas Manton pernah berkata, “Sekalipun seluruh dunia ini kosong, tidak akan bisa menampung dua bersaudara, dimana yang satu iri hati kepada yang lain.”

Renungkannlah: Kalau seluruh dunia tak bisa menampung dua orang di mana yang seorang iri hati kepada yang lain, bisakah satu gereja menampung, 10 orang atau 50 orang di mana satu sama yang lain saling iri hati?  Karena itu, kalau kita sering iri hati, sadarilah bahwa itu ditimbulkan dalam hati kita oleh hikmat dari setan, dan marilah segeralah bertobat!  Kalau kita tetap menyimpan iri hati, bukan tidak mungkin apa yang Alkitab katakan akan segera terjadi dalam hidup kita, yakni kekacauan dan segala perbuatan jahat akan kita perbuat.  Tahukah dosa apa yang mendasari pembunuhan seperempat jumlah manusia di dunia, ketika manusia baru mulai berkembang biak?  Waktu itu dunia hanya ada empat orang, yakni Adam, Hawa, Kain, dan Habel.  Satu dari empat manusia, yakni Habel dibunuh oleh kakaknya Kain.    Apa masalahnya?  Tidak lain dan tidak bukan,  asal mulanya adalah dosa iri hati.  Kain sangat iri hati kepada Habel, karena persembahan Habel diterima oleh Tuhan.

Saya tidak tahu dan juga tidak bermaksud mengetahui Saudara menyimpan iri hati kepada siapa?  Tapi mari saya ajak kita menginstrospeksi diri kita masing-masing, apakah kita sangat iri hati dengan orang yang lebih berhasil dan lebih diberkati?   Apakah kita iri hati melihat orang lain lebih kaya dan tokonya lebih besar?   Apakah kita juga iri hati melihat orang lain punya telenta lebih dalam pelayanan?   Apakah kita menjadi iri hati kalau melihat ada orang lain yang bisa berkhotbah lebih baik daripada kita?  Apakah Saudara iri hati melihat orang lain lebih dikasihi, lebih diterima, lebih dihargai?   Marilah kita bertobat, segera!   Mintalah Tuhan mengangkat iri hati kita yang mungkin sudah menahun kita pendam di dalam hati kita.  Hati-hati, jangan sampai iri hati membusukkan tulang kita, sebagaimana ditulis oleh raja Salomo dalam Amsal 14:30,  “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.”

            Mari kita mempelajari satu lagi hikmat dunia yang berasal dari nafsu manusia dan setan-setan yang harus kita hindari, yakni:

 

2.    MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Mementingkan diri sendiri adalah sikap masa bodoh terhadap orang lain, yang penting diri sendiri enak dan benar.  Sebagaimana iri hati, Dalam ayat 14 Yakobus juga mengatakan bahwa kalau orang percaya mementingkan diri sendiri atau terjemahan yang lebih baik “mempunyai ambisi yang egois di dalam hati” maka ia sama sekali tidak boleh memegahkan diri, karena orang yang iri hati sesungguhnya berdusta melawan kebenaran.  Artinya orang tersebut hidupnya berseberangan dengan firman Tuhan yang adalah kebenaran.  Dan kalau seseorang menyimpan dosa mementingkan diri sendiri, maka ia akan menjadi sumber kekacauan dan dapat terjerat dalam dosa melakukan banyak kejahatan. 

Sadarilah dosa ini adalah dosa yang sangat serius dan dapat mewujudkan diri dalam hal jasmani maupun rohani.  Dalam hal jasmani misalnya pada waktu makan bersama kita mengambil makanan yang enak sebanyak-banyaknya  tanpa memikirkan orang lain.  Ketika menikmati makanan di tempat pesta, apakah kita selalu mengambil makanan pertama dan yang terbaik untuk kita tanpa mempedulikan orang lain?  Atau ketika menjadi bos atau majikan Saudara tidak memperhatikan kebutuhan karyawanmu?  Jangan sampai kita terus mempertebal kantong kita tanpa memperhatikan kebutuhan orang yang bekerja dengan kita.  Apakah kita memperhatikan rekan-rekan kita, Saudara-saudara kita yang hidup dalam kekurangan yang membutuhkan uluran tangan kita?  Apakah dalam bekerjasama dengan orang lain, kita mengorbankan orang lain dan hanya mencari keuntungan diri sendiri saja?  Itulah hikmat dan dosa yang ditanamkan oleh setan-setan yakni hikmat mementingkan diri sendiri.

Dosa mementingkan diri sendiri juga dapat mewujudkan diri dalam hal rohani.  Misalnya kalau kita hanya memperhatikan kerohanian diri kita sendiri saja.  Yang penting saya rajin beribadah, belajar firman Tuhan, bersaat teduh, melayani, dsb.  Apakah orang Kristen yang lain membolos dari kebaktian, menjadi suam atau mundur, jatuh ke dalam dosa, itu bukan urusan saya.  Ini adalah contoh-contoh sederhana dari orang yang suka mementingkan diri sendiri.

Marilah kita berhati-hatilah terhadap bahaya dosa mementingkan diri sendiri ini.  Dosa ini kadang memang dapat dilihat melalui perbuatan yang nyata, tetapi seringkali juga tidak kelihatan nyata seperti seorang yang berbuat dosa mencuri atau merampok, tetapi dosa ini justru lebih berbahaya daripada dosa-dosa lain, karena bisa menyebabkan kekacauan dan penderitaan bagi banyak orang lain.  Tahukah Saudara mengapa negara Indonesia bisa begitu kacau seperti sekarang ini?  Penyebab utamanya adalah banyaknya penguasa di atas maupun di bawah yang mementingkan diri sendiri.   Mereka mementingkan kroni mereka sendiri alias nepotisme, mereka mementingkan kantong mereka sendiri alias korupsi, mereka mementingkan kelancaran mereka sendiri alias kolusi.

            Bayangkan kalau dosa yang berasal dari nafsu setan ini dibiarkan berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam gereja?  Apakah yang terjadi dalam sebuah gereja?   Gereja akan menjadi kacau balau, Iblis akan tertawa terbahak-bahak dan bertempik sorai menertawakan kita semua. 

            Maukah kita mulai dari sekarang belajar untuk tidak mementingkan diri sendiri?   Marilah kita perhatikan orang lain yang membutuhkan perhatian kita, marilah kita memberi semangat kepada mereka yang lemah iman, jangan menghakimi mereka.  Marilah kita bantu mereka yang telah jatuh untuk bangun kembali.  Marilah kita menolong mereka yang perlu ditolong.  Saya yakin ada banyak karyawan yang membutuhkan kenaikan gaji agar hidup mereka menjadi lebih layak.  Saya juga yakin saat ini banyak orang yang membutuhkan uluran tangan Saudara karena selama ini Saudara sudah diberkati lebih banyak oleh Tuhan.  Jangan pernah kita hanya memperhatikan diri kita sendiri, kalau kita ingin melihat gereja ini menjadi gereja yang lebih baik. 

Apakah Saudara punya harapan untuk melihat gereja dan pelayanan dalam gereja ini menjadi lebih baik?  Marilah kita belajar untuk menjauhkan dosa mementingkan diri sendiri ini.  Marilah kita perhatikan siapa-siapa yang membolos dari kebaktian atau pemahaman Alkitab, siapa-siapa yang tidak pernah ke gereja dan tidak pernah mendengar firman Allah, marilah kita mendoakan dan mendorong mereka untuk bertobat dan ke gereja.   Pendeta dan Penginjil tidak mungkin dapat mengetahui semua orang yang tidak ke gereja, Saudara sebagai jemaat harus terlibat memperhatikan orang lain dan tidak hanya mementingkan diri sendiri, mungkin itu tetangga saudara yang pernah ke gereja, sekarang tidak pernah datang lagi, mungkin itu adik dan kakak, suami atau istri Saudara.  Jangan biarkan kita hanya mementingkan diri sendiri.  Jangan pernah hanya berpikir yang penting saya sudah selamat dan memperoleh hidup yang kekal, mulailah perhatikan siapa-siapa yang ada di sekitar Saudara yang belum percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Demikian juga kalau kita ingin melihat keluarga kita bertumbuh dan ada perbaikan-perbaikan.  Janganlah suami istri masing-masing lebih mementingkan diri sendiri.  Marilah kita saling memperhatikan sebagaimana yang Alkitab ajarkan kepada kita.  Suami-suami belajarlah lebih mementingkan istri.  Sebagai suami kita bisa menyediakan lebih banyak waktu untuk menemani istri kita yang membutuhkan teman bicara untuk berkeluh kesah.  Kita juga bisa menyediakan tenaga kita untuk menolong istri kita yang kelelahan karena setiap hari harus menyelesaikan pekerjaan di rumah dan mengasuh anak dengan berjerih lelah.  Janganlah terus menuntut istri harus memenuhi semua kemauan kita!  Maukah kita melakukannya?   Hai istri-istri belajarlah mementingkan suami mu.  Sediakan segala kebutuhan mereka di saat mereka pulang dengan kelelahan saat bekerja seharian.  Mungkin kopi panas atau teh es dapat menyegarkannya daripada pegaduan tentang kenakalan anak atau kemarahan yang tidak tepat waktu.  Mungkin menghias diri dengan baik dan membantu mempersiapkan odol, air untuk gosok gigi, handuk dan pakaian ganti buat suami juga dapat menjadi salah satu tanda perhatian.  Maukah istri-istri yang baik melakukan untuk suamimu yang tercinta?  Hai  anak-anak belajar mementingkan orang tua.  Bantulah orang tua melakukan apa yang dapat engkau perbuat untuk menyenangkan orang tuamu.  Demikian juga sebaliknya, orang tua  perhatikan kepentingan anak-anakmu.  Saya yakin dan berani memastikan kalau kita mau saling belajar untuk mementingkan orang lain dalam keluarga kita dan bukan hanya mementingkan diri sendiri, maka keluarga kita akan lebih baik dari sekarang ini.

            Ingatlah kalau kita mementingkan diri sendiri berarti kita menyimpan hikmat setan dan dunia dalam hidup kita.  Sebaliknya kalau kita membuang hikmat mementingkan diri sendiri maka, berarti kita telah belajar bagaimana Kristus hidup.  Bukankah hal inilah yang dilakukan oleh Yesus Kristus bagi kita?  Kalau Yesus Kristus mementingkan diri sendiri maka pasti Ia tidak akan turun ke dunia.  Kalau ia rela mengosongkankan diri-Nya, meninggalkan segala kemuliaan-Nya untuk datang ke dunia, bukankah itu bukti yang paling nyata bahwa Ia mementingkan kita orang-orang yang berdosa ini supaya dapat berdamai dengan Allah?

            Mari kita perhatikan apa yang Rasul Paulus tuliskan untuk jemaat di Filipi dan juga untuk kita semua saat ini.  “Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,  karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;  dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.  Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, . . . .” (Fil. 2:1-5).

 

Penutup

Maukah Saudara melihat perbaikan-perbaikan dalam kehidupan kita pribadi, keluarga kita, maupun kehidupan bergereja kita?  Mari buanglah jauh-jauh dua hikmat dunia yang berasal dari diri kita yang berdosa dan nafsu setan-setan ini.   Buanglah iri hati dari hidup kita.  Buanglah sifat mementingkan diri sendiri.  Maukah Saudara? 

Amin.