| |
Tema : SIKAP YANG HARUS DIHINDARI oleh orang KRISTEN SEJATI Nama : Kristanto Nats : Yohanes 8:1-11 Tujuan : Agar anak-anak Tuhan mulai waspada terhadap hidup yang dijalaninya dengan tidak menyalahkan dan menjatuhkan orang lain, tidak menghalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu, dan tidak menganggap diri lebih benar dari orang lain
Pendahuluan Ada sebuah dongeng yang bercerita tentang seorang pemahat batu yang tinggal di sebuah gubuk bambu yang kecil. Meskipun ia sudah memiliki ketrampilan yang hebat, tapi ia sangat miskin dan pakaiannya compang-camping. Suatu hari Raja negeri datang mengunjungi desanya. Pemahat batu itu memandang dengan kagum ketika Raja yang mengenakan pakaian sutra yang sangat indah, dielu-elukan oleh rakyatnya. Ia lalu berdoa bahwa ia ingin memiliki kekuasaan dan kemuliaan seperti Raja itu. Doanya terkabul. Ia diubah menjadi seorang Raja yang sangat berkuasa, yang menunggang kuda dan melambaikan tangannya kepada rakyatnya. Tetapi selama musim panas ia melihat betapa manusia dan binatang serta tumbuh-tumbuhan kepanasan dan layu di bawah terik matahari. Dia memandang langit dan berdoa, “Saya ingin sekali menjadi matahari.” Dan permintaannya terkabul lagi. Dia segera memancarkan cahayanya yang panas ke bumi dan para raja serta pangeran berlindung di bawah payung mereka, bahkan para prajurit pun menjadi lemah karena pancaran sinar Matahari. Kemudian, disuatu hari terjadi penguapan sehingga membentuk awan kecil yang bergerak di atas tanah naik ketas sehinga menghalangi sinar matahari. Ketika melihat ada sesuatu yang lebih kuat dari dirinya ia berdoa, “Saya ingin menjadi awan.” – dan jadilah ia awan. Sekarang dia menghalangi sinar matahari dan merasa sangat penting. Ia menjadi awan yang besar yang dapat mencurahkan air hujannya kepada segenap makhluk hidup. Namun, sebongkah batu besar sama sekali tidak terpengaruh oleh kekuatan air hujan. Singkat cerita, ia ingin menjadi sebuah batu – dan jadilah ia batu. Kemudian pada suatu hari seorang pria berhenti dan mendekatinya, sambil mengeluarkan pahat dan palu dari tas yang dibawanya. Pria itu, lalu mulai memahat batu itu. Jadi – inilah dia orang yang lebih kuat dari batu itu – dan ia pun berdoa agar bisa menjadi seperti pemahat itu.. Doanya kembali dikabulkan, dan ia menjadi seorang pemahat batu lagi dan hidup di gubuk bambu dan memahat ... Dari kisah tadi kita dapat melihat bahwa manusia tidak pernah puas akan dirinya sendiri. Manusia selalu ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari orang lain. Kita sebagai orang Kristen, mungkin juga sebagai seorang rohaniawan/aktivis gereja, kadangkala tidak pernah menjadi puas dan juga tidak pernah menjadi senang jika melihat kepopuleran dan kelebihan orang lain. Perikop yang kita baca mengenai para ahli Taurat dan orang Farisi yang mencobai dan yang berusaha untuk menyalahkan Tuhan Yesus, darinya kita dapat mempelajari tiga sikap yang tidak baik, sebagai perbandingan agar kita dapat memiliki sikap sebagai orang Kristen atau rohaniawan sejati. Sikap apa sajakah yang tidak baik itu?
1. Sikap yang menyalahkan dan menjatuhkan orang lain (ayat 6a). Mari kita membaca Yoh. 8: 6a. Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, Dari ayat ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ini dengan sengaja memasang jerat terhadap Tuhan Yesus. Mereka menyangka dengan pasti Yesus akan membuat kesalahan, sehingga mereka dapat menyalahkan-Nya. Mengapa mereka ingin menyalahkan Yesus? Karena ternyata mereka iri terhadap Yesus. Saudara, peristiwa tentang perempuan yang berzinah ini sebenarnya terjadi sehari sesudah hari raya Pondok Daun berakhir dan terjadi di dalam Bait Allah, yakni di halaman tempat orang-orang biasa berkumpul (Hari raya Pondok Daun dirayakan oleh orang-orang Yahudi sebagai suatu peringatan akan perjalanan di padang gurun selama 40 tahun ketika Allah memberi makan manna dan memimpin mereka dengan tiang awan dan tiang api. Selama 7 hari orang-orang Yahudi ini tinggal di pondok-pondok atau gubuk-gubuk dari dahan-dahan hijau yang didirikan di jalan, lapangan, dan di sotoh rumah.). Saudara, pada waktu itu Yesus pun datang ke Yerusalem untuk merayakan hari raya Pondok Daun dan kedatangan-Nya ini kemudian menimbulkan perselisihan yang terbesar antara Yesus dengan para pemimpin orang Yahudi (Perselisihan itu ditulis dalam pasal 7-11). Ketika pesta (hari raya Pondok Daun) sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Pengajaran-Nya tidak kalah dengan pengajaran dari ahli-ahli Taurat yang terpelajar, malahan lebih baik. Yesus mengaku bahwa pengajaran-Nya yang baik dan ajaib ini bukan dari diri-Nya, melainkan dari Bapa-Nya. Setelah mendengarkan pengajaran Yesus, orang banyak mulai bingung mengenai Yesus. Ada pihak yang tidak mengakui bahwa Ia adalah Kristus karena mereka mempertentangkan asal-Nya dari Galilea. Mereka meyakini bahwa bila Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya. Tetapi ada pula pihak yang percaya kepada-Nya. Orang banyak itu mulai terpecah-pecah dan di dalam Yoh 7: 43 dicatat “Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia.” Di satu pihak ada orang yang ingin menangkap dan membunuh-Nya, di pihak yang lain hendak menyembah dan mengikuti-Nya. Sdr, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi sendiri berada di pihak yang ingin menangkap dan membunuh Yesus. Mereka dikuasai oleh rasa iri yang begitu mendalam ketika melihat kepopuleran Yesus. Mereka murka karena melihat dengan jelas betapa orang banyak mulai mendukung dan mengagumi Yesus. Rasa iri yang ada dalam diri akhirnya membuat mereka berusaha untuk menyalahkan dan menjatuhkan Yesus. Saudara, rasa iri mereka ini sama dengan rasa iri yang dimiliki para pejabat tinggi dan wakil raja yang terdapat di dalam kitab Daniel. Mari kita membuka dan membaca Dan 6: 4-5. Para pejabat tinggi dan wakil raja ini pun iri terhadap kelebihan Daniel. Mereka tidak senang melihat orang lain lebih tinggi dari mereka sehingga mereka berusaha untuk menyalahkan dan menjatuhkan Daniel. Ilustrasi Dalam sejarah Yunani ada cerita tentang seorang pemuda yang begitu menonjol dalam pertandingan-pertandingan sehingga rekan-rekan senegaranya mendirikan sebuah patung untuk menghormati dan mengenang kemenangan-kemenangannya. Patung itu menimbulkan rasa iri dalam hati seorang pesaingnya yang sudah dikalahkannya dalam berbagai lomba, sehingga pada suatu malam dia menyusup dalam kegelapan untuk merusak patung itu. Mula-mula dia hanya menyayat patung itu; namun dirasanya belum cukup, maka setelah itu dia mencoba menarik patung tersebut sehingga roboh namun sial baginya – patung persis menimpa dirinya ….. dan telah membunuhnya. Saudara, seringkali kita tidak menyadari bahwa rasa iri dapat menghancurkan diri kita sendiri.
Aplikasi Lalu, bagaimanakah dengan kehidupan Kristen kita selama ini? Apakah kita iri bila melihat orang lain lebih berhasil, lebih terkenal, lebih populer, lebih sukses? Apakah kita lalu berusaha untuk menyalahkan dan menjatuhkan rekan kerja kita? Apakah kita lalu menganggap rekan kerja kita sebagai saingan berat, lalu menyikutnya sampai jatuh dan terluka hingga tak berdaya? Ingatlah saudara, Tuhan tidak ingin kita saling menyalahkan dan menjatuhkan dengan rekan kerja kita. Jadi cukup jelas bahwa sikap pertama yang perlu kita waspadai adalah sikap yang ingin menyalahkan dan menjatuhkan orang lain. Lalu selain itu sikap apa lagi yang perlu kita waspadai?
2. Sikap yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan segala sesuatu ( 3-5) Penjelasan Mari kita baca Yoh 8:3-5. Saudara, karena para ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak berhasil menangkap Yesus dengan kekerasan pada saat perayaan di Yerusalem, maka mereka mulai mencoba lagi dengan memakai cara yang lebih halus. Mereka ingin mempermalukan Yesus di hadapan orang banyak. Tetapi sebenarnya cara halus ini sedikit kasar, yakni dengan menyela Tuhan Yesus ketika mengajar dengan membawa seorang wanita yang mereka tangkap basah sedang berbuat zinah. Cara yang mereka pakai ini adalah dengan berusaha mempertentangkan keakraban kasih-Nya terhadap orang-orang berdosa dengan ketegasan hukum Allah yang diberikan oleh Musa yang memerintahkan orang-orang Yahudi untuk melempari dengan batu sampai mati orang yang tertangkap berzinah. Menurut Taurat Musa (Im 20:10; Ul 22:22), sebagainaba yang telah ditetapkan bahwa jikalau seorang laki-laki berzinah dengan istri orang lain, maka keduanya harus dirajam (kata zinah berarti bersetubuh dengan istri orang lain). Saudara, jikalau Yesus berkata: “Lepaskanlah perempuan ini!”, maka mereka dapat mengatakannya sebagai pelanggar hukum Taurat, dan orang-orang Farisi serta ahli-ahlli Taurat dengan alasan itu dapat meyakinkan orang banyak supaya jangan mengikut Yesus. Tetapi kalau Yesus berkata: “Rajamlah perempuan ini!”, maka Ia telah memihak pada hukum pemerintahan Romawi. Zaman dulu yang berhak menghukum mati adalah pemerintahan Romawi. Di sini kita dapat melihat bagaimana kejam dan liciknya cara yang digunakan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam menjerat Yesus. Mereka menghalalkan berbagai cara agar apa yang mereka inginkan, yaitu menangkap dan membunuh Yesus dapat segera terlaksana. Ilustrasi Saudara, di dalam Alkitab ada contoh tentang seorang raja yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Mari kita membaca 2 Sam 11: 14-15. Dari sini kita dapat melihat bahwa Daud menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diingininya, yaitu menjadikan Batsyeba istrinya. Daud telah membunuh Uria (suami Batsyeba) dengan cara menyuruh panglimanya (Yoab) menempatkan Uria bertempur sendirian di barisan paling depan. Ini adalah cara yang kejam dan sama liciknya dengan apa yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Aplikasi Saudara, mungkin ada di antara kita yang melakukan berbagai cara untuk mendapatkan suatu posisi yang penting dalam pekerjaannya. Kita mungkin melakukannya dengan cara menyebarkan gosip/fitnah yang kejam tentang rekan kerja yang akhirnya membuat rekan kerja kita harus melepaskan jabatannya. Saat ini, Tuhan ingin agar kita tidak menghalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu yang fana dari dunia. Jadi, sikap kedua yang perlu kita waspadai adalah sikap yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. Selanjutnya, sikap yang perlu kita waspadai ialah: 3. Sikap yang menganggap diri lebih benar dari orang lain (ayat 7, 9a) Penjelasan Kita baca kembali Yoh 8: 7, 9a. Saudara, mengapa Yesus berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Alasannya ialah karena Yesus ingin agar ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak menganggap diri lebih benar. Melalui perkataan-Nya itu Yesus ingin menyadarkan mereka bahwa semua orang adalah berdosa. Ketika datang kepada Yesus dengan membawa perempuan yang berzinah, mereka sangat ingin menghukum perempuan itu. Mereka menganggap bahwa perempuan tersebut telah berbuat dosa yang begitu kejam dan harus dihukum mati dengan batu. Saudara, mengapa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berani melakukan hal seperti itu? Sebenarnya, siapakah mereka ini? Ahli Taurat (Ibrani sof rim; Yunani grammateis, nomikoi artinya “ahli hukum”, dan nomodidaskaloi artinya “guru hukum”). Mereka ini adalah ahli dalam mempelajari hukum Musa (Taurat). Salah satu tugas utamanya ialah menetapkan isi Taurat tertulis. Mereka menetapkan bahwa isi Taurat tertulis adalah 613 perintah, 248 positif dan 365 negatif. Tugas berikutnya, ‘memasang pagar’ sekelilingnya, artinya, menafsirkan dan melengkapinya sedemikian rupa; sehingga tak mungkin orang dapat melanggarnya secara kebetulan atau karena ketidaktahuan. Sedangkan orang Farisi adalah golongan orang-orang yang menekankan keharusan untuk menggenapi setiap segi hukum Taurat, karena ibadah Bait Suci hanyalah suatu bagian saja dan perbedaan-perbedaan lahiriah hanya mengungkapkan sikap batiniah mereka. Dari keterangan tersebut kita dapat melihat dengan sangat jelas mengapa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berani membawa dan mengadukan perempuan ini. Sebab mereka begitu yakin akan kebenaran diri jika dibandingkan dengan status dan kedudukan yang dimiliki perempuan itu. Padahal, mereka semua adalah orang-orang munafik yang hatinya jauh dari Tuhan. Saudara, ucapan yang Yesus katakan tadi sangat tepat. Ucapan illahiNya telah menempelak hati mereka sehingga mereka mulai pergi seorang demi seorang. Ketika mereka mendengar perkataan tadi seolah sedang berdiri di hadapan kesucian Ilahi dan tidak ada yang berani melemparkan batu kepada perempuan itu. Dengan demikian mereka mengakui bahwa dirinya adalah orang berdosa dan tidak layak menjadi hakim. Ilustrasi Konon katanya dalam hidup ini, setiap orang membawa dua ransel: satu di dadanya dan satu lagi di punggungnya. Kedua ransel itu penuh dengan dosa dan kesalahan. Ransel yang di dada berisi dosa dan kesalahan orang lain; ransel yang di punggung berisi dosa dan kesalahan sendiri. Itulah sebabnya mengapa manusia buta terhadap dosa dan kesalahan-kesalahannya sendiri tapi tidak pernah tak melihat kesalahan-kesalahan orang lain. Aplikasi Saudara, bagaimana dengan kita? Seberapa sering kita menilai orang lain salah dan menganggap diri benar? Seberapa sering kita menilai orang lain itu rendah dan tidak bisa melakukan suatu hal dengan baik? Kita mungkin telah menganggap orang lain telah salah dalam bekerja. Kita lalu mengejek dan mencela karena kesalahan yang dilakukannya. Ingatlah, bahwa Tuhan tidak ingin kita menganggap diri lebih benar karena mungkin kita sendiri juga telah melakukan kesalahan yang sama. Jadi, sikap ketiga yang perlu kita waspadai yaitu sikap yang menganggap diri lebih benar dari orang lain. Saudara-saudara, mari, kita waspada terhadap sikap yang ingin menyalahkan dan menjatuhkan orang lain, waspada terhadap sikap menghalalkan segala cara demi mendapatkan sesuatu, dan waspada terhadap sikap yang menganggap diri lebih benar dari orang lain. AMIN.
| |