sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

Tema            :  TUHAN PENENTU MASA DEPAN KITA

Nats             :    Kel. 3:7-8a.

Penulis         :   Daniel Lukas Lukito

Tujuan         :   Agar jemaat menyadari bahwa dalam situasi yang bagaimana 

                        sulitnyapun  Tuhan  tidak pernah membiarkan umat tebusannya.

 

Pendahuluan: 

Beberapa waktu setelah terjadi penyerangan, perusakan dan pembakaranterhadap sebuah sekolah teologi di Jakarta, saya sempat berbicara dengan seseorang tentang kejadian yang mengejutkan tersebut. Setelah bercerita panjang lebar mengenai kronologi peristiwa tersebut, orang itu berkata demikian:”Heran ya, bukankah sekolah itu dekat dengan Markas Basar ABRI; mestinya ‘kan sekolah itu aman…?”

Pertanyaan orangtersebut tidak mampu saya jawab pada waktu itu. Saya Cuma termenung memikirkan perkataannya. Mengapa? Bukankah perkataan (atau lebih tepatnya, pernyataan) orang itu mewakili pemikiran cukup banyak orang yang bukan hanya berpendirian rasional tetapi juga tersirat mengandalkan perlindungan manusia?

Maksudnya, kalau mengikuti jalur pemikiran akal sehat manusia, karen dekat dengan markas besar tentara, mustinya sekolah teologi itu aman dan terlindung.

Penilaian “aman dan terlindung” paling sedikit ada wilayah perasaan dan pemikiran sebagian orang, sebab jika sampai terucapkan ada orang yang siap mengatakan bahwa itu adalah sikap orang yang kurang beriman. Tetapi walaupun itu ada pada wailayah sebatas perasaan dan pikiran, barangkali sadar atau tidak, cukup banyak orang Kristen atau mungkin juga pemimpin Kristen yang berpikiran demikian, yaitu mengandalkan manusia untuk perlindungan rumah ibadah atau kepentingannya.

Mungkin pendirian sebagian orang orang yang mengandalkan perlindungan manusia tidak juga dapat dipersalahkan seratus persen. Karena apa? Karena hari demi hari dan tahun-tahun belakangan ini sedikit sekali orang yang dapat berbicara optimis tentang situasi di negera kita. Hal ini dapat dimengerti karena kita semua merasakannya: perusakan dan pembakaran gedung perkantoran dan perdagangan, kerusuhan, penjarahan, perampokan, gangguan dan ancaman terhadap keamanan dan stabilitas di beberapa daerah, serta belum pulihnya stabilitas ekonomi dan penegakan hukum. (Di Bali, Denpasar tepatnya di daerah Legian, terdengar suara menggelegar BOM diledakkan secara dahsyat, sehingga ada hampir 200 orang mati secara sia-sia, ratusan lainnya luka berat dan ringan).

Begitu besarnya situasi yang tidak menentuini sehingga sepertinya hanya sebuah keajaiban yang dapat mencegah kesulitan dan bencana yang berskala luas dan fatal. Kemanakah kita, sebagai orang percaya ditengah suasana yang berubah dahsyat dan serba tidak menentu ini, mencari perlindungan?

Kita yang pada saat ini sedang hidup dalam dunia dan masyarakat yang senantiasa berubah cepat dan tidak pasti selamanya harus mencri jawaban dari Tuhan dan firman-Nya supaya kita tetap sertia pada-Nya dalam situasi apapun juga.

Untuk itu baiklah kita  menyimak Keluaran 3:7-8a di mana Tuhan memberikan jawaban yang ampuh bagi orang yang percayapada-Nya.

 

1. TUHAN TETAP MEMPERHATIKAN UMAT-NYA.

 

Kita dapat belajarbahwa di tengah situasi yang berubah  tidak menentu, dan menderita sekalipun, Tuhan kita tetap memperhatikan keadaan umat-Nya. Dalam Alkitab New Internasional Version menterjemahkan kalimat terakhir ayat 7:”I am concerned about their suffering.” Tuhan peduli terhadap penderitaan umat-Nya. Sungguh indah dan sekaligus menguatkan iman mengetahui bahwa Allah kita peduli terhadap keadaan umat-Nya baik dahulu maupun sekarang, dahulu, terhadap keadaan umat pilihan-Nya yang sedang menderita, dan sekarang, terhadap keadaan saudara dan saya di Indonesia sekarang ini yang serba tidak menentu.

Sebagai orang yang melayani, kita tidak boleh sedetikpun mengabaikan penegasan dari firman Tuhan ini, agar kita dapat melanjutkan tugas dan tanggung jawab kita dengan penuh iman.

 

2. TUHAN BERTINDAK MENGADAKAN PERUBAHAN.

 

Kita dapat belajar bahwa Tuhan bukan hanya peduli saja, tetapi Ia juga bertindak untuk mengadakan perubahan. “Aku telah turun untuk melepaskan mereka.” Demikianlah firman Tuhan ay 8a. Di tengah situasi yang berubah dan serba tidak menentu, Tuhan melakukan suatu perubahan yang menentukan, yaitu Ia akan melepaskan umat-Nya dari penderitaan mereka.

Inilah yang harus kita simak sebagai orang percaya:”Allah kita adalah penentu masa depan kita!” Ia akan melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan. Keadaan yang buruk seperti apapun, situasi yang tidak menentu bagaimanapun, harus kita pahami secara teosentris, yaitu kembali kepada Tuhan dan menatap pada-Nya karena yakin bahwa Ia akan bertindak. Kita perlu lebih sering bersujud, mengakui ketidak berdayaan kita sambil berseru kepada-Nya: “Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tetapi mata kami tertuju kepada-Mu.” 2 Taw 20:12b.

 

PENUTUP

Tetapi pertanyaannya adalah:Apakah di tengah situasi perkembangan seperti sekarang umat Tuhan atau gereja cuma sekadar mengikuti arus perubahan yang ada, meratapi penderitaannya, dan lebih parah lagi, mengandalkan perlindungan manusia, atau sebaliknya, orang percaya justru menjadi faktor yang ikut menentukan perubahan dunia dan tetap tegar menghadapi kesulitan apapun karena mengandalkan Dia yang tidak kelihatan itu? Barangkali pilihan yang kedua tadi kelihatannya terlalu idealis. Namun demikian, yang tetap perlu kita pikirkan sebagai pelayan Tuhan adalah: Apa dan bagaimana seharusnya partisipasi gereja dan orang percaya supaya kehadiran mereka dapatmenjadi relevan bagi keadaan kekinian ? Hal ini berartiseperti Allah peduli terhadap segala persoalan kita orang percaya, demikian juga kita harus peduli terhadap sesama kita di Indonesia sekarang ini. Seperti Tuhan bertindak dengan melakukan sesuatu yang positif dan konkret, demikian pula kita sehrusnya secara aktif tergerak untuk melakukan orientasi pelayanan yang relevan bagi zaman ini. Hanya dengan kesadaran dan pendirian seperti inilah kita dapat melayani secara teosentris dan mengandalkan Dia yang menjadi penentu masa depan. AMIN.

Pdt. Daniel Lukas Lukito dalah rektor SAAT Malang.

 

 

THE NEW ONE THE BETTER ONE

Nats                 : Ibrani 8:1-13

Penulis              : Alipin

Tujuan              : Mengajak jemaat memberikan yang terbaik kepada Tuhan karena    

                          Tuhan telah memberikan yang baru dan yang lebih baik kepada kita.

 

Pendahuluan

Khotbah ini saya beri judul The New One The Better One.  Yang baru yang lebih baik, Apakah itu?  Yaitu perjanjian baru yang lebih baik dari perjanjian lama.  Perjanjian baru ini lebih baik, karena:

 

 Perjanjian baru ini dilayani oleh Imam Besar yang lebih baik. (ayat 1)

Penjelasan

Surat Ibrani ini ditulis bagi orang Kristen Yahudi yang sangat menjunjung tinggi tradisi dan nenek moyang mereka.  Di ayat pertama ini penulis ingin menyimpulkan kepada pembacanya bahwa Yesuslah yang lebih unggul dan lebih agung dari semuanya.  Dengan kata lain penulis ingin menarik pembaca kepada suatu kebenaran yang paling penting, khususnya bagi pembaca Yahudi,  keunggulan-keunggulan Yesus Kristus yang sudah ia bicarakan mulai dari pasal 1 sampai 7, yaitu:

Dia adalah anak Allah, pencipta, lebih tinggi dari malaikat-malaikat (1:1-14)

Dia adalah Allah yang menjadi manusia, memberi keselamatan (2:10),

Imam Besar yang mendamaikan dosa seluruh bangsa (2:17)

KemuliaanNya lebih besar daripada Musa (3:3)

Yesus Kristus adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek. (4-5)

Maksudnya Yesus adalah Imam Besar untuk selama-lamanya, tanpa awal dan tanpa akhir (7:1-3),

Imam Besar yang dikukuhkan dengan sumpah Allah (7:21),

Imam besar yang menyelamatkan orang dengan sempurna dengan kualitas moral yang tanpa salah, tanpa noda, terpisah dari orang-orang berdosa dan sempurna untuk selama-lamanya (7:22-28).

Aplikasi

Dengan kebenaran seperti ini penulis ingin meyakinkan bahwa Yesuslah satu-satunya

Juruselamat  yang dijanjikan Tuhan kepada umat-Nya itu.  Oleh sebab itu kita tidak perlu ragu lagi akan Yesus Kristus yang menjadi perantara, pendamai, dan Juruselamat satu-satunya.  Biarlah dengan kebenaran yang sangat agung dari surat Ibrani ini pada tahun baru ini iman kepercayaan kepada Yesus Kristus Juruselamat dan Juru damai satu-satunya itu semakin diteguhkan.

Setelah penulis melukiskan keunggulan Juruselamat kita maka kini ia beralih kepada tempat pelayanan Imam Besar itu.

 

Perjanjian Baru lebih baik karena dilayani di tempat yang lebih baik (ayat 2-5)

Penjelasan

Bapak, Ibu, dan Saudara yang dikasihi Tuhan, tempat pelayanan Imam Besar itu bagi tradisi Yahudi memang merupakan hal yang penting, sebab mereka sangat menghargai hukum Taurat dan tradisi nenek moyang mereka.  Sejak zaman PL ketika orang Israel keluar dari Mesir, di padang gurun, Allah telah memberi petunjuk kepada Musa untuk mendirikan kemah suci tempat menyimpan Tabut suci sebagai lambang kehadiran Tuhan (Kel 25-26).  Dan para imam melakukan tugas mereka di dalam kemah suci.  Tabut Allah ini selalu berpindah-pindah.  Pada zaman Hakim-hakim ada di Gilgal lalu pindah ke Betel kemudian ke Silo.  Maka tempat pelayanan para imam juga berpindah-pindah.  Sampai pada zaman Salomo Tabut ini dipindahkan ke dalam Bait Allah yang didirikan Salomo.  

Sejak itu para imam melayani di bait suci di Yerusalem (1Raja 6-8).  Kemudian Babel menyerang Yerusalem dan menghancurkan Bait Suci (587 SM) ada sebagian imam yang ditawan dan ada yang tersebar (2 Raja 25:3-21). Setelah lewat 70 tahun Allah membangkitkan Nehemia dan Ezra untuk membangun kembali  kota suci dan Bait Suci untuk mengembalikan tugas imam di dalam Bait Suci (Ezra 1-3, 5-6, Neh 12-13).  Tabut Allah waktu itu sudah tidak ada, mungkin sudah hilang pada waktu diserang Babel.  Sampai pada zaman Tuhan Yesus kita tahu bahwa karena perbuatan jahat para imam dan pemimpin agama maka Bait Suci dijadikan sebagai tempat jual beli (Yoh 12:19; Mat  21:12-13), maka Tuhan Yesus menjadi marah dan bernubuat bahwa Bait Suci itu akan diruntuhkan (Mat 24:1-2). 

Nubuat ini digenapi pada tahun 70 AD, ketika tentara Roma menyerang dan menghancurkan Yerusalem.  Tempat pelayanan imam di bumi bisa berubah-ubah, bisa dihancurkan, dan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai Imam Besar yang sempurna memang terlalu agung untuk menempati Bait Suci  yang ada di bumi.  Raja Salomo menyadari hal ini sehingga setelah ia selesai mendirikan Bait Suci pun di dalam doanya ia dapat berkata: ”Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi?  Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.” (1 Raja 8:27). 

Oleh sebab itulah, maka Tuhan memberikan wahyu yang jelas kepada penulis kitab Ibrani  bahwa tempat pelayanan Tuhan Yesus sebagai Imam Besar Agung adalah di Surga, di tempat Kudus, kemah sejati yang didirikan Allah bukan oleh manusia.  Suatu tempat yang jauh lebih baik.

Imam Besar yang begitu agung memang layak untuk melayani di tempat yang lebih baik.  Dan disana Ia “duduk di sebelah kanan tahta yang Maha Besar.”  Tahta berarti ruang atau tempat. Di dalam Wahyu 5:13b kita dapat melihat jelas akan kemuliaan, hormat dan kuasa dari Tuhan Yesus yang berada di atas tahta itu, dikatakan “bagi Dia yang duduk di atas tahta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya.”  Maka Yesus Kristus yang duduk di atas tahta menyatakan bahwa Dia dengan Allah adalah sama berkuasa, sama mulia, sama menghakimi, sama memerintah dan seterusnya.  Namun dengan tahtaNya, kehormatanNya, kebesaranNya yang begitu agung dan mulia dikatakan bahwa Ia melayani. Yesus tidak pernah memandang kebesaranNya sebagai sesuatu yang harus dinikmati sendiri. 

 

Ilustrasi

Dalam sebuah film Amerika diceritakan tentang seorang pejabat tinggi pembantu presiden yang mempunyai otoritas untuk mengatur segala sesuatu atas nama presiden.  Suatu kali menjelang Natal ia dipanggil polisi untuk pergi ke sebuah taman untuk melihat mayat seseorang.  Kemudian mereka mendapati bahwa orang yang meninggal tersebut adalah seorang pensiunan Angkatan Laut yang kemudian menjadi gelandangan di masa tuanya.  Bapak ini merasa bahwa orang  yang meninggal tersebut layak mendapat pemakaman yang baik. Kemudian dengan jabatannya, ia mengatur agar diadakan upacara secara militer untuk menghormati jenazah tadi.  Bapak ini sempat ditegur oleh sang presiden karena melakukan hal tersebut bagi seorang gelandangan, namun ia menjelaskan bahwa ia rindu untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi orang lain sehingga akhirnya sang presiden memegang pundaknya tanda setuju.  Dan hari itu pada tanggal 24 Desember dengan pemandangan yang menyejukkan dan mengharukan diadakanlah upacara pemakaman militer dengan dihadiri oleh tidak lebih dari 10 orang.  Hal yang baik ini bisa  terjadi karena ada seorang yang berkedudukan sangat tinggi yang rela melayani dan memberikan yang terbaik bagi orang lain.

 

Aplikasi

Yesus terlebih lagi.  Ia mempunyai tahta yang paling tinggi, namun Alkitab mencatat bahwa ia melayani di tempat yang tertinggi itu.  Bagaimana dengan kita, sudahkah kita melayani Tuhan dengan baik.  Apakah selama ini kita datang ke gereja lebih mengharapkan untuk dilayani atau untuk melayani?  Adakah kita merasa kita datang ke gereja tapi tidak diperhatikan dan tidak dilayani?  Memang kita harus saling melayani, tetapi bukan berarti selalu menuntut untuk diperhatikan terus dan dilayani terus, malah sebaliknya kita harus memikirkan bagaimana untuk dapat melayani dengan lebih baik lagi.  Tuhan Yesus sudah memberi teladan yang indah, di tempat yang sempurna, dengan kedudukan yang agung, tetap melayani.

 

Perjanjian Baru lebih baik karena didasarkan pada janji-janji yang lebih baik (ayat 6-7).

 

Penjelasan

Saudara yang kekasih, Pada bagian pertama tadi kita telah melihat bahwa Yesus adalah Imam Besar yang lebih unggul dari siapa pun karena Ia tidak bercacat sedikitpun, dan sempurna selama-lamanya, maka hanya Yesuslah yang dapat menjadi pengantara kita untuk berdamai dengan Allah.  Dia bukan hanya menjadi pengantara untuk mendamaikan manusia dengan Allah tetapi pada saat ini juga Ia melayani sebagai pengantara bagi kita untuk menghadap Allah.

Bila kita berdoa, Ia membawa doa kita di hadapan Allah, bahkan Ia berdoa syafaat untuk kita.  Kita ingat apa  kata Yesus kepada Simon Petrus :”Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau supaya imanmu jangan gugur (Luk 22:31-32).  Di dalam Yoh 16:23 Yesus mengatakan bahwa apa yang kita minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan diberikan kepada kita, lalau ayat 26 dikatakan :”Pada hari itu kamu akan berdoa dalam namaKu.  Dan tidak Aku katakan kepadamu, bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa.”  Itulah sebabnya hari ini kita berdoa dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus yang langsung dapat membawa doa kita ke hadirat Allah Bapa tanpa perlu lagi perantara di dunia ini.  Betapa bahagianya kita mempunyai Imam Besar yang melayani di tempat Kudus, kemah sejati di Sorga yang langsung berhadapan dengan Allah Bapa.  Betapa dekatnya kita dengan  Allah Bapa kita.  Inilah perjanjian yang lebih baik itu. 

Bukan itu saja, jika kita mengerti arti kata perjanjian yang dipakai di sini, maka kita akan lebih berbahagia lagi.  Kata Perjanjian dalam bahasa Yunani  dalam surat Ibrani ini menggunakan kata diatheke, suatu wasiat atau warisan.  Inilah inisiatif Allah.  Maksudnya adalah bahwa Allah yang memberikan PerjanjianNya tanpa persetujuan dari pihak manusia.  Manusia hanya dapat menerima atau menolak perjanjian tersebut.  Jadi ini sama dengan suatu warisan saja  tentunya.  Suatu perjanjian untuk hubungan baru agar kita dapat berdamai dengan Tuhan yang semata-mata adalah inisiatif dan anugerah dari Allah saja.

Mengapa PB diberikan? Dari ayat 7 kita dapat mengetahui bahwa perjanjian yang pertama itu bercacat, sehingga diberikan lagi perjanjian yang kedua yaitu perjanjian baru.  Di mana cacatnya? Ayat 8 mengatakan bahwa Ia menegor orang Israel karena mereka tidak setia pada perjanjian Tuhan.  Jadi, dapat disimpulkan bahwa perjanjian yang pertama gagal disebabkan oleh kegagalan orang-orang Israel yang tidak setia pada janji yang diberikan kepada mereka ketika mereka keluar dari Mesir.  Mereka yang diberikan hukum Taurat dan seharusnya setia pada Tuhan gagal dan terus jatuh dalam penyembahan berhala.

Ayat 8-12 ini dikutip oleh penulis dari Yer 31:31-34 sebagai dasar argumentasinya bahwa Tuhan sudah menubuatkan akan memberikan Perjanjian yang baru kepada kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian lama yang telah diadakan Tuhan kepada nenek moyang mereka.  PB ini betul-betul baru.  Kata baru  yang dipakai dalam ayat 8 ini adalah Kainos yang artinya baru dari sudut waktu dan juga kualitasnya.  Perjanjian ini berbeda kualitasnya dengan PL.  Kainos berarti apa yang tidak ada dahulu kini ada, belum pernah dipakai, masih segar, belum pernah didengar, tidak seperti biasanya.  Oleh sebab itu PB ini berbeda dengan PL.

Lalu apakah yang baru dari perjanjian ini? Melalui perjanjian baru ini, Tuhan menaruh Hukumnya ke dalam akal budi dan hati umatNya (ayat 10).  Tuhan bekerja dalam hati manusia melalui Roh Kudus yang memperbaharui hidup orang percaya sehingga senantiasa melakukan hukum Tuhan, kehendak Tuhan.  Sedangkan dalam perjanjian lama hukum Taurat diberikan di luar manusia.  Hukum itu baik, tetapi hati manusia tidak, hati manusia selalui ingin memberontak.

Melalui perjanjian baru ini  juga setiap orang percaya, besar dan kecil akan mengenal Tuhan (ayat11) artinya perjanjian ini berlaku secara menyeluruh bukan hanya satu bangsa.  Melalui perjanjian baru ini setiap orang percaya menerima pengampunan dosa (ayat 12).  Ini semua sama sekali baru dan tidak ada di dalam perjanjian lama. 

 

Aplikasi

Dengan demikian kita melihat betapa bahagianya kita yang menerima perjanjian baru ini.  Tuhan melalui Roh Kudus hadir di dalam hati kita, kita menerima pengampunan dosa, kita yang bukan bangsa terpilih tapi kini menjadi umat pilihan yang mengenal Tuhan yang sesungguhnya, kita dapat berhubungan langsung dengan Bapa di Sorga melalui Yesus Kristus, betapa baiknya PB ini.  Itulah sebabnya penulis menutup perikop ini dengan mengatakan bahwa karena ada yang baru itu maka yang lama itu menjadi tua dan usang, dekat kepada kemusnahannya.  Dan yang baru itu yang lebih baik.  Maukah kita diawal tahun yang baru ini bertekad untuk memberikan yang lebih baik kepada Tuhan, karena Tuhan telah menjadi teladan untuk itu.

Jika di awal tahun baru ini kita mendengar bahwa Tuhan sudah memberikan sesuatu yang baru yang lebih baik itu, maukah kita bertekad untuk memberikan yang lebih baik lagi kepada Tuhan dari apa yang bisa kita berikan? Amin.