sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema         : Siapakah sesamaku manusia

Nats           :  Matius 5: 44-45

Penulis      :Yusman Liong

Tujuan      : Agar jemaat dapat menjadi berkat bagi banyak orang yang ada disekitarnya , tidak berlaku diskriminatif, semua sama dihadapan Allah,  banyak yang dapat dilakukan dalam pekerjaan diakonia dan misi dalam gereja.

 

Pendahuluan:

Teladan Ibu Teresa

Kesakasian  Ibu Teresa ini sungguh baik   buat kita renungkan.... Inilah perkataan yang diucapkan ibu Teresa sebelum kematiannya : "Kalau saya memungut seseorang yang lapar dari jalan, saya beri dia sepiring nasi, sepotong roti. Tetapi seseorang yang hatinya tertutup, yang merasa tidak dibutuhkan, tidak dikasihi, dalam ketakutan, seseorang yang telah dibuang dari masyarakat - kemiskinan spiritual seperti itu jauh lebih sulit untuk diatasi."Mereka yang miskin secara materi bisa menjadi orang yang indah. Pada suatu petang kami pergi keluar, dan memungut empat orang dari jalan. Dan salah satu dari mereka ada dalam kondisi yang sangat buruk. Saya memberitahu para suster :"Kalian merawat yang tiga; saya akan  merawat orang itu yang kelihatan paling buruk." Maka saya melakukan untuk dia segala sesuatu yang dapat dilakukan, dengan kasih tentunya. Saya taruh dia di tempat tidur dan ia memegang tangan saya sementara ia hanya mengatakan satu kata : " Terima kasih " - lalu ia meninggal.

Saya tidak bisa tidak harus memeriksa hati nurani saya sendiri. Dan saya bertanya : "Apa yang akan saya katakan, seandainya saya menjadi dia?" dan jawaban saya sederhana sekali. Saya mungkin berusaha mencari sedikit perhatian untuk diriku sendiri. Mungkin saya berkata : " Saya lapar, saya hampir mati, saya kedinginan, saya kesakitan, atau lainnya". Tetapi ia memberi saya jauh lebih banyak ia memberi saya ucapan syukur atas dasar kasih. Dan ia mati dengan senyum di wajahnya. Lalu ada seorang laki-laki yang kami pungut dari selokan, sebagian badannya sudah dimakan ulat, dan setelah kami bawa dia ke rumah perawatan ia hanya berkata : " Saya telah hidup seperti hewan di jalan, tetapi saya akan mati seperti malaikat, dikasihi dan dipedulikan. " Lalu, setelah kami selesai membuang semua ulat dari tubuhnya, yang ia katakan dengan senyum ialah : " Ibu, saya akan pulang kepada Tuhan" - lalu ia mati. Sebelum mereka mati, mereka diperkenalkan kepada Tuhan Yesus. Karena itu mereka bahagia.

Kesaksian Ibu Teresa memang luar biasa sekali, dapat dibilang dalam dunia ini mungkin hanya dialah satu-satunya manusia yang demikian tinggi penghargaannya terhadap hidup ini. Panggilan Ibu Teresa adalah untuk memperhatikan hidup sesama manusia, dalam dunia ini tidak ada orang keduanya lagi, dia memberikan teladan dengan perbuatannya yang nyata terhadap kemanusiaan. Teresa tidak memberikan tiori, atau hanya ucapan, yang dia berikan justru keteladanan dalam perbuatan.

.Dalam Injil Lukas terdapat seorang Ahli Taurat yang tidak mengerti siapa sesamanya manusia Lukas 10:27-29.   Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"

Jika seorang Ahli Taurat tidak mengerti siapakah sesama manusia, bukankah  ini terlalu aneh? Dalam Taurat, Imamat 19:17,18, 33 disebutkan tentang siapa sesama manusia itu, jika dilihat dari ayat tersebut memang Ahli Taurat boleh menjadi bingung.Mari kita perhatikan “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.  Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.

Sebenarnya ayat-ayat ini sama sekali tidak memberikan pengajaran yang menyatakan bahwa suku bangsa  yang bukan Israel adalah bukan manusia. Kelihatannya para ahli Taurat yang telah salah menasfirkan arti sesama manusia itu.

Untuk jelasnya mari kita belajar beberapa hal yang penting :

  

1. Siapakah sesamaku manusia.

Karena Ahli Taurat belajar dari Imamat maka pengertiannya tentang yang disebut sebagai sesama manusia adalah orang-orang yang sebangsa, orang asing yang tinggal bersama dalam negeri, selebihnya mungkin dapat disebut bukanlah sesama manusia. Kalau konsep dan pengertiannya hanya didasarkan pada pengertian sempit pada ayat tersebut tentu akan membangun pengertian yang sempit pula.

Ayat-ayat tersebut diatas tidak menyebutkan bahwa bangsa lain yang berada diluar daerah Israel harus dibenci atau dimusuhi, yang Tuhan maksudkan adalah bahwa sesama anak negeri, kaum pilihan buat apa bermusuhan, mengapa harus saling berkelahi atau saling membunuh, kasihilah sesama itu seperti mengashi diri sendiri. Kalau bukan bangsa sendiri yang  menolong bangsa sendiri bangsa manakah yang akan datang menolong ?

Kesatuan dan persatuan bangsa itu penting sekali, bangsa yang terpecah-pecah, bagaimana dapat bertahan jika bangsa lain datang menyerang?

Ilustrasi:

Baik Bank dunia, IMF atau apapun namanya, katanya bersedia memberi bantuan dana untuk membangun negeri  Indonesia, tetapi kenyataannya Indonesia hanya dapat membangun utang setinggi menara Babel. Mereka tidak melihat bangsa Indonesia sebagai sesama manusia yang perlu ditolong, tetapi sebagai manusia yang perlu dijajah. Selain utang yang menumpuk, sekarang timbul masalah lain yaitu siapa yang mau membayar utang tersebut? Kalau memakai, yah semua orang mau, jika disuruh bayar, nanti dulu, siapa yang utang? Pemerintah atau rakyat? Pemerintah yang mana, serta rakyat mana yang sudah memakai uang tersebut?

Presiden pun tidak pernah merasa pernah mengadakan perjanjian utang piutang dengan negara manapun. Jadi, Presiden pun tidak punya kewajiban untuk membayar.

Jelas, saya dan Saudara tidak pernah merasa telah memakai uang dari Bank dunia atau dari IMF. Sorry saja kalau suruh saya yang bayar. Namanya meminjamkan uang untuk negara berkembang agar taraf kehidupannya lebih baik, tetapi pada kenyataannya sebenarnya adalah  penjajahan bentuk baru.

Kalau bangsa tidak bersatu membangun negara, bagaimana mungkin negara dapat dibangun? Kalau bangsa tidak bersatu bagaimana mungkin dapat mempertahankan kesatuan sebagai satu bangsa? Lihatlah, sesama orang Ambon berkelahi saling membunuh, lihatlah sesama orang Aceh saling membunuh.

Aplikasi:

Kita persempit pembicaraan kita, Saudara, jika dalam gereja tidak ada kasih Tuhan yang mengikat, saya percaya Saudara kita orang Jawa, akan sangat tidak senang dengan orang Ambon, orang Tapanuli atau sebaliknya. Tampa kasih berarti kita sedang membangun Kolusi dan Nepotisme dalam gereja, akhirnya gereja akan pecah.

Suami dan Isteri jika tidak ada kasih Tuhan yang mengikat akan  saling bermusuhan, berlomba gugat menggugat untuk bercerai, pada hal sukunya sama, agamanya sama bahkan Tuhan Yesusnya juga sama. Bagaimana dengan mertua? Ooh, apalagi dengan mertua yang cerewet, sudah tua masih juga belum mau mati, orangnya sudah sakit-sakitan, tapi mulutnya tidak pernah sakit. Amit-amit cabang bayi, semoga kalau saya sudah tua tidak  secerewet seperti mertua…..  

Negara, Gereja, rumah tangga tidak akan kokoh jika tidak dibangun dalam kasih.

Kembali pada ibu Teresa, ketika ia menolong orang yang sudah sekarat, ia merasa bahagia sekali, sebab dapat menolong sesama manusia, secara jujur saya percaya Ibu Teresa tidak mengharapkan terimakasih dari mereka yang sudah sekarat . Bagi Ibu Teresa dapat menolong mereka karena ada kasih Tuhan Yesus yang mengalir dalam jiwanya, baginya menolong orang lain adalah suatu kebahagiaan, sekalipun sedetik kemudian mereka harus menghadap maut. Mereka yang ditolong bukan orang kaya dalam hal jasmani, mereka miskin secara materi, namun kaya dalam rohani. Semasa hidup bagaikan hewan dijalanan, tetapi ketika menghadap maut  bagaikan malaikat. Mereka bahagia sekali, diakhir hidup boleh bertemu Tuhan Yesus.

Siapakah sesamaku manusia ? Ibu Teresa memberi jawabannya pada kita bukan Bank Dunia atau IMF.

2. Panggilan Kristiani.

Berbeda dengan yang diajar oleh Tuhan Yesus, Tuhan memberikan penghargaan yang demikian tinggi terhadap sesama manusia. Mari kita baca bagian itu, Matius 5:43-48. Kamu telah mendengar firman:“Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Charles Darwin mengatakan bahwa manusia adalah hasil evolusi dari binatang, sehingga dalam diri manusia masih mengalir insting, naluri kebinatangan, karena itu tidaklah perlu heran, jika pada hari ini kita sering mendapat berita tentang sesama manusia yang saling membunuh, saling berebut tanah 2X1 meter yaitu kuburan.

Jika kita melihat disekitar kita banyak sekali orang-orang yang  tidak mau mengerti atau tidak mau tahu  dengan hidup orang lain, bahkan banyak diantaranya menilai hidup orang lain lebih rendah dari dirinya. Bahkan banyak diantaranya melihat orang lain sebagai objek oksploitasi demi kesenangan dan keuntungan dirinya. Dia menganggap bahwa hanya dirinyalah yang layak hidup dan menikmati kelayakan hidup itu. Orang lain dilihatnya hanya sebagai setumpuk daging atau barang yang bisa dieksploitasi atau sesuatu yang tidak senilai dengan harga dirinya

Orang Farisi dan para Ahli Taurat memberi pengajaran pada orang Israel agar membenci  musuh apalagi yang menjajah, menyengsarakan hidup mereka, kalau perlu mereka itu dibinasakan.

Mengapa manusia harus memiliki musuh?

Siapa yang memulai kehidupan yang tidak harmonis yang mengakibatkan orang lain membenci kehidupan kita?

Mengapa tidak hidup dengan benar seperti apa yang firman Tuhan ajarkan?

Apa salahnya jika kita yang memulai memberikan maaf pada orang lain?

Apa salahnya jika kita yang memulai hidup dengan benar, sebagai contoh/teladan.

Bukankah  indah sekali jika kita turut senang melihat orang lain berada dalam sukacita? Bukankah berbahagia sekali, jika dengan jiwa besar tidak mempersalahkan siapapun, sekalipun kita tahu ada orang yang berbuat kesalahan. Sebab kesalahan jika dibalas dengan kesalahan, maka akan timbul kesalahan yang baru lagi.

Kehidupan akan bahagia jika tidak membandingkan dirinya dengan orang lain.

Jika melihat diri ada kelebihan, sebenarnya masih banyak orang yang lebih dari diri kita. Jika ada orang yang berbuat kesalahan, sebenarnya kita juga sering berbuat kesalahan.

Orang berbuat salah karena tidak mengerti, juga karena tidak ada firman Tuhan yang menjadi pedoman hidupnya. Mungkin juga karena dia tidak tahu hukum negara yaitu KUHP. Nah,  jika kita mengerti mengapa tidak memaafkannya ?  

Dalam hidup ini ada orang kaya, tetapi juga ada orang miskin.

Pengajaran Tuhan Yesus cukup jelas,  kita bukan saja perlu mengasihi, memaafkan, tetapi juga sangat perlu berdoa untuk orang yang menganiaya kita, kita perlu mendoakannya agar berkat Tuhan turun atasnya. Sebab jika berkat Tuhan sudah dia terima pasti hatinya penuh damai sejahtera. Ibaratnya kalau orang sudah kenyang tidak akan ribut lagi.

Kualitas Hidup Kristiani lebih tinggi, mutunya bukan kelas kambing. Tuhan Yesus berkata:  “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."

Saudara dan saya tidak mungkin menjadi sempurna, benar, jika dilihat secara manusiwi, jangan lupa bahwa dalam diri kita ada Allah Roh Kudus. Yohanes 14:20 Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. 15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

Dua ayat ini dengan jelas berkata bahwa Allah berada dalam diri kita dan kita berada dalam Allah, Allah yang sempurna akan memimpin kita menuju kesempurnaan. Karena itu Rasul Paulus berkata di II Timotius 3:17,: Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.

Seperti para malaikat, tidak pernah tertarik dengan glamournya kehidupan duniawi manusia. Mereka  cukup bahagia sekalipun hanya menjadi pelayan Tuhan di Sorga.

Tuhan tidak pernah membedakan orang jahat atau orang baik, semuanya adalah orang berdosa yang patut dihukum, namun kasihnya begitu besar, Tuhan ingin agar semua manusia menerima karya penyelamatan dari Tuhan Yesus. Karena itu Tuhan Yesus mengajar para pengikutNya agar berdoa bagi musuh, bagi mereka yang menganiaya, Allah tidak bedakan mereka mengapa  kita harus membuat perbedaan? Inilah jiwa  besar dari orang-orang yang kaya secara rohani.

Jika kita melihat disekitar kita banyak sekali orang-orang yang  tidak mau mengerti atau tidak mau tahu  dengan hidup orang lain, bahkan banyak diantaranya menilai hidup orang lain lebih rendah dari dirinya. Bahkan banyak diantaranya melihat orang lain sebagai objek oksploitasi demi kesenangan dan keuntungan dirinya. Dia menganggap bahwa hanya dirinyalah yang layak hidup dan menikmati kelayakan hidup itu. Orang lain dilihatnya hanya sebagai setumpuk daging atau barang yang bisa dieksploitasi atau sesuatu yang tidak senilai dengan harga dirinya. Sebagai orang yang percaya Tuhan Yesus dijauhkanlah kiranya cara hidup yang demikian.

Adakah kasih mengalir dalam kehidupan kita ? Apakah kita mengerti dengan panggilan kristiani kita ?

Penutup:

Hidup adalah kesempatan, gunakan itu. Hidup adalah keindahan, kagumi itu. Hidup adalah mimpi, wujudkan itu. Hidup adalah tantangan, hadapi itu. Hidup adalah kewajiban, penuhi itu. Hidup adalah pertandingan, jalani itu. Hidup adalah mahal, jaga itu. Hidup adalah kekayaan, simpan itu. Hidup adalah kasih, nikmati itu. Hidup adalah janji, genapi itu. Hidup adalah kesusahan, atasi itu. Hidup adalah nyanyian, nyanyikan itu. Hidup adalah perjuangan, terima itu. Hidup adalah tragedi, hadapi itu. Hidup adalah petualangan, lewati itu. Hidup adalah keberuntungan, laksanakan itu. Hidup adalah terlalu berharga, jangan rusakkan itu. Hidup adalah hidup, berjuanglah untuk itu. 

 Tuhan memberkati Saudara. Amin.