sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema     : Kehendak  Telah Rusak, Tunduk pada Perbudakan

Nats      :  Roma 8:15

Penulis  : Yusman Liong.

Tujuan  :  Agar jemaat memiliki pengertian yang benar bahwa sesungguhnya manusia tidak memiliki kehendak yang baik kecuali setelah dibenarkan oleh Tuhan Yesus.

 

Pendahuluan: 

Orang Kristen sangat mengakui bahwa  DOSA telah masuk dan mendominasi seluruh umat manusia dan menguasai setiap jiwa. Bahkan demikian menguasai dan merusak kebebasan kehendak manusia, namun  yang berasal dari non kristiani sama sekali tidak mengerti, mereka mengatakan itu kan emosi manusia, sisa evolusi, dosa hanyalah salah pengertian saja;  hanyalah suatu kesalahan manusia karena belum mengerti taraf dan tingkat pengertian permasalahan terhadap suatu keadaan.

Sebagai contoh, jika manusia sudah mengerti bahwa kanibal atau memakan daging mentah itu tidaklah manusiawi, maka manusia secara otomatis, dengan sendirinya tidak akan melakukan hal yang menjijikan bagi kita.       

Bagaimana pandangan para filsuf dan teolog mengenai hal ini? Para filsuf mengajarkan bahwa kehendak manusia itu bebas dan untuk taat kepada rasio atau kepada godaan nafsu, jika ia memilih untuk taat kepada rasio ia akan mencapai kebebasan, sebaliknya jika ia tunduk kepada nafsu ia akan terperangkap. Namun pada dasarnya manusia diakui memiliki kebebasan dari dirinya untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran awal gereja, tidak seorang pun penulis Kristen awal atau para teolog yang tidak mengakui bahwa rasio dan kehendak manusia telah dicemari oleh dosa. Nanum ada juga yang secara kompromistis mengikuti pandangan para filsuf. Yang mengajarkan bahwa manusia sepertinya masih memiliki kuasa atas dirinya, dan memiliki kehendak bebas untuk memilih dan melakukan apa yang benar.

Di satu pihak memang seperti itu, namun jika diteliti lebih dalam apakah benar manusia masih memiliki kemampuan itu walaupun telah demikian lemah, secara sadar  kita harus mengakui bahwa hanya dengan bantuan anugerah Allah saja manusia baru dapat melakukan apa yang benar.

Untuk lebih mengerti soal ini kita perlu belajar lebih saksama;

1. Masih adakah kehendak bebas.

     Jika diatanya apakah memiliki arti secara khusus bagi manusia tentang kehendak bebasnya? Dalam hal ini yang perlu kita mengerti adalah suatu pengertian yang benar tentang memiliki kebebasan kehendak dalam menentukan pemilihan, apa yang baik dan jahat. Pada kenyataannya manusia  melakukan kejahatan dengan sukarela dan tanpa paksaan, bahkan dengan sadar. Sebab sebelum ia melakukan sesuatu kejahatan manusia sudah mempertimbangkannya dengan sadar. Jika demikian, kebebasan apakah yang ia miliki? Kebebasan kehendak dari seorang budak yang telah ditawan oleh kuasa dosa. 

St. Agustinus sangat setuju dengan pendapat tersebut, dengan tidak segan Agustinus  menyebutnya sebagai "kehendak budak", walaupun ia juga mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap orang yang menyangkal kehendak bebas untuk membebaskan diri mereka dari tanggung jawab perbuatan dosa mereka.

Selanjutnya,  Agustinus menegaskan bahwa sebenarnya kehendak manusia itu tidaklah bebas karena ia tunduk kepada nafsunya. Kehendak yang telah ditawan oleh dosa ini tidak dapat berbuat apa-apa bagi kebenaran. Kecuali seperti apa yang telah diajarkan oleh Raul Paulus, dalam Roma 6:5-7. Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa. Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. 

Inilah yang disebut kehendak bebas yang tidak bebas kecuali oleh anugerah Allah. Dengan Kristus kita tidak lagi diperhamba oleh dosa.

Ilustrasi:

Sebuah contoh, seseorang yang merokok, atau yang telah memakai narkoba, dapatkah dirinya bebas dari pengaruh rokok dan narkoba ?Tambah hari tambah parah keadaannya, mula-mula hanya sebatang rokok, kemudian bertambah hingga ada yang satu hari merokok  hampir 50 batang. Demikian juga dengan yang memakai narkoba. Seorang anak muda, sebenarnya keluarganya cukupan, bahkan lebih, tapi pemuda ini jarang bertemu dengan kedua orang tuanya, jika perlu berbicara melalui telepon, segala  keperluannya selalu telah tersedia. Tetapi apa gunanya? Tanpa kasih sayang. Suatu hari selagi hatinya kesel, datang temannya menawarkan ganja, dia hisap, lupa segala kekesalannya. Akhirnya dia menjadi pecandu ganja yang harus nginap di sel polisi. Karena  ganja itu telah mengikatnya. Pemuda ini punya kehendak bebas, tetapi bebas melakukan dosa. Dalam Alkitab tidak ada ayat yang melarang manusia merokok. Tetapi bukankah banyak orang yang telah dikuasai oleh rokok?

 

Aplikasi:

Dosa demikian menguasai kehidupan kita, dapat dikatakan tidak ada lagi aspek yang tidak rusak oleh dosa. Bahkan lebih sesuai jika kita disebut sebagai budak dosa, Saudara, sebagai budak dosa, apa dan mengapa kita harus menyombongkan diri dengan berkata bahwa saya masih memiliki kehendak bebas? Orang bisa saja mengatakan bahwa ia masih memiliki kehendak bebas, benar, tetapi bukan  kehendak bebas yang bebas dari dosa,  ia hanya bebas dari kebenaran alias tidak ada kebenaran dan sangat jelas kehidupannya demikian diperbudak oleh dosa.

Ada kalanya manusia seperti mamiliki kesempatan dalam bidang rohani untuk menyatakan ekpresi  yang menyatakan manusia sepertinya memiliki segala kemampuan dari dirinya sendiri untuk melakukan apa yang benar. Orang rohani tanpa Kristus, mungkinkah dapat melakukan kebenaran?

 

2. Hanya pada  anugerah Allah        

Tidak perlu sombong dengan mengatakan bahwa manusia memiliki kehendak bebas. Manusia harus  menyadari bahwa dirinya sedang berada dalam suatu kengerian  yang akan mencelakakannya, dirinya miskin dan telanjang pula, tidak ada sesuatu yang dapat dibanggakannya. Firman Tuhan mengajarkan Mazmur 147:10,11. Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki;  TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya. Yeremia 17:5. Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!

Apa yang dapat diandalkan dari mengandalkan diri sendiri ? Firman Tuhan dengan tegas mengajarkan agar kita hanya mengandalkan Tuhan semata-mata. Firman Tuhan juga mengajarkan bahwa prinsip dasar ibadah ialah kerendahan hati,  semakin sadar akan kelemahan kita, semakin kita mengandalkan anugerah Allah bagi kita. Doktrin ini mengingatkan kita untuk tidak bersandar kepada kebenaran kita sendiri, tetapi kepada kebenaran Allah,  kita yang tidak ada apa-apanya ini dapat memiliki kebenaran karena hanya  bersandar kepada anugerah Allah. Dengan anugerah-Nya kita dapat melakukan apa yang benar dan berkenan kepada-Nya.

Sekalipun manusia Adam dan Hawa telah jatuh dalam dosa, namun, Karunia alamiah manusia, seperti rasio dan kehendak, walaupun mengalami kerusakan yang parah tetap tidak hilang bersama kejatuhan. Karunia alamiah seperti rasio, itulah yang memampukan kita untuk membedakan yang benar dan salah, dan yang telah menjadikan kita sebagai makhluk rasional yang lebih unggul dari binatang. Demikian juga dengan kehendak kita tetap tidak terhapuskan oleh dosa, walaupun ada akibat kerusakan yang parah yang membuat manusia sedemikian terikat oleh keinginan-keinginan liar dan bukannya mencari apa yang benar.

Sebagai manusia yang memiliki pengertian baik yang disebut pengetahuan mengenai alam atau bumi, termasuk didalamnya hal yang berkenaan dengan kehidupan di bumi, seperti pemerintahan sipil, ekonomi domestik, semua keahlian teknis dan berbagai bidang ilmu. Juga memiliki pengertian mengenai  hal-hal surgawi, seperti pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya dan peraturan-Nya bagi manusia agar dapat  hidup sesuai dengan itu. Semua kemampuan-kemampuan tersebut telah tertanam dalam diri manusia semenjak dalam kandungan dan terus berkembang sesuai dengan perkembangannya dalam dunia ini. Allah tidak membedakan, hanya karena kemampuan setiap orang berbeda maka apa yang dipelajarinya dapat memjadikanya sebagai seorang yang memiliki kemampuan yang berbeda dengan yang lainnya, tetapi yang pasti  setiap orang Allah memberi keunggulan dalam bidang tertentu.

Semua kemampuan luar biasa yang ditunjukkan oleh para penulis dan filsuf kafir baik mengenai politik, hukum, matematika dan pengobatan, merupakan pencapaian yang sangat mengagumkan. Namun semua itu harus di akui berasal dari Allah. Apakah Allah juga memberikan kemampuan-kemampuan itu kepada mereka yang tidak mau menyembah-Nya?  Tentu saja, sebab semua bakat/talenta telah diturunkan melalui kedua orang tuanya.

Namun ada perbedaan, ada kalanya Allah ingin melakukan sesuatu misalnya dalam pembangunan Kemah suci atau Bait Allah, melalui Roh-Nya, Allah memberika kepada siapa yang Ia kehendaki, seperti kepada Bezaleel dan Aholiab yang memiliki kemampuan untuk membangun Kemah Suci (Kel. 31:2-11; 35:30-35).

Jika dilihat dari kitab suci, semua orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa berasal dari pemberian Allah, karena Allah mau memakai mereka untuk maksud dan kehendak-Nya. Di sini kita sebagai Anak Tuhan,   patut mengerti bahwa Allah berkenan jika kita mempelajari ilmu fisika, logika, matematika dan berbagai bidang ilmu dan karya seni seperti yang dihasilkan oleh orang-orang kafir, sedangkan kita mempelajari dan menggunakannya hanya untuk  memuliakan Allah.

Ilustrasi:

Yohanes Pembaptis, seorang yang sangat rendah hati, dan juga sangat mengerti akan panggilan Allah pada dirinya, karena itu ia berkata: “biarlah Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yohanes 3:30. Kesadaran Yohanes pembaptis ini adalah kesadaran totalitasnya, baik karismanya berkhotbah, kemampuannya mengumpulkan orang banyak, cara hidupnya semuanya datang dari Allah, maka itu ia berkata biarlah Ia  semakin besar sedangkan dirinya semakin kecil.

Ada seorang hamba Tuhan yang sangat terkenal, waktu itu 50 tahun yang lalu ia datang ke Indonesia, dan mendirikan sekolah Alkitab. Modal utamanya adalah Tuhan, tidak ada yang lain, dapat dikatakan dari nol namun kemudian bertumbuh, berkembang  menjadi besar. Hamba Tuhan ini tidak memiliki uang yang bermilyaran, yang ada hanya doa, bersandar pada Tuhan,  setelah berjalan baik semua yang dia dirikan, lakukan, hasilkan, diwariskannya pada murid-muridnya agar melanjutkan misi tersebut. Itulah kisah Seminari Alkitab Asia Tenggara di Malang.

 

Aplikasi:    

Jika seseorang mengerti bahwa apa yang dia miliki atau kemampuan yang dia punya berarsal dari pemberian Allah maka jelas dia tidak akan menyombongkan dirinya, sebab dia sadar, apa yang dimilikinya berasal dari pemberian Allah. Jika adalah pemberian Allah  mengapa harus mengandalkan diri dan menyombongkan diri ?

Disamping itu semua karunia luar biasa yang menjadikan kita lebih unggul dari segalanya  haruslah di akui sebagai pernyataan kebaikan Allah dan mendorong kita untuk bersyukur kepada-Nya dan bukannya justru menyombongkan diri.

Kita dapat kita bisa karena Allah bukan karena kebaikan, kehebatan diri.

 

3. Penuntun yang benar.

    Di tengah samudera raya, kapten kapal hanya mengandalkan sebuah kompas yang  kecil, untuk menuntun pelayaran kapal ditengah samudera raya. Dengan alat yang kecil ini kapten kapal dengan sangat berani,  tanpa takut sedikitpun, bahkan  secara pasti lautan yang luas  dilayarinya.  Sebagai orang percaya bukan kompas yang kita perlukan sebagai  penuntun dalam kehidupan ini. Hikmat rohani yang terdiri dari pengetahuan akan Allah,    hukum-hukum Allah dan kasih-Nya, semua itu melebih kompas. Inilah penuntun yang sebenarnya, sedangkan apa yang kita miliki sekarang ini sepertinya sudah lengkap padahal   hanyalah dasar-dasar dan konsep dari pengertian yang sangat dangkal dari hasil pemikiran diri dan orang lain yang dapat kita serap.  Apakah sudah cukup pengertian yang demikian dangkal ? Jelas jauh dari cukup.

Hikmat rohani untuk mengetahui yang benar dan salah sesuai dengan standard Allah telah hilang dan baru akan dipulihkan kembali ketika kita menerima Tuhan Yesus, melalui Roh Kudus kita akan menerima kelahiran baru. Apa yang dimengerti dengan  benar dan salah saat ini belumlah memadai karena:

(a). telah tercemar oleh dosa,

(b). melulu untuk diri tanpa memikirkan orang lain,

(c). jauh dari kebenaran firman Tuhan.    

Dari pemikiran-pemikiran dan penjelasan-penjelasan  para filsuf mengenai Allah sepertinya memberikan pengetahuan mengenai Allah, tetapi semua itu hanyalah imajinasi manusia yang membingungkan. Rasio manusia  yang telah tercemar oleh dosa tidak mungkin lagi dapat mencapai kebenaran ilahi apalagi untuk mengenal Allah sejati itu.

Dosa telah menggelapkan pengetahuan, pengertian kita akan hal-hal ilahi, bahkan mungkin dapat dikatakan buta dan bodoh. Cobalah membayangkan hal ini,  untuk mengenal Allah dengan benar kita membutuhkan anugerah khusus dari Allah yang dikerjakan oleh Roh Kudus, seperti dikatakan oleh Yohanes Pembaptis, "tidak ada seorang pun yang dapat mengambil sesuatu bagi dirinya, kalau tidak dikaruniakan kepadanya dari surga", Yohanes 3:27, atau seperti kata Musa, "matamu telah melihat tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang besar itu, tetapi sampai sekarang Tuhan tidak memberi kamu akal budi (hati) untuk mengerti" Ulangan 29:3-4. Tanpa iluminasi Roh Kudus, manusia  tidak akan dapat mengerti kebenaran ilahi. Dalam hal ini Kristus juga mengkonfirmasikan,  ketika Ia menegaskan, bahwa tidak seorang pun yang dapat datang kepada Bapa kalau tidak melalui Dia Yohohanes 6:44. Tidak ada jalan masuk ke dalam kerajaan kecuali ia diperbarui oleh Roh Kudus. Rasul Paulus mengungkapkan hal ini dengan jelas dalam 1 Korintus 2:14.

Pengertian Plato mengenai dosa tidaklah dapat kita terima, dia mengatakan bahwa manusia berdosa karena ketidaktahuan, apakah benar manusia melakukan dosa tanpa sepengetahuan dirinya? Tidak ada dosa yang dilakukan manusia tanpa persetujuan diri manusia. Manusia sadar dan tahu apa yang diperbuatnya. Dosa tidak sama dengan ketidaktahuan tetapi dapat disebabkan oleh khayalan, delusi. Ketika Paulus menegaskan bahwa "dengan itu mereka menunjukkan bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka" Roma. 2:14-15, ia mengatakan bahwa orang kafir telah mengetahui kebenaran hukum moral yang terukir dalam hati mereka, dan tidak sama sekali buta mengenai bagaimana mereka seharusnya hidup. Tetapi apa tujuan pengetahuan ini diberikan kepada manusia? "Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat, Roma. 2:12. Karena tidak mungkin bagi orang kafir itu binasa tanpa pengetahuan akan benar dan salah, maka Paulus menunjukkan bahwa hati nurani mereka menyediakan tempat bagi hukum Taurat, karena itu cukup bagi penghakiman yang adil, dan manusia tidak dapat berdalih. Dengan kata lain, hati nurani dapat menentukan apa yang benar dan yang salah sehingga manusia tidak dapat berdalih ketika kesalahannya dihakimi.  Betapa sering, orang sebenarnya sudah tahu apa yang lebih baik dan benar tetapi justru memilih melakukan yang salah dan buruk.

 

Ilustrasi:

Dalam film Planet Animal pernah ditayangkan mengenai binatang Beruang, jika Beruang betina sedang berjalan dengan anak-anaknya atau sedang mencari makanan dengan anak-anaknya, maka musuh yang paling di takuti adalah Beruang jantan. Sebab Beruang jantan sangat tidak senang melihat Beruang betina membawa anak-anaknya, karena itu sang jantan akan berusaha membunuh anak-anak beruang agar mendapatkan sang betina. Dalam diri Beruang betina ada insting, naluri untuk melindungi anak-anaknya. Ketikanya anaknya mati Beruang betina dapat menyatakan emosinya, bersedih, mengelurkan air mata. Berhari-hari berjalan mengelilingi tempat yang sama, untuk mencari anak-anaknya. Dalam hati Beruang memiliki insting, naluri yang tentunya kita percaya bahwa Allah  juga yang telah menaruh hal tersebut dalam diri binatang Beruang atau hewan lainnya. Tingkatan insting lebih rendah dari hati nurani, manusia diberi hati nurani karena Allah telah berfirman. Hati nurani bagaikan suatu instansi yang selalu memberikan petunjuk yang benar agar hidup manusia mengarah kepada kebenaran firman.     

 

Aplikasi:

Allah memberikan hati nurani yang dalamnya tertulis  hukum Taurat Allah,  melaluinya Allah menuntun manusia untuk memahami apa yang baik dan salah. Dengan kata lain, hati nurani dapat menentukan apa yang benar dan yang salah Sekalipun demikian kita tidak dapat menganggap setiap pertimbangan universal mengenai apa yang baik dan salah yang umumnya diterima orang banyak selalu benar dan sempurna. Jika kita memeriksa pikiran atau rasio kita dengan hukum Allah, yang merupakan hukum yang paling sempurna, maka kita akan menemukan banyak hal yang selama ini kita hargai ternyata adalah hal yang salah, bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Kita juga menolak pandangan mereka yang mengatakan bahwa semua dosa muncul dari kejahatan yang direncanakan, jika kita memahami sebenarnya sifat egoistis itulah sumber segala dosa, dalam banyak sebab ternyata kita sering melakukan kesalahan walaupun maksud kita itu baik, baik yang sangat subyektif, demi keuntungan diri. Itulah sebabnya pikiran atau  Rasio kita selalu dipenuhi dengan penipuan dalam berbagai macam bentuk sehingga tidak mungkin dapat dijadikan sebagai penuntun yang benar 2 Korintus 3:5. Pikiran manusia telah jatuh dalam kesia-siaan (Mz 94:11; Kej. 6:5; 8:21).

Secara jujur, kita tidak perlu melihat kehidupan orang lain atau menunjuk hidung orang lain, sebab jika kita berani melihat ke dalam kehidupan diri, oooh, sebenarnya akan terlihat dengan jelas betapa  pikiran kita selalu tertuju kepada hal-hal yang sia-sia. Bahkan setelah dilahirkan kembali pun kita masih perlu senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah, agar tidak tergelincir dari pengetahuan yang benar.

Untuk ini Paulus juga memberikan kesaksiannya Kol. 1:9,10. Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah.

Filipi 1:4 Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita. maupun Daud (Mz. 119:34). Dari ayat-ayat ini terlihat hati nurani Paulus dan juga hati nuraninya jemaat. Firman Tuhan dan yang tertulis dalam hati nurani merupakan penuntun yang akan membawa kita kepada pengertian dan kebenaran Allah.

 

Penutup:

Saudara, Tidak terlalu mengada-ada, jika kita mengatakan bahwa manusia tidak mampu  dalam mewujudkan yang baik untuk kehidupan ini, kecuali dalam Kristus. Kita coba, sekarang kita kembali memeriksa kehendak yang membuat pemilihan. Apakah kehendak kita dalam setiap bagiannya yang telah demikian dirusak sehingga tidak lagi menghasilkan sesuatu yang baik kecuali kejahatan, atau ia masih mempertahankan sedikit bagian yang tidak tercemar yang dapat menjadi sumber keinginan baik.

Jika mendasarkan pada pemikiran Roma. 7:18-19, (7:18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.

Sebagian orang mengatakan bahwa kita dapat memiliki kehendak yang baik, kita mampu untuk menginginkan yang baik, tetapi yang dinyatakan bukanlah kehendak yang baik itu. Dalam hati manusia memang memiliki kehendak berbuat baik ataupun berbuat jahat, semuanya menyatu dalam dirinya. Setiap kali manusia ingin melakukan sesuatu yang baik tentu selalu pula ia terpengaruh oleh kehendak jahatnya, bahasa halusnya kehendak yang dinyatakan selalu memikirkan diri dan keuntungan diri. Hati selalu berpegang pada yang negatif, sekalipun yang dipikirkannya positif tetapi selalu kalah. Apa untungnya bagi saya, jika saya lakukan ini, dan ruginya berapa besar.

Kalau hanya kehendak saja memang ada, hanya terlalu lemah bahkan tidak mampu melakukan sedikitpun kebaikan. Apa yang dimaksudkan Paulus dalam ayat itu memang mengenai penjelasan mengenai konflik keinginan daging dan keinginan roh yang terus terjadi dalam batin orang Kristen. Ini sesuai dengan penegasan Kej. 8:21, bahwa apa yang dihasilkan hati manusia hanyalah kejahatan semata. Augustinus mengatakan: Akuilah bahwa segala sesuatu yang kita miliki itu kita dapatkan dari Allah; bahwa segala kebaikan yang kita miliki adalah dari Dia, namun apa pun yang jahat berasal dari kita." Dalam kata lain, ia mengatakan: "Tidak ada sesuatu yang berasal dari kita, kecuali dosa."

Amin.