| |
Tema : YANG MENABUR AKAN MENUAI Nats : 2 Kor 9:6-15 Penulis : Yusman Liong Tujuan : Agar jemaat mengerti pelayanan dan tahu memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Memberikan yang bernilai bagi Tuhan. Pendahuluan : Petani biasanya menanam sesuai dengan lahannya, kalau lahannya luas ia akan menanam banyak, tetapi jika hanya seluas halaman rumah saja, tentu Pak tani tidak akan berani menanam hingga penuh pekarangan rumahnya. Pak tani akan melihat besarnya pohon, dengan luasnya halaman rumahnya, jika yang ia ingin tanam adalah pohon rambutan, mangga, dan durian. Maka Pak tani akan memperhitungkan jangkauan cabang-cabang pohon. Jarak antara satu dengan pohon lain idealnya 6- 8 meter, jika yang ditanam ketiga macam pohon itu berarti luas halaman harus 24 m. Memang bisa kurang dari luas itu, namun hasilnya tidak akan maksimal. Kalau luasnya cukup, tanahnya subur, diurus dengan baik, sekalipun hanya sebiji buah mangga, kalau sudah berbuah akan menghasilakan luar biasa banyaknya. Satu pohon yang baik akan dapat menghasilakan ratusan buah, apalagi rambutan, bisa beberapa ratus butir banyaknya. Rasul Paulus mengambil contoh Pak tani yang penabur banyak akan menuai banyak, demikian juga Paulus menjelaskan arti memberi dalam Tuhan. Hukum ini juga berlaku dalam persembahan, orang yang dengan rela memberi dengan kasih, maka Allah akan melimpahkannya bagi yang menabur. Dari ayat-ayat yang telah kita baca ada beberapa pengajaran yang indah antara lain:
1. Menabur itu nikmat
Pak tani akan sangat menikmati ketika ia menabur, sebab sambil menabur ia akan membayangkan bagaimana banyaknya hasil yang akan diperolehnya. Apa yang diperolehnya akan dia jadikan bekal untuk kehidupannya. Kalau Pak tani tidak menikmati pastilah ia akan malas mengolah tanah dan kemudian menabur benih. Apalagi jika Pak tani membayangkan bagaimana nikmatnya sewaktu memetik buah yang banyak, Ooh semangatnya akan bertambah. Dalam hal persembahan juga sama, jika kita menyadari betapa banyak Allah sudah memberikan berkatnya pada kita tentu akan meluap kasih kita pada pekerjaan Tuhan. Ayub berkata aku lahir dengan telanjang, dan memang semua manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang, artinya kita datang kedalam dunia ini tanpa membawa apapun. Nah, jika hari ini kita memiliki segalanya, apakah itu bukan kemurahan Allah pada kita ? Allah melalui Paulus mengajari kita agar mempersembahkan apa yang kita miliki untuk pekerjaan Tuhan, Paulus mengajar tentang persembahan bukan karena Allah miskin, Paulus meminta bukan mengemis, sebab Paulus tahu benar bahwa Allah ingin agar kita diberkati secara limpah. Ilustrasi: Seorang filsuf Yunani yang bernama Epicurus pernah berkata: Hidup itu nikmat, tetapi celakalah kalau kenikmatan itu menjadi tuan. Selanjutnya Epicurus berkata:” Kenikmatan yang engkau nikmati itu hanya pada saat itu saja nikmatnya berlangsung, celakalah engkau! Kenikmatan itu akan membawa celaka! Itu bukan kenikmatan, tetapi jerat setan! Kalimat hikmat ini kalau kita kaitkan dengan Imperium Romawi akan menjadi sangat jelas. Siapakah yang tidak mengenal kebesaran Imperium Romawi, namun ketika perang demi perang yang membawa kemenangan dengan segala jarahannya telah mengubah hidup para tentara Romawi yang sangat terkenal itu. Dapat dikatakan semua bangunan yang luar biasa agungnya telah hancur, namun sisa-sisa kebesaran kerajaan Romawi masih dapat kita lihat hari ini. Kehancuran Romawi apakah karena pedang tentara tidak tajam lagi ? Apakah tombaknya telah patah ? Apakah tentara kehabisan perbekalan ? Tidak, tentara Romawi kalah perang karena terlalu menikmati kenikmatan dunia yang telah mereka kalahkan. Mereka terus mencari kenikmatan hawa nafsu yang membawa kenikmatan kehancuran. Terutama diri dan kemudian negara. Apagunanya pedang tajam tetapi tidak bisa digunakan ! Apa gunanya tombak yang runcing tetapi yang memegangnya tidak dapat mengalahkan hawa nafsu diri. Yang ditabur oleh Imperium Romawi adalah kenikmatan hawa nafsu, maka mereka menjadi budak hawa nafsu. Jika orang Romawi sudah berpesta bukan hanya satu dua hari tetapi paling sedikit 1 minggu, mereka akan mabuk, melakukan hubungan sex, termasuk didalamnya homo sex ( Roma 1:26,27) mereka makan sampai kenyang kemudian dengan bulu burung mereka masukan kedalam kerongkongan mereka sehingga segala makanan dimuntahkan keluar. Kemudian makan lagi, jika tentara dalam keadaan yang demikian bagaimanakah negara akan berjaya ? Melalui Paulus Tuhan menawarkan suatu kenikmatan yang nikmat, yaitu yang menabur akan menuai, apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai. Berapa yang kita tabur maka Tuhan akan menumbuhkannya dengan berlimpah. Mungkin 30 kali lipat atau 60 kali lipat, bahkan mungkin saja 100 kali lipat. Kalau kita tidak menabur diladang Tuhan bagaimanakah kita akan menikmati yang nikmat ini ? Coba kita bayangkan, kalau saya menabur persembahan, maka program gereja berjalan baik, gereja dapat dibangun dengan baik, dalam gereja cukup makanan. Tetapi jika saya tidak menabur persembahan, orang luar juga dapat menilai bahwa jemaat gereja itu medit dan pelit. Rumahnya gedung tapi rumah ibadahnya reot kayak kandang sapi. Kalau sudah demikian apa yang kit akan tuai, apakah nimat kalau orang berkata demikian, siapa sih yang malu?
2. Menuai itu lebih nikmat.
Allah yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. II Kor 6:10,11.. Ayat ini dengan jelas mengatakan bahwa segala yang kita miliki berasal dari pemberian Allah, dan Allah mengizinkan kita menikmatinya, segalanya Allah hanya menitipkannya pada kita, segala milik yang kita nikmati itu bukan hak milik kita, hanya ditipkan Allah pada kita. Karena itu jangan kita tersesat seperti yang Tuhan Yesus katakan dalam Markus 8:36,37. ”Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.? Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” Dunia memang nikmat, tetapi nikmatnya menuai dunia adalah jerat dari setan. Apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus ini tegas sekali lagi, ayat ini seperti Tuhan Yesus ingin berkata, bahwa nyawa kita lebih berharga dari dunia ini, apa gunanya menuai menikmati dunia, tidak ada gunanya mempertahankan dunia ini, sebab jika kita mati, apakah kita membawa apa-apa. Buat apa mencari harta dunia sampai mengorbankan nyawa! Bahkan mengorbankan nama baik Tuhan, berlaku tidak setia dan berbuat dosa karena mengejar dunia. Dunia boleh dinikmati, cuma jangan karena dunia lalu kita berbuat dosa, tidak setia pada Tuhan, nyawa dikorbankan. Dia yang menyediakan benih dan roti untuk dimakan, bahkan yang melipatgandakannya. Bahkan Allah memperkaya dengan segala kemurahan hati. Jadi segalanya berasal dari Allah, bukan usaha kita, bukan kebaikan kita, tetapi semata-mata Allah yang telah memberkatinya. Paulus ingin mengajar jemaat agar menikmati apa yang telah Allah sediakan, apa yang Allah telah berkati. Jika Allah menyuruh kita menabur, tentu Ia juga akan menyuruh kita menuai, sekarang apa yang telah kita tabur ? Kalau angin yang ditabur maka kita akan menuai badai, jika badai yang ditabur pasti putting beliung yang akan kita tuani. Taburlah yang akan menumbuhkan kasih sayang Tuhan pada diri kita, agar kita dapat menuai dengan nikmat. Ilustrasi: Pengkhotbah adalah anak Daud, yaitu Salomo, berkata dalam 2:8 segala emas dan perak, bahkan barang antik dari raja-raja dahulu, banyak gundik-gundik yang cantik telah dia kumpulkan dan segalanya dia ceritakan hingga ayat 18. Ayat 18 adalah suatu pengakuan Salomo yang sangat jujur, apa yang telah dia katakan ? Mau tahu? “Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah dibahwah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku”. Dengan kata lain, apa nikmatnya dengan memperoleh segalanya bahkan harus dengan perbuatan dosa tetapi pada akhirnya orang lain yang menikmatinya ! Di LP Kali sosok Surabaya ada seorang penghuni yang sungguh berani menikmati uang yang bukan miliknya, saudara ini dengan berani telah menggunakan uang bosnya sebanyak 600 juta rupiah. Aplikasi: Baik Salomo maupun saudara yang berada di LP Kalisosok itu apakah benar-benar menikmati kenikmatan dengan nikmat ? Sedikitpun tidak yang ada hanya penyesalan saja. Karena itu kita perlu mengerti bahwa semasih Allah mau memakai kita untuk kemuliaanNya biarlah Allah memakainya. Sebab nanti kita akan menikmati betapa nikmatnya kenikmatan menuai itu. Ingatlah bahwa Allah hanya ingin meminjam tangan kita untuk melakukan kebaikan bagi orang lain, jika kitya membiarkan tangan kita dituntun menabur tentu Tuhan akan menuntun kita menikmati menuai. Pernahkah kita menikmati betapa indahnya ketika kita membawa pulang begitu banyak hasil ? Allah sedang mau memakai kita, relakanlah diri kita dipakai oleh Tuhan. Hasilnya kita akan menuai dengan nikmat. Pernahkah kita menabur diladang Tuhan ? Bibit apa yang telah kita tabur diladang Tuhan ? Bibit unggul akan menghasilkan buah yang unggul, jika bibit keributan yang ditabur maka permusuhanlah yang akan kita tuai. Penutup: Jika kita berani menabur yang sia-sia mengapa kita tidak berani menabur yang yang benar ditempat yang benar ? Jika menabur itu nikmat, tentu menuai akan lebih nikmat. Hari ini Tuhan berbicara pada hatimu, berikanlah yang terbaik padaNya, Tuhan sedang berbicara padamu, Tuhan sedang menggerakan hatimu, berapa yang engkau mau berikan pada Tuhan ? Angka yang pertama digerakan angka tersebutlah yang harus engkau persembahkan pada Tuhan ! Jangan lagi tawar menawar dalam hatimu untuk persoalan persembahan, berikanlah itu pada Tuhan, jangan tawar menawar! Engkau menabur sedikit maka engkau akan menuai sedikit, jika ini yang engkau lakukan jangan heran tiap hari saudara dalam kekurangan. Tuhan akan memberkati engkau dengan berkat 30 kali lipat, 60 kali lipat bahkan 100 kali lipat. Tuhan akan membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. AMIN..
| |