sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

 

Tema      :  ORANG SAMARIA YANG TAHU MENGUCAP  SYUKUR

Nats       :    Lukas 17:11-19

Penulis   :    Pdt. Bob Jokiman

Tujuan   :   Agar jemat dapat menaikan pengucapan syukurnya

 

Pendahuluan

Jikalau kita membaca Kitab-Kitab Injil maka kita akan menemukan bahwa orang Samaria, yang dihina oleh bangsa Yahudi; mempunyai tempat tersendiri dalam hati dan pelayanan Tuhan Yesus. Bagi mereka yang senang dengan Penginjilan Pribadi, selalu memakai model penginjilan yang dilakukan Tuhan Yesus kepada wanita Samaria di tepi sumur.  (Yohanes 4). Dalam memberi teladan bagaimana mengasihi sesama manusia, Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10) Demikian pula ketika Ia akan kembali ke surga,  Ia juga mengingatkan murid-murid-Nya agar tidak lupa bersaksi kepada orang Samaria :”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8)

Saudara yang kekasih,

Dalam rangka hari (Pengucapan syukur) Thanksgiving ini, saya ingin mengajak kita semua untuk belajar dari orang Samaria yang tahu mengucap syukur seperti yang dikisahkan dalam Injil Lukas 17:11-19; “Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.  Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

 

Saudara yang kekasih, Kita tidak tahu bilamana mereka menyadari atau mengetahui  bahwa mereka telah sembuh atau tahir. Dari ayat yang kita baca dapat diketahui bahwa kesembuhan itu  bisa terjadi tidak lama setelah mereka meninggalkan Yesus. Ketika mereka saling melihat satu dengan yang lain  mungkin ada diantara mereka yang berkata:” Hei apa yang terjadi dengan engkau. Kustamu nampaknya sudah sembuh. Wajahmu sudah bersih. Lihat tanganmu sudah licin dan lembut.” Karena keajaiban yang terjadi, mereka segera   memeriksa diri masing-masing. Betapa mereka kaget, heran  dan terpesonanya, semuanya sembuh, kustanya telah lenyap, kutukan telah terangkat! Suatu peristiwa ajaib yang harus dirayakan! Lalu mereka cepat-cepat berlari untuk menunjukkan kesembuhan mereka kepada imam di desa terdekat.

Mereka sudah tidak sabar lagi untuk segera kembali dan bertemu dengan sanak-keluarga masing-masing, dengan isteri atau anak-anak yang sudah sekian lama ditinggal karena mereka dikucilkan dari masyarakat menurut hukum Yahudi (Imamat 13-14). Namun salah seorang diantara mereka, yaitu orang Samaria itu tidak seperti rekan-rekannya yang lain, ia berhenti, tertekun dan merenung. Alkitab mencatat ia kembali kepada Yesus sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Kesepuluh penderita kusta itu sadar dan tahu bahwa mereka sudah disembuhkan tetapi hanya ada seorang yang kembali mengucap syukur sambil memuliakan Allah. Yang kembali mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus adalah seorang Samaria. Mengapa hanya orang Samaria yang tahu berterima kasih dan mengucap syukur, kemana  kesembilan orang Yahudi  yang kustanya disembuhkan ? Apakah mereka adalah orang yang disembuhkan  namun tidak tahu mengucap syukur? Ada dua hal yang kita akan pelajari

 

Menganggap Diri Tidak Layak Menerima Kesembuhan

 

Saudara, Mungkin sekali ketika ia tahu bahwa kustanya telah sembuh ia bertanya dalam hatinya:”Ke mana aku harus pergi sekarang?”. Bukankah Tuhan menyuruh kita untuk memperlihatkan diri  kepada imam-imam, sesuai dengan Hukum Taurat “Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta itu telah sembuh dari padanya” (Imamat 14:2-3). Orang Samaria itu bisa berkata dalam hatinya: “Tetapi aku, siapakah aku ini, aku bukan orang Yahudi, aku bukan umat pilihan Allah. Aku tidak layak mendapat kesembuhan ini. Karenanya aku tidak layak menghadap para imam Yahudi.” Orang Samaria itu sadar bahwa dirinya adalah dari etnis yang rendah. Orang Samaria sangat di hina oleh orang Yahudi karena ras mereka campuran dan tidak murni lagi sebagai orang Isreal, juga mereka  adalah  orang yang dianggap melalaikan Hukum Musa. Mereka adalah pelanggar Hukum dan Peraturan Yahudi, juga,   orang Samaria membangun tempat ibabah sendiri untuk menyaingi Bait Allah di Yerusalem.  Orang Yahudi menganggap bahwa memakan roti orang Samaria sama dengan makan daging babi. Bahkan orang Yahudi berdoa supaya  orang Samaria tidak masuk ke dalam hidup kekal.

Saudara, tahukah  nama Samaria  diberikan kepada  penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur atau Assyria,  Esarhaddon (2 Raja 19:36-38 - 677 BC) dari Babilonia dan tempat-tempat lain serta ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang telah dipindahkan ke pembuangan (2 Raja 17:24; Ezra 4:2,9,10)  oleh Raja Sargon (721 BC). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan dengan perlahan namun pasti meninggalkan  penyembahan berhala  mereka dan  mengadaptasi sebahagian agama Yahudi.

Setelah kembali dari pembuangan, orang Yahudi di Yerusalem tidak mengizinkan mereka untuk mengambil bahagian dalam pembangunan kembali Bait Allah yang mengakibatkan permusuhan terbuka antara keduanya. Orang Samaria lalu membangun Bait Allah saingan di  gunung Gerizim, yang kelak dimusnahkan oleh Raja Yahudi pada tahun 130 BC. Kemudian mereka membangun lagi yang lain di Sikhar. Permusuhan yang pahit antara orang Yahudi dan Samaria berkelanjutan hingga di masa Tuhan Yesus “Sebab orang Yahudi  tidak bergaul dengan  orang Samaria”(Yohanes 4:9) Tuhan Yesus sendiri pernah diejek sebagai orang Samaria (Yohanes 8:48).

Dapat dikatakan dengan latar belakang itulah orang Samaria tersebut menganggap dirinya tidak layak menerima penyembuhan tersebut seperti Rasul Paulus yang menyatakan bahwa ia tidak layak menerima pengampunan Tuhan:”Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.” (1  Timotius 1:15).

Sehingga tidak heran jika orang Samaria “lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya”. Dengan tersungkur bukan saja menyatakan kerendahan hati, tetapi juga   mengakui ketidak-layakannya untuk menerima kesembuhan,  juga, sekaligus mengakui bahwa Yesus adalah Allah, karena hanya Allah yang patut disembah dengan sikap tersungkur. Itulah sebabya Tuhan berkata:”Imanmu telah menyelamatkan engkau, iman orang Samaria itu yang memberinya kesembuhan fisik sekaligus keselamatan jiwa dan rohnya. Di bulan (thanksgiving) dekat dengan perayaan Natal ini adakah kita juga mengucap syukur sambil tersungkur kepada Tuhan  yang telah menyembuhkan dan menyelamatkan kita dari penyakit dosa?

2. Doa Permohonannya Dikabulkan Tuhan.

Saudara yang kekasih, adalah sangat menarik sekali jika kita memperhatikan,  ketika mereka tahu Yesus sedang lewat maka mereka berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Dan sekarang setelah orang Samaria disembuhkan ia juga memuliakan Allah dengan suara nyaring (berteriak). Sekalipun orang Yahudi dan orang Samaria bermusuhan, namun dalam keterkucilan karena kusta mereka bisa bersatu, menunjukkan bahwa penderitaan menyebabkan manusia yang bermusuhan bisa bersatu, ini namanya senasib sependeritaan. Penyakit kusta adalah simbol dari dosa dan dibawah dosa kita semua menjadi satu “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,” (Roma 3:23)

Tuhan yang maha kuasa dan pengasih, bukan saja mendengarkan doa mereka tetapi juga mengabulkan permohonan mereka. Semuanya disembuhkan tanpa kecuali. Tapi sayang hanya seorang, yaitu orang Samaria yang kembali dan mengucap syukur. Di bulan thanksgiving ini dapatkah ucapan syukur kita senyaring doa permohonan kita kepada Tuhan?

 

Saudara yang kekasih.

Leluhur bangsa Amerika mengadakan thanksgiving yang pertama pada tahun 1621 setelah mereka menuai hasil panen yang pertama. Jadi mereka menghitung berkat Tuhan selama setahun yang sedang berjalan, lalu memanjatkan doa ucapan syukur. Dalam tahun ini ada berapa banyak doa permohonan kita yang didengar dan telah dikabulkan Tuhan? Marilah kita menghitung berkat-Nya seperti syair yang ditulis oleh Johnson Oatman Jr. “Berkat Tuhan, mari hitunglah., kau ‘kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya” (Nyanyian Kidung Jemaat No.439)

 

Saudara. Kita terlalu sering dirasuk dengan banyak doa permohonan yang tak habis-habisnya sehingga kita tidak punya waktu untuk  menghitung berkat-Nya sepanjang tahun ini. Marilah dibulan thanksgiving ini kita  mau berhenti sejenak, menghitung doa-doa permohonan kita yang sudah dikabulkan Tuhan dalam setahun ini. Doa permohonan untuk kesehatan dan pekerjaan, keluarga kita, anak-isteri dan suami. Doa permohonan untuk kelancaran serta kebutuhan kuliah dan sekolah kita. Doa permohonan untuk keamanan dan perlindungan keluarga  di bumi Indonesia yang tercinta. Doa permohonan untuk persekutuan, pelayanan, pertumbuhan dan kecukupan Gereja kita. Doa permohonan untuk kehidupan dan kesembuhan anggota keluarga serta saudara/i. seiman yang sakit. Doa permohonan untuk keselamatan dan perlindungan dalam perjalanan baik di darat maupun di udara serta di laut. Serta banyak lagi yang dapat anda tambahkan sendiri. Sudahkah kita mengucap syukur untuk semuanya itu seperti yang dilakukan oleh orang Samaria tersebut?

 

Saudara yang kekasih, sangat jelas dalam peristiwa orang Samaria itu, Tuhan menghendaki agar kita dapat menjadi anak-anak-Nya  yang tahu mengucap syukur sebagai orang percaya serta yang telah diselamatkan dan diberkati-Nya. Jelas juga Tuhan kecewa dengan kesembilan orang kusta Yahudi itu yang tidak kembali untuk bersyukur pada-Nya. Itulah sebabnya ia bertanya:”Di manakah yang sembilan orang itu?” Kita yang telah menerima kasih, karunia, keselamatan, dan semua berkat rohani dari Allah janganlah kita lupa untuk mengucap syukur kepada-Nya. Apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan keluarga serta Gereja, khususnya ditahun ini seharusnya mendorong kita untuk datang kepada-Nya dengan hati yang penuh syukur. Kiranya Tuhan menolong kita meneladani orang Samaria yang tahu mengucap syukur

AMIN.