| |
Tem : MISI SEBAGAI SOLIDARITAS GEREJA KOTA TERHADAP
GEREJA DESA Penulis :AndriasHans Tujuan : Diharapkan agar
jemaat khususnya jemaat kota dapat memahami misi sebagai solidaritas sesama
kristiani yang tidak bisa ditawar-tawar dan menjabarkannya dalam kehidupan
yang nyata ditengah-tengah krisis multidimensional dewasa ini Saudara, tiga golongan selain golongan pertama adalah ladang misi di mana sang pemilik ladang yaitu Tuhan Yesus Kristus mempersilahkan untuk segera menggarapnya. Namun golongan pertama dan ke empat merupakan skala prioritas yang Tuhan mau supaya sesama gereja (organisasi maupun organisma, orang percaya) terus memupuk solidaritas (kesetiakawanan) dalam dunia ini. Sesama saudara seiman harus solider (perasaan bersatu, senasib) satu dengan lainnya. Galatia 6:10 dengan gamblang menyatakan : "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman."Solidaritas sesama saudara seiman ini terlihat jelas dalam pelayanan rasul Paulus serta jemaat mula-mula , khususnya dalam bagian firman Tuhan yang telah kita baca bersama. Penguraian Sampai dua kali Paulus mengatakan terkutuklah dia (1:9). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Injil Yesus Kristus itu diterima, dipahami, dan dilakukan dalam kehidupan jemaat. Injil Yesus Kristus adalah standar dari seluruh aspek hidup jemaat. Inilah inti Injil yang mau Paulus sampaikan kepada jemaat di Galatia. Tetapi yang sangat menarik dicermati mengenai isi surat Galatia , justru pada bagian akhir (6:9-10) Paulus menutup dengan kalimat : "Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu selama masih ada kesempatan (Kairon) bagi kita, marilah kita berbuat baik (ergazometha to agaphon) kepada semua orang , tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman (tous oikeius tes pisteos). Saudara, nampaknya Paulus
secara mendadak menutup suratnya dengan topik berbuat baik kepada sesama
anggota keluarga Allah ! Mengapa demikian ? Tidak lain dan tidak bukan
bahwa secara implisit Paulus ingin menekankan satu hal yang sangat penting
bahwa misi kristiani adalah misi holistik. Misi kristiani tidak bisa
terlepas dari Pekabaran Injil dan Perbuatan Baik terhadap sesama anggota
keluarga Allah. Formulasinya jelas : Ilustrasi Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus, waktu itu yaitu di hari Minggu pagi yang cerah. Orang-orang pergi memenuhi gereja dengan pakaian yang bagus-bagus. Ketika mereka masuk, mereka diberi selembar buletin yang berisikan pengumuman, tema khotbah hari itu, juga nyanyian yang akan dinyanyikan dan siapa yang perlu didoakan. Pada ujung belakang deretan orang yang hendak masuk berdiri seorang tua. Pakaiannya kumuh dan tampaknya sudah beberapa hari ia tidak mandi dan mencukur janggutnya. Ketika ia sampai ke depan pintu, ia melepas topinya dan memberi hormat pada usher (penerima tamu). Rambutnya panjang, kotor dan kusut. Penyambut itu berkata pada orang tua itu, "Maaf, bapak tak dapat masuk karena bapak akan mengalihkan perhatian jemaat , dan kami tidak menginginkan ada orang yang mengganggu kebaktian kami."Orang tua itu memandangnya dengan wajah bertanya-tanya, ia memakai kembali topinya lalu ia meninggalkan gereja. Ia merasa sedih, sebab ia ingin mendengar lagu-lagu pujian bagi Tuhan dan ia tahu hari itu anak-anak akan menyanyikan lagu-lagu yang indah bagi Tuhan. Dalam sakunya ada sebuah Alkitab yang telah tua dan usang dan ingin mendengar pendeta mengutip ayat-ayat yang telah ia garis bawahi. Ia menundukkan kepala dan berjalan menuruni tangga gereja yang besar itu. Akhirnya ia duduk di luar halaman gereja dengan harapan masih bisa mendengar suara nyanyian gerejawi melalui pintu yang telah ditutup. Ah, betapa inginnya ia berada di antara mereka. Beberapa menit pun berlalu, ketika seorang muda datang dari belakang dan duduk di dekatnya. Ia bertanya apa yang orang tua itu sedang lakukan. Orang tua itu menjawab, "Saya ingin ke gereja hari ini, tetapi saya kumuh dan pakaian saya telah tua. Mereka kuatir kalau saya mengganggu kebaktian mereka. Oh ya, nama saya "George." Kedua orang itu bersalaman dan George melihat orang muda itu berambut panjang seperti dia, mengenakan jubah, memakai sandal yang telah berdebu dan kotor. Orang muda itu menepukkan tangannya ke bahu George dan berkata,"Halo George, jangan merasa terhina karena mereka melarangmu masuk. NamaKu Yesus, Aku juga telah berusaha untuk masuk ke gereja itu selama bertahun-tahun, dan mereka tidak membolehkanKu."(dikutib dari From Tidbits Daily Devotional) Saudara yang dkasihi Tuhan, Dalam kaitannya dengan misi sebagai solidaritas gereja kota terhadap gereja desa, cerita di atas menjadi perenungan bagi gereja kota (sebagai organisasi maupun organisma). Mungkin kita tidak pernah menolak orang miskin secara terang-terangan untuk masuk beribadah di gedung gereja kita, namun benarkah kita tidak pernah menolak sesama saudara seiman kita yang miskin yang hidup jauh di pedalaman dan desa-desa terpencil dalam gereja yang sejati yaitu ruang hati kita ? Mungkin kita bertanya dengan cara bagaimanakah kita menolak saudara-saudari seiman yang hidup dalam kemiskinan di desa-desa dan pedalaman terpencil ? Yaitu dengan cara kita tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa kata Firman Tuhan kepada kita tentang saudara-saudari seiman yang miskin itu. Apa kata firman Tuhan ? "Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman" (Galatia 6:10). Rasul Paulus tidak sedang
berbahasa eufemisme dan mengungkapkan kalimat-kalimat klise yang basi ketika
ia menulis suratnya kepada jemaat Galatia. Tidak saudara. Mari kita periksa apakah
benar hal ini Paulus lakukan dengan sungguh-sungguh ? Masih dalam surat yang sama (II Korintus 8-9), kita pun melihat apa yang Paulus lakukan untuk saudara-saudara seimannya yang berada dalam kesusahan. Paulus bertindak sebagai mobilisator dan fasilitator dalam pengumpulan uang untuk jemaat di Yerusalem sebab mereka sedang mengalami kesulitan keuangan. Mereka sangat memerlukan bantuan. Oleh karena itu , Paulus memobilisasi jemaat-jemaat di Makedonia (Tesalonika, Filipi, dan Berea) jemaat Korintus dan jemaat Akhaya supaya turut merasakan serta mau membantu mereka yang dalam kesusahan yaitu saudara-saudara mereka seiman yang berada di Yerusalem. Dari peta Alkitab terlihat bahwa jarak Makedonia - Akhaya cukup jauh, apalagi jarak dari kedua tempat ini ke Jemaat Yerusalem, namun, jarak tersebut dapat ditempuh melalui jalur laut dan jalur darat. Makedonia berada di bagian Utara, Akhaya di bagiana Barat sedangkan Yerusalem berada di bagian Tenggara. Tetapi Mobilisasi yang dilakukan Paulus ini membuahkan hasil , saudara-saudara seiman di Yerusalem tertolong. Mengapa mobilisasi ini berhasil ? Apakah karena mobilisatornya adalah seorang rasul? seorang yang pandai berdiplomasi ? seorang yang pandai "mengemis" ? Tidak saudara. Rahasia keberhasilannya terletak pada kesungguhan hati Paulus (sangat care) dalam melayani saudara-saudara seiman yang mengalami kesulitan (Galatia 2:10). Selain kesungguhan hati
Paulus , mobilisasi ini juga sangat berhasil. Bukan karena jemaat Makedonia,
Korintus, dan Akhaya adalah jemaat yang kaya secara finansial dan bukan pula
karena kondisi gereja-gereja itu sedang mapan dan aman ? Tidak demikian
saudara. Orang-orang percaya di Yerusalem saat itu sangat miskin. Mereka sangat dibenci oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Kebanyakan mereka telah kehilangan mata pencaharian bahkan mereka dikucilkan dari rumah ibadat dan dicabut kewarganegaraannya. Mobilisasi ini sukses oleh karena jemaat-jemaat ini memiliki modal dasar : 1.Jemaat Makedonia, kaya dalam kemurahan (II Kor 8:2). 2.Jemaat Akhaya,
sunguh-sungguh mempersiapkan diri untuk menolong (II Kor 9:2). Aplikasi: Bagaimana dengan kita saat ini, sebagai organisasi gerejawi maupun individu yang telah diselamatkan oleh Tuhan, yang telah memiliki hidup yang berkelimpahan ? Seberapa besarkah solidaritas kita terhadap saudara-saudara seiman kita yang hidup miskin terbelenggu dengan berbagai kesulitan hidup ? Mereka tersebar di pinggiran kota dan desa-desa serta pedalaman terpencil di 13.000 pulau Nusantara ini. Rasul Paulus menyampaikan pesan tertulisnya kepada jemaat-jemaat pada waktu itu dan gemanya masih terdengar sampai saat ini. Dia berkata :" KARENA ITU JIKA SATU ANGGOTA MENDERITA, SEMUA ANGGOTA TURUT MENDERITA ; JIKA SATU ANGGOTA DIHORMATI , SEMUA ANGGOTA TURUT BERSUKACITA. KAMU SEMUA ADALAH TUBUH KRISTUS DAN KAMU MASING-MASING ADALAH ANGGOTANYA. KITA, YANG KUAT, WAJIB MENANGGUNG KELEMAHAN ORANG YANG TIDAK KUAT DAN JANGAN KITA MENCARI KESENANGAN KITA SENDIRI. * DAN JANGANLAH TIAP-TIAP ORANG HANYA MEMPERHATIKAN KEPENTINGANNYA SENDIRI, TETAPI KEPENTINGAN ORANG LAIN JUGA. SETIAP ORANG DI ANTARA KITA HARUS MENCARI KESENANGAN SESAMA KITA DEMI KEBAIKANNYA UNTUK MEMBANGUNNYA. KARENA KRISTUS JUGA TIDAK MENCARI KESENANGAN-NYA SENDIRI. * SEBAB KAMU DIBEBANI BUKANLAH SUPAYA ORANG-ORANG LAIN MENDAPAT KERINGANAN, TETAPI SUPAYA ADA KESEIMBANGAN. MAKA HENDAKLAH SEKARANG INI KELEBIHAN KAMU MENCUKUPKAN KEKURANGAN MEREKA, AGAR KELEBIHAN MEREKA KEMUDIAN MENCUKUPKAN KEKURANGAN KAMU, SUPAYA ADA KESEIMBANGAN. SEPERTI ADA TERTULIS: 'ORANG YANG MENGUMPULKAN BANYAK, TIDAK KELEBIHAN DAN ORANG YANG MENGUMPULKAN SEDIKIT, TIDAK KEKURANGAN' " (I Kor 12:26-27 ; Roma 15:1-3a ; Filipi 2 ; 4 ; II Kor 8:13-15) Jadi jelas sekali, pesan firman Tuhan, bahwa orang yang kuat wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dalam seluruh aspek kehidupan. 1.Gereja kota yang kuat aspek manajemen nya (administrasi organisasi) wajib membantu gereja desa yang kurang baik manajemennya (administrasi organisasi). 2.Gereja kota yang kuat aspek doktrin (teologianya) wajib membantu gereja desa yang sangat lemah pengajarannya. 3.Gereja kota yang kebanjiran pelayan Tuhan yang berkualitas wajib mengutus para misionaris nasional ke gereja-gereja desa yang tidak punya pelayan Tuhan. Menurut data dan informasi yang kami terima, ada ratusan (mungkin ribuan) gereja perdesaan di Indonesia yang tidak memiliki pelayan Tuhan karena tidak sanggup memberi tunjangan hidup pada pelayan Tuhan. Tidak terbayangkah kita bahwa saudara(i) seiman kita di desa kering kerontang secara rohani ? 4.Gereja kota yang memiliki buku-buku rohani yang baik dan Alkitab serta kidung pujian yang berlimpah wajib mengirimkan kepada gereja desa yang sama sekali tidak punya semua itu. 5.Gereja kota yang melimpah air bersih wajib membantu gereja desa membangun fasilitas air bersihnya. 6.Gereja kota yang kuat secara finansial wajib meminjamkan modal usaha dengan bunga kecil atau tanpa bunga bahkan menghibahkan kepada gereja desa yang memiliki jemaat yang dicengkeram tengkulak. Untuk cari makan saja begitu susah. 7.Gereja kota yang jemaatnya sehat dan bergizi wajib menolong gereja desa dengan jemaat yang penuh sakit penyakit melalui pengiriman obat-obatan dan membangun pos-pos pelayanan kesehatan atau mengkader tenaga-tenaga perawat sebagai misionaris kembali melayani di desa mereka. 8.Gereja kota yang berlimpah sandang, wajib memberikan kepada gereja desa dengan jemaatnya yang tanpa pakaian. 9.Gereja kota yang anak-anak jemaatnya bersekolah dengan fasilitas pendidikan yang baik wajib menolong gereja desa yang anak-anak para hamba Tuhan dan jemaatnya tidak mampu bersekolah bahkan putus sekolah. Menurut data Direktorat jenderal PLSP, di Indonesia terdapat satu juta anak yang putus sekolah dasar tiap tahun dan ada 600.000 anak yang belum tertampung di SD. Tidak sedikit anak-anak kristen ada di sana. Saudaraku, kita ikuti kisah ini (Sumber: Andrias Harefa ; Pembelajaran di Era Otonomi, 78-80): Hajjah Sabariyah, nenek berusia 82 tahun yang lahir di Pangkalan Brandan Sumut mengisi hidupnya di pedalaman Jaya Wijaya, Papua, untuk mengajar anak-anak Papua. Nenek guru ini demikian nama panggilannya, menggunakan uang pensiun suaminya yang sekitar 13 juta rupiah per tahun untuk membeli buku dan perlengkapan belajar anak-anak didiknya yang sangat terbelakang. Tanpa tempat tinggal yang tetap, bahkan ia harus mendayung sendiri perahunya atau berjalan kaki tiga hari bila pindah mengajar dari Wamena ke Tiom. Saudara, meskipun nenek muslim tua renta ini sudah lemah fisik dan terbatas dalam keuangan, masih dapat melakukan hal yang amat luar biasa demi kepentingan anak-anak Kristen Papua, quo vadis gereja kota, ada di mana orang-orang Kristen ? Apakah yang telah perbuat orang kristen terhadap sesama saudara seiman yang miskin dan terlantar yang tersebar di seluruh pelosok tanah air? Untuk apakah menabung uang sebanyak-banyaknya di Bank dunia, tapi satu waktu kelak ketika Tuhan Yesus mengauditnya ternyata semua itu tidak berguna di hadapan-Nya ? Tabunglah dan investasikanlah uang saudara untuk hal-hal yang berguna demi sesama saudara seiman, dengan itu saudara sedang dan telah menabung di Bank Sorga. 10.Gereja kota yang kaya dengan kerlap-kerlipnya lampu wajib mengirimkan generator pembangkit listrik untuk gereja desa. 11.Gereja kota yang gedungnya berdiri kokoh dan megah wajib membantu gedung gereja desa yang telah lapuk dan hampir ambruk, dan bangku-bangkunya yang sudah reot. 12.Gereja kota yang selalu tersedia makanan hewani dan nabati wajib menyediakan benih-benih dan alat-alat pertanian kepada gereja desa yang jemaatnya membanting tulang memproduksi makanan untuk kehidupan orang di kota, namun tidak pernah sejahtera. 13.Gereja kota yang sarat tenaga-tenaga ahli di berbagai bidang wajib memberdayakan gereja desa agar mereka memiliki SDM yang handal dalam berbagai bidang. Saudara dan saya dapat terus menginventarisir apa yang menjadi kebutuhan saudara-saudara seiman kita di pedalaman. Namun yang menjadi persoalan saat ini, maukah kita solider dengan saudara-saudara seiman di berbagai tempat yang menderita? Firman Tuhan dalam Ulangan 15 :7-8 , 10-11 berkata : "Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, tetapi engkau harus membuka tangan lebar-lebar baginya dan memberi pinjaman kepadanya dengan limpahnya, cukup untuk keperluannya, seberapa ia perlukan. Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita , apabila engkau memberi kepadanya , sebab oleh karena hal itulah Tuhan, Allahmu , akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu. Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu ; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian : Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu." Saya ingin mengajak saudara melihat bahwa di sepanjang lintasan kitab suci PL sampai PB, misi kristiani tidak pernah berubah. Misi holistik sebagai solidaritas sesama saudara seiman harus dikerjakan terus menerus sampai Kristus datang kedua kalinya. Di penghujung khotbah ini, masih tersisa satu pertanyaan penting yang harus kita jawab yaitu: Mengapa solidaritas terhadap saudara-saudara seiman merupakan suatu gerakan misi? Yohanes 13:34-35 memberikan jawaban yang sangat tepat :"AKU memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti AKU telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-KU, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Penutup: Tatkala sesama saudara seiman mempraktekkan perintah Tuhan Yesus untuk saling mengasihi, maka pada saat itulah terjadi gerakan misi yang dahsyat. Dahsyat karena semua orang akan tahu bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus. Solidaritas terhadap sesama saudara seiman yang dimotivasi oleh kasih yang nyata merupakan misi yang sangat ampuh membuat dunia ini bertekuk lutut dan mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Namun sayang seribu sayang saat ini sangat langka melihat praktek nyata dari perintah Yesus ini terjadi di antara sesama saudara seiman, malah sebaliknya sesama kristen saling menggigit dan "membunuh." Apakah saudara mau mengambil komitmen untuk menjalankan amanat Tuhan ini? Sejauh manakah solidaritas saudara terhadap sesama anggota keluarga Allah yang hidup di desa-desa dan pedalaman yang terpencil terkebelakang dalam setiap aspek kehidupan? "Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan" (II Korintus 9:8).Tuhan Yesus memberkati saudara dalam menjalankan misi mulia ini, Amin
| |