sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 Tema              :  MENERIMA YESUS DENGAN

                        SIKAP HATI YANG TEPAT

Nats                 : Matius 1:18-25

Penulis              : Ester Renaldo

Tujuan              : Untuk mendorong jemaat agar memiliki sikap hati yang tepat dalam menyambut kedatangan Yesus di hari Natal.

 

 

Pendahuluan

Beberapa hari lagi Natal akan tiba.  Dimana-mana kelihatan keramaian menyambut Natal. Di kota-kota besar, di supermarketnya menawakan discount dan hadiah-hadiah yang menarik.  Di gereja-gerja, diadakan latihan-latihan untuk menyambut Natal, yaitu laihtan koor, menari, drama, dll.  Tidak ketinggalan perusahaan-perusahaan mengadakan pesta Natal.  Sementara itu setiap orang, pribadi demi pribadi pun sibuk meyambut Natal dengan meniapkan kartu Natal, menghias pohon Natal, mempersiapkan baju baru untuk dipakai pada perayaan Natal, dsb.  Pokoknya semua sibuk menyambut Natal.

Karena terlalu sibuk dengan persiapan-persiapan tersebut, seringkali kita lupa mempersiapkan hati kita untuk menyambut Yesus.  Karena terlalu sibuk dengan persiapan pesta Natal, kita lupa mempersiapkan untuk menerima Yesus yang kepadanya segala pelayanan itu kita lakukan.  Kita lupa pada apa makna kedatangan Yesus ke dalam dunia ini.  Yang ada dalam pikiran dan hati kita hanyalah pesta natal yang meriah.

Hari ini kita akan belajar  Firman Tuhan dengan mengambil teladan Yusuf tentang bagaimana seharusnya menyambut Natal itu.  Yusuf  adalah tokoh yang sering terlupakan, apalagi Alkitab tidak banyak menyinggungnya.  Tetapi meskipun sedikit disinggung, Alkitab menunjukkan bahwa Yusuf memiliki karakter yang sangat indah.  Karekter Yusuf ini telihat dalam sikapnya menerima kedatangan Kristus.  Oleh karena itu kita dapat mengetahui mengapa Tuhan memilih Yusuf menjadi “ayah” Kristus?  Mengapa bukan orang lain?  Kita tidak tahu.  Yang jelas Yusuf menjadi “ayah” Kristus karena anugerah Tuhan, tetapi anugerah itu disertai dengan tanggung jawab Yusuf menerima kedatangan Kristus dengan sikap yang benar.  Sesungguhnya menjadi orang percaya pun adalah anugerah Tuhan, tapi apakah kita mau menerima Kristus dengan sikap yang benar dan bertanggung jawab sebagai penerima anugerah Tuhan?  Kita perlu belajar dari Yusuf, bahwa:

 

1. Yusuf menerima dengan tulus hati. ay 18-19

Ketulusan hati Yusuf menerima kedatangan  Kristus terlihat dari sikapnya terhadap Maria yang hamil itu.  Dalam masyarakat Yahudi, pertunangan sama kuatnya dengan pernikahan.  Masa pertunangan berlangsung tidak lebih dari satu tahun.  Dalam masa ini, kedua orang itu dikenal sebagai suami istri meskipun mereka belum boleh mengadakan hubungan suami istri.  Itulah sebabnya dalam perikop ini kita temui sebutan Yusuf sebagai suami Maria ayat 19 dan Maria sebagai istri Yusuf ayat 20. Begitu mengikatnya hubungan ini sehingga seorang gadis yang ditinggal mati oleh tunangannya sudah dianggap seorang janda.  Hubungan pertunangan ini tidak bisa diputuskan dengan jalan perceraian. 

Pada masa pertunangan tersebut Maria mengandung.  Tentu saja Yusuf merasa bingung.  Yusuf mengalami keadaan yang sulit ketika dia mengetahui bahwa Maria hamil dan itu bukan darinya.  Meskipun demikian, Yusuf tidak sembrono, dia tidak bertindak secara emosional teradap Maria ketika ia mengetahui Maria hamil.  Oleh sebab itu Yusuf beriat menyelesaikan perkara ini menurut hukum.  Dan itu berarti ada dua kemungkinan  yang harus dipilihnya, yaitu pertama menceraikan Maria melalui pengadilan tetapi akibatnya nama baik Maria  akan sangat tercemar di muka umum.  Kedua, memberi surat perceraian kepada Maria di depan dua orang saksi.  Inilah yang dimaksud dalam ayat 19 ini “menceraikan istrinya dengan diam-diam”.  Di ayat ini, kita melihat sifat dari Yusuf.  Ia seorang yang tulus, ia ingin hidup dalam  kebenaran karena itu ia ingin menyelesaikan masalah ini menurut hukum.  Tetapi ia adalah seorang yang penuh kasih sehingga ia tidak mau mencemarkan atau mempermalukan Maria di depan umum.  Walaupun ia ingin menyelesaikan  masalah ini melalui hukum, tetapi tanpa bermaksud buruk terhadap Maria. Ia tidak bermaksud balas dendam terhadap Maria karena merasa dikhianati.  Walau pada waktu itu Yusuf belum tahu bayi siapakah yang dikandung Maria, namun ia bersikap tulus terhadap Maria, dan terlebih lagi ketika ia sudah mengetahui siapakah Bayi itu melalui peantaraan malaikat.

Yusuf menerima Maria dengan tulus hati, itu berarti ia menerima kedatangan Kristus dengan tulus pula.  Yusuf menerima Maria bukan asal menerima, bukan pula pada waktu sesaat saja, melainkan dalam seluruh kehidupannya.  Ia bersedia menerima Maria dan Bayi Yesus dengan segala konsekuensinya. 

 

2. Yusuf menerima dengan percaya. ayat 20-23

Sewaktu Yusuf mengetahui bahwa Maria mengandung,  ia merencanakan untuk menceraikan Maria.  Namun sebelulm Yusuf melaksanakan niatnya itu, ayat 20 mengatakan “ia mempertimbangkan maksud itu”.  Ini berarti bahwa Yusuf bukan seorang yang gegabah, yang begitu mudah mengambil keputusan.  Sebelum ia mengambil keputusan ia terlebih dahulu berpikir masak-masak.  Ketika ia sedang mempertimbangkan maksud ini, seorang malaikat Tuhan dantang berbicara kepadanya melalui mimpi.  Malaikat itu berpesan kepada Yusuf agar menikahi Maria sebab anak yang dikandungnya  adalah dari Roh Kudus, dan Yusuf harus memberikan nama Yesus.  Ungkapan ini menunjukkan bahwa kehamilan Maria merupakan karya Roh Kudus.  Yesus dilahirkan tanpa peran seorang ayah manusia.  Hal ini jelas dinyatakan dalam ayat 25 bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sebelum Yesus lahir. 

Yusuf percaya akan berita yang sudah disampaikan oleh malaikat Tuhan itu, oleh sebab itulah ia mau menerima Maria sebagai istrinya.  Yusuf percaya bahwa anak yang dikandung oleh Maria adalah seorang Mesias.  Seandainya ia tidak percaya pada berita malaikat itu, bagaimana mungkin ia mau menerima Maria sebagai istrinya?

 

Aplikasi

Demikian pula dengan kita.  Kita tidak mungkin menerima Kristus dengan sikap yang benar bila kita tidak percaya siapakah Kristus, sebagaimana yang di katakan oleh Firman Tuhan.  Yusuf menerima kedatangan Kristus karena faktor percaya pada Firman Tuhan sebagaimana yang disampaikan oleh malaikat itu.  Kalau kita, karena faktor apa kita menerima Kristus?

Pada zaman ini, banyak sekali berita yang tidak tepat tentang Kristus beredar.  Hal ini mempengaruhi sikap orang menerima Kristus.  Misalnya teologi sukses yang mengajarkan kalau ikut Yesus pasti sukses.  Ikut Yesus pasti lancar semuanya.  Ikut Yesus pasti menjadi kaya.  Ikut Yesus pasti tidak akan menderita sakit penyakit.  Jika ini  adalah sikap kita dalam menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan, jelas ini adalah sikap yang salah dalam keputusan menerima Yesus.  Kalau kita menyambut Dia karena konsep seperti ini, semua demi kepentingan jasmani saja kita akan menjadi kecewa sebagaimana yang terjadi pada orang Yahudi.    Mereka berharap Yesus yang lahir itu akan membebaskan mereka secara jasmani, sebab pada waktu itu mereka berada di bawah penjajahan Romawi.  Tetapi ternyata Yesus datang dan tidak memerdekaan mereka secara jasmani.  Yesus melakukan yang lebih jauh lagi, yaitu membebaskan roh mereka.  Tujuan utamaNya datang ke dunia adalah memerdekakan manusia dari belenggu dosa.  Yesus datang untuk membebaskan roh manusia.   

Demikian juga dengan saudara dan saya.   Jika kita menyambut Yesus dan bersedia mengikutNya  atas dasar kepentingan jasmani saja, maka kita akan kecewa.  Kita harus menyambut dan mengikutNya karena percaya, Ia Juruselamat jiwa kita yang menyelamatkan kita dari dosa.

 

3. Yusuf menerima dengan taat pada pimpinan Tuhan (ayat 24-25)

Melalui mimpi, Tuhan menghendaki Yusuf menerima Maria sebagai istrinya dan Yusuf taat terhadap kehendak Tuhan ini.  Ketaatan Yusuf ini bukan ketaatan yang emosionil.  Ketaatan Yusuf juga bukan ketaatan yang membabi buta karena ia seorang yang tulus hati ayat 19.  Yusuf taat karena ia percaya bahwa berita yang disampaikan oleh malaikat itu adalah kebenaran.  Walaupun harus mengorbankan apa saja termasuk kata hatinya, ia tetap taat terhadap pimpinan Tuhan. 

Setelah Anak itu lahir, yusuf memberi nama  “Yesus” sesuai dengan pesan malaikat.  Hal ini mengandung arti yang penting, sebab di kalangan orang Yahudi, kalau seorang pria memberi nama pada seorang anak, maka itu berarti ia menerima anak itu sebagai anaknya sendiri.  Karena Yusuf taat pada pesan malaikat itu, ia memberi nama pada Bayi dari Maria.  Maka Yusuf menerima anak itu sebagai anaknya sendiri. 

Yusuf  rela mengorbankan rencananya sendiri untuk mentaati pimpinan Tuhan.  Ketaatannya terhadap Tuhan melebihi kata hatinya.  Ketaatan Yusuf tehadap pimpinan Tuhan bukan hanya dalam sikapnya menerima Maria tapi dalam keseluruhan hidupnya.  Ini terbukti pada bagian selanjutnya.  Baca Mat 2:13-15,  Yusuf membawa Maria dan Yesus mengingkir ke Mesir karena Herodes mau membunuh Yesus, dan dalam Mat 2:16-23 Yusuf membawa Maria dan Yesus kembali ke tanah arinya karena Herodes sudah meinggal dan mereka menetap di Nazaret.

 

Aplikasi

Seringkali Tuhan mempimpun seseorang untuk menerima Kristus melalui berbagai peristiwa.  Mungkin  melalui peristiwa yang menyenangkan, dan tidak jarang pula melalui peristiwa yang tidak menyenangkan.  Saya pernah mendengarkan beberapa orang memberikan kesaksian bagaimana mereka menjadi percaya pada Tuhan Yesus, salaha satu alasannya karena kematian orang-orang yang mereka kasihi.  Tuhan juga selalu memimpin kita yang sudah menerima Kristus dengan berbagai cara.  Tetapi apakah kita peka terhadap pimpinan Tuhan itu dan menaatinya?  Seseorang yang menerima Kristus dengan sikap yang benar akan tercermin dari ketaatannya terhadap pimpinan Tuhan dalam hidup sehari-hari. 

Menjelang perayaan natal ini, marilah kita mengoreksi diri kita masing-masing.  Kita perlu memeriksa sikap  dalam menyambut kedatangan Kristus.  Memang menerima Kristus merupakan anugerah Tuhan bagi kita, tetapi anugerah itu harus disertai tanggung jawab, yaitu menerima Yesus dengan sikap yang benar.  Menerima Kristus bukan pada waktu sesaat saja.  Menerima Kristus bukan hanya sekedar slogan saja, tetapi sikap menerima Kristus itu akan lekat dalam setiap aspek kehidupan kita, baik dalam hubungan kita dengan Tuhan, maupun dengan sesama kita.  Bila kita menerima Yesus dengan tulus hati, sungguh-sungguh percaya bahwa Dia adalah Mesias, dan mau taat pada pimpinan-Nya dalam seluruh kehidupan kita. Maka kita pun akan mempunyai hubungan yang baik dengan sesama kita.  Omong kosong kalau kita mengatakan kita sungguh-sungguh menerima Yesus dengan tulus, tetapi tidak mempunyai hubungan yang baik dengan sesama manusia.  Seperti apa yang Yesus katakan dalam Matius 25, Dia mengatakan kepada orang-orang benar, “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan, ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.”  Orang-orang benar ini merasa heran, kapan kami melakukan hal yang demikian?  Yesus menjawab, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaramu, kamu juga melakukannya untuk-Ku.”  Dari hal ini jelas menunjukkan jika seseorang menerima Kristus dengan sikap yang benar, maka sikap itu akan diwujudkan dalam hubungannya dengan sesama manusia.  Marilah kita mengoreksi diri kita, adakah kita sungguh-sungguh menerima Yesus dengan tulus hati?  Ingatlah, Yesus akan segera datang kembali, tidak lagi sebagai Seorang bayi yang lucu, tetapi kembali sebagai seorang Hakim.  Betapa ngerinya ketika Yesus datang kembali, dan Ia mengatakan, “… kamu harus masuk ke dalam siksaan yang kekal.”  Kiranya Tuhan menolong kita untuk belajar dari Yusuf untuk bagaimana menerima Yesus dengan tulus hati.  AMIN.