sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema               : MENGAPA SAYA HARUS MENGAMPUNI ?

Nats                 : Roma 12:17-21

Penulis            :  Djong Shi Kiun

Tujuan              : Sebagai orang-orang yang telah mengalami pengampunan Allah, maka  

                          setiap jemaat harus dapat memiliki rasa tanggung jawabnya untuk  mengampuni bahkan berbuat baik pada orang-orang yang pernah berbuat salah padanya.  

Pendahuluan

Jeffrey Dahmer adalah seorang pembunuh masal yang kanibal, bukan saja telah menganiaya dan membunuh tujuh belas pemuda, tetapi juga telah berbuat kanibal terhadap mereka yang telah dibunuhnya. Potongan-potongan tertentu dari tubuh korbannya telah disimpan dalam lemari es sebagai bahan makanan.  Penangkapannya membuat kepolisian Milwakee disorot tajam ketika kemudian diketahui bahwa polisi mengabaikan permohonan memelas dari seorang remaja Vietnam yang mencoba melarikan diri tanpa pakaian dan berdarah dari apartemen Dahmer.  Anak ini kemudian menjadi korban Dahmer, satu dari sebelas korban yang ditemukan di apartemennya.

Bulan November 1994, Dahmer sendiri terbunuh dipenjara, dia dipukuli sampai mati dengan gagang sapu oleh sesama narapidana. Laporan berita Televisi hari itu menyertakan juga wawancara dengan kerabat korban kekejaman Dahmer yang masih berkabung. Kebanyakan mereka berkata menyayangkan pembunuhan Dahmer, sebab mereka menginginkan agar hidup Dahmer tersiksa lahir bathin dalam penjara lebih lama. Sebab jika terlalu cepat berakhir itu terlalu enak, sedangkan para kerabat masih berduka. Seharusnya ia dibiarkan menderita dengan hidup yang lebih lama sambil memikirkan hal-hal yang sudah ia lakukan.

Saudara, dari kisah di atas kita dapat melihat bahwa  orang yang mengalami perasaan sakit hati, kecewa ataupun merasa dikhianati memang tidak mudah memberikan  pengampunan,  apalagi untuk mengasihi dan berbuat baik kepada orang-orang yang telah menyakiti hatinya. Hal yang sama juga bisa terjadi dalam kehidupan kita sebagai orang percaya yang telah mengalami kasih dan pengampunan Alah. Yang ada dalam pikiran dan hati kita mungkin hanya keinginan untuk membalas dendam atas segala perbuatan mereka. Kita berharap mereka akan merasakan pembalasan yang setimpal dengan perbuatan mereka kepada kita.

Akan tetapi apa yang diajarkan oleh Firman Tuhan pada hari ini sangat berbeda dengan apa yang dunia ajarkan ataupun apa yang kita pikirkan dan rasakan. Firman Tuhan mengajarkan pada kita bahwa sebagai orang-orang yang telah mengalami kasih dan pengampunan Allah,  kita  bertanggung jawab untuk mengampuni bahkan berbuat baik kepada orang-orang yang telah berbuat salah kepada kita.

Untuk lebih memahaminya mari kita belajar beberapa hal yang penting dari firman Tuhan:

 

1. Beberapa aspek kehidupan yang penting.

Dalam suratnya kepada jemaat Roma 12:3-8. Paulus menguraikan berbagai tanggung jawab yang harus dilakukan oleh orang-orang percaya. Dalam ayat tersebut Paulus menguraikan tentang berbagai jabatan dalam jemaat dan fungsinya, tidak lupa Paulus memberikan beberapa nasihat yang sesuai untuk setiap jabatan tersebut. Yaitu, setiap orang yang memangku jabatan dia memiliki tanggung jawab,  tanggung jawab ini bukan  untuk semua orang.

Sedangkan di ayat 9-21, Paulus menguraikan beberapa tanggung jawab yang harus  dilakukan oleh setiap anak Tuhan dan  tanggung jawab ini tidak dapat diabaikan begitu saja. Yaitu mereka harus saling mengasihi,  menghormati, tetap rajin, setia melayani Tuhan, berpengharapan, sabar, tekun dalam doa, ramah, serta peduli terhadap sesama. Seluruh perikop ini berkaitan dengan aspek konkrit dan praktis dalam proses pengudusan serta berisi nasihat-nasihat yang berkaitan dengan berbagai situasi dan kondisi kehidupan jemaat.

Ayat 17 – 21 merupakan kesimpulan tentang inti kehidupan Kristen yang sesungguhnya. Dalam bagian ini Paulus memberi pengajaran bahwa apabila kita mengasihi sesama kita seperti Kristus mengasihi kita, maka kita akan dapat mengampuni. Orang yang telah mengalami anugerah Allah, pasti dan tentu akan rindu agar dapat  membagikan anugerah Allah kepada sesamanya. Karena itu dalam bagian ini Paulus dengan tegas dan berusaha mengajar dan menasihati orang-orang percaya untuk bisa mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan yang telah mereka terima itu dalam kehidupan mereka secara nyata.

Sebagai orang-orang yang telah mengalami kasih dan pengampunan Allah, jemaat Roma dituntut untuk hidup dan membagikan kasih itu kepada sesama mereka, termasuk kepada orang-orang yang telah bersalah kepada mereka. Orang-orang Kristen Roma dituntut untuk memiliki standar hidup yang lebih tinggi dari orang-orang yang tidak percaya, yaitu dengan belajar mengampuni  bahkan berbuat baik kepada orang-orang yang telah bersalah kepada mereka. Terhadap segala penganiayaan fisik ataupun batin yang telah mereka dialami, Paulus memberi nasihat agar jemaat Roma untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan (ayat 17).

Selanjutnya Paulus menegaskan, janganlah menuntut pembalasan tapi berilah tempat kepada murka Allah (ayat 19). Di sini jemaat Roma diingatkan untuk percaya kepada Allah yang adil dan peduli kepada umat-Nya dalam setiap keadaan. Allah tidak akan bertindak serampangan, Ia tidak akan terlalu lembek atau terlalu keras dalam bertindak. Ia tahu apa yang harus Ia lakukan terhadap musuh-musuh umat-Nya. Sehubungan dengan nasihatnya Paulus mengutip Ulangan 32:35 yang konteksnya berbicara tentang Allah yang campur tangan dalam memelihara umat-Nya ketika musuh-musuh Israel datang menganiaya  atau menindas mereka. Dalam hal ini Allah tidak hanya akan menumpas musuh-musuh umat-Nya akan tetapi juga ilah-ilah yang diandalkan oleh  mereka.

Tidak ditemukan petunjuk bahwa murka Allah akan menimpa para pelaku kejahatan itu secara mendadak tanpa memberi kesempatan untuk bertobat. Murka Allah merupakan hukuman dan ini merupakan hak Allah yang paling akhir dilakukan, karena Allah adalah kasih maka sekalipun Allah murka, Allah tetap memberikan harapan agar orang-orang yang telah melakukan kejahatan akan dapat bertobat. Allah ingin sekalipun mereka adalah orang-orang jahat agar dapat mengalami perubahan hati serta dimenangkan oleh orang-orang kristen yang tidak membalas dendam. Dalam bagian ini Paulus juga memberikan pengajaran kepada jemaat Roma untuk yakin bahwa Allah-lah yang akan “mengganti segala kerugian” mereka.

Oleh karena itu sudah  seharusnya orang-orang Kristen melakukan apa yang baik bagi semua orang atau baik dalam pandangan semua orang. Yang dimaksud dengan semua orang di sini meliputi orang-orang percaya maupun orang yang tidak percaya, termasuk di dalamnya orang-orang yang telah melakukan kejahatan kepada mereka. Orang-orang percaya sebagai saksi Kristus seharusnya melakukan hal-hal yang bernilai yang dihargai dan dapat diterima oleh semua orang sebagai sesuatu yang baik. Memiliki sikap, tindakan dan ucapan yang baik. Dan sebagai orang-orang percaya yang hidup di bawah “pengawasan” sesamanya, orang-orang Kristen harus berhati-hati dengan tingkah lakunya  agar tidak bertentangan dengan Injil. Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada (Kol. 4:5).  Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat iblis (I Tim 3:7).

Tuntutan hidup damai dengan semua orang (ayat 18) juga dinasihatkan Paulus kepada jemaat di Roma. Frasa awal ‘sedapat-dapatnya’ menunjukkan bahwa hidup damai dengan sesama ini bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan dan tidak selalu dapat dipraktikan. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh kelemahan dan keterbatasan manusia. Ini berarti keterbatasan manusia memegang peranan dalam mempengaruhi relasi antar manusia ketika usaha untuk mencapai pendamaian dengan sesama itu ada ataupun tidak ada hasilnya.  Berkaitan dengan hal ini Paulus menasihatkan orang-orang Kristen di Roma  untuk tidak menjadi ‘penyulut’ masalah baru dalam relasi mereka dengan sesama. Janganlah konflik atau ketidakharmonisan yang terjadi disebabkan oleh orang-orang percaya. Hal ini dinyatakan Paulus dalam frasa “kalau hal itu bergantung padamu”. Sebaliknya orang Kristen seharusnya menjadi pembawa damai (Mat. 5:9), dengan suatu kesadaran bahwa mereka adalah alat perdamaian dalam hidup dengan sesamanya.

Hidup damai yang didasari oleh kasih ini  menuntut harga yang mahal. Akan tetapi sebagai orang-orang yang telah mengalami kasih dan pengampunan Allah, jemaat  di Roma dituntut untuk bisa mengasihi dan mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada mereka. Kasih dan pengampunan Allah yang telah mereka alami seharusnya memungkinkan mereka untuk menjadi pembawa damai dan hidup damai dengan sesama termasuk dengan orang-orang yang telah menyakiti hati mereka.

Dalam ayat 20, Paulus juga menggunakan ayat-ayat dari PL yaitu Amsal 25:21,22.  Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu. Tindakan yang diajarkan dalam ayat ini merupakan aspek positif dari apa yang dinyatakan di ayat 17, yaitu dengan tidak membalas kejahatan, kamu menimbun bara api di atas kepala musuhmu. Frasa ‘menimbun bara api’ dapat dimengerti sebagai kepedihan akibat malu dan penyesalan atas dosa. Dalam hal ini tidak ada jaminan mutlak bahwa orang yang bersalah ini akan bertobat, tetapi sedikitnya ini akan membuat mereka berpikir. Lebih tegas lagi, dengan menujukkan keramahan yang sebenarnya tidak pantas diberikan kepada orang jahat, anak-anak Tuhan dengan kuasa Tuhan dapat menyelamatkan orang-orang yang telah bersalah kepada mereka.

Pengajaran Paulus di ayat 21 merupakan suatu pernyataan dan kesimpulan,  janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Sekali lagi di sini Paulus menyatakan, janganlah orang-orang percaya kalah terhadap pencobaan yaitu keinginan untuk membalas dendam, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan yang dapat membawa orang-orang yang telah berbuat salah itu untuk datang kepada Allah. Sungguh ini merupakan suatu tuntutan etika hidup yang mulia yang diminta Paulus dari kehidupan orang-orang percaya. Mereka dituntut bukan hanya tidak membalas kejahatan akan tetapi lebih daripada itu orang-orang percaya harus mengampuni bahkan berbuat baik kepada orang-orang yang telah berbuat salah dan menyakiti hati mereka tanpa peduli siapa yang salah dan apa kesalahannya..

Saudara, dalam Matius 5:43-48, terdapat pengajaran Tuhan Yesus mengenai hal yang sama kepada kita. Dalam bagian firman Tuhan ini Yesus mengajar agar orang-orang percaya dapat menyatakan kasih dan berdoa bagi musuh-musuhnya. Jadi di sini bukan hanya tidak membalas kejahatan mereka tetapi juga berbuat baik kepada mereka.  Itulah yang membedakan orang-orang percaya dengan orang-orang yang tidak percaya. Yesus menuntut orang-orang percaya untuk melakukan seperti apa yang telah Ia lakukan, yaitu mengasihi, mengampuni bahkan berbuat baik kepada musuh-musuh-Nya dan menyerahkan segala penghakiman itu hanya kepada Allah Bapa saja. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (I Pet. 2:23)

Ilustrasi:

Kematian Diane, putri bungsu pasangan David dan Goldie Bristol pada 17 November 1970 merupakan tragedi yang berat bagi keluarganya. Meskipun pasangan ini merupakan pasangan yang beriman kepada Tuhan Yesus, namun hal itu tidak dapat menyebabkan mereka terhindar dari perasaan hati yang hancur. Reaksi mereka dalam peristiwa ini adalah reaksi yang sangat wajar, sangat manusiawi. Mereka sangat menderita, hati mereka hancur dan mereka menangis. Bagaimana tidak, anak gadis satu-satunya harus mati dengan cara yang mengenaskan, diperkosa dan dibunuh oleh orang yang tak dikenalnya. Kekuatan dan penghiburan selalu diberikan kepada mereka, akan tetapi rasa nyeri di hati Goldie begitu dalam. Hatinya begitu hancur, begitu pedih tak terlukiskan. Ia belum pernah merasakan sakit hati yang begitu dalam dan begitu menyakitkan.           

Akan tetapi syukur kepada Allah, pengenalan Goldie pada kasih Tuhan Yesus membuatnya  sadar bahwa Allah begitu mengasihinya, ia tahu bahwa Allah tahu jeritan hatinya yang terdalam bahkan sepenuhnya mengendalikan segala sesuatu. Ia tidak meragukan Allah, dan dalam kesedihan dan penderitaannya yang paling dalam ia mendapatkan penghiburan dan kekuatan dari Allah yang kekal. Perlahan-lahan ia dan keluarganya mulai berdoa untuk pembunuh Diane, membiarkan Allah menangani  hal ini dengan cara-Nya sendiri. Lambat laun mereka tidak lagi diliputi oleh perasaan benci kepada pembunuh tersebut.

Kira-kira tiga tahun setelah Diane meninggal dunia, pembunuhnya tertangkap, diadili dan menerima hukuman penjara seumur hidup. Tiga tahun sebelum kunjungan mereka, ketika mereka mengetahui bahwa penjahat itu sudah ditangkap dan dijatuhi hukuman seumur hidup, mereka menulis sepucuk surat kepada pemerkosa tersebut. Mereka memberitahukan bahwa mereka tidak merasa dendam, melainkan mereka sudah mengampuni dia karena dosa mereka sendiri sudah diampuni oleh Kristus. Beberapa minggu berlalu, sampai akhirnya datang jawaban yang hati-hati sekali dari sang pembunuh.

Dalam surat menyurat selanjutnya orangtua gadis itu minta ijin untuk mengunjungi pembunuh itu, dan dia bersedia untuk dikunjungi. Peristiwa pengampunan ini menimbulkan reaksi yang berbeda-beda, dari heran dan kagum sampai marah dan tidak setuju kalau orang sejahat itu diampuni.

Terlepas dari berbagai reaksi orang tentang hal ini, dari peristiwa ini sesungguhnya kita dapat belajar bahwa orang Kristen seharusnya dapat mengampuni orang lain dengan sepenuh hatinya – setiap saat – tidak peduli siapa yang salah atau apa pun kesalahannya. Walaupun mungkin orang lain tidak mau mengampuni kita, kita harus tetap bersedia mengampuni mereka.

Aplikasi:

            Saudara, memang tidak mudah bagi kita untuk bisa mengampuni apalagi berbuat baik kepada orang-orang yang telah bersalah kepada kita. Ada harga diri yang harus dikorbankan, ada perasaan kecewa dan sakit hati yang harus rela kita lupakan, ada kerugian yang harus kita abaikan dan ada kerendahan hati yang harus kita miliki dalam mengambil keputusan untuk mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada kita. Akan tetapi jika kita mengingat kasih dan pengampunan Allah atas segala dosa dan kesalahan kita yang telah menyakiti hati-Nya, apakah kita berhak menuntut pembalasan dendam terhadap sesama kita yang posisinya sama di hadapan Allah?

Belajar dari nasihat Paulus dan pengalaman Goldie Bristol, sebagai orang-orang yang telah mengalami kasih dan pengampunan Allah,  seharusnya juga kita bisa mengampuni orang-orang yang telah bersalah kepada kita bahkan berbuat baik kepada mereka..  Amin.