sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema                : Meneladani Kristus

Nats                 :  I Kor 11:1

Penulis             : Yusman Liong

Tujuan             :  Agar jemaat sebagai pengikut Kristus  dapat meneladaniNya,   

                           Kristus adalah panutan, teladan setiap orang percaya.

 

Pendahuluan :    Dalam dunia ini banyak sekali orang yang menganggap dirinya sebagai  yang terbesar, terhebat, pokoknya semua serba “ter”. Misalnya Muhammad Ali, dia pernah berkata bahwa “Akulah yang paling besar dan terhebat”, memang benar pada waktu itu dia terbesar dan terhebat. Tetapi, tahukah Saudara sekarang  bagaimana kondisinya ? Sedikitpun tidak mencerminkan dirinya adalah seorang yang terhebat dan terbesar! Muhammad Ali sekarang mengendalikan dirinyapun tidak bisa.

Tangannya terus bergoyang gemetar, jalannya menyeret kakinya.

Group musik yang terkenal pada tahun 60-70 an, yaitu the Beatle, mereka berkata kami lebih terkenal dari Yesus Kristus! Memang benar ! Saat ini sejarah mencatat bahwa mereka adalah pemusik yang sangat terkenal. Terkenal apanya ? John Lennon terkenal karena ditembak mati, yang lain terkenal mempunyai kehidupan yang tidak karu-karuan.

Lady Diana terkenal cantik, anggun, senyumnya melebihi Monalisa, katanya dia adalah guru TK yang menjadi teladan, tetapi akhir hidupnya begitu tragis, mati terbunuh, dan sangat memalukan gereja.  

Mereka memang terkenal dengan meninggalkan nama jelek, tidak ada pujian yang dapat diberikan untuk nama mereka.

Paulus berkata:”Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”

Saudara yang kekasih, ucapan Rasul Paulus ini sungguh agung, idiolanya adalah Kristus, karena itu Kristus menjadi panutannya, bukan guru besar  Gamaliel yang pernah mengajarnya,  bukan juga Imam Besar Hanas atau Kayafas. Sebab mereka tidak meninggalkan keteladanan yang patut diteladani.

Dalam beberapa terjemahan Alkitab, khususnya terjemahan lama I Kor 11:1 berbunyi : “Hendaklah kamu menurut teladanku, seperti aku pun menurut teladan Kristus”. Terjemahan bahasa sehari-hari juga memakai kata teladan. Kata ini lebih tepat dan sesuai dengan arti bahasa aslinya. Kata pengikut berarti pengiring, penganut. Tetapi kata ini tidak berarti bahwa pengiring atau penganut itu mengikuti sikap hidup atau teladan orang yang dia ikuti atau iring. Contoh, saya adalah pengikut faham Nasionalismenya Bung Karno, yang saya ikuti adalah fahamnya ( ismenya) bukan keteladanan bukan sikap hidup Bung Karno. Ketika Bung Karno datang ke Blitar saya juga mengiring perjalanannya sampai di pendopo  rumahnya.

Teladan adalah sesuatu baik ajaran maupun sikap hidup yang patut ditiru. Paulus seorang yang terpelajar,  banyak belajar dan berguru, tetapi di sini dia berkata aku menurut teladan Kristus.

Teladan apakah yang telah Kristus berikan pada Paulus atau pada gereja mula-mula?.

Kerendahan hatiNya.

Tuhan Yesus adalah Allah yang berinkarnasi menjadi manusia, ini berarti bahwa Allah yang Maha itu membatasi Diri dalam tubuh manusia yang sangat terbatas. Rasul Paulus berkata:”Yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.” Filipi 2:6,7.

Yesus mengosongkan diriNya artinya Dia tidak memakai hak keillahianNya yang ada (melekat) pada diriNya  sebagai  bagian dari diriNya. KesetaraanNya dengan Allah  tidak di pertahankanNya, sebaliknya telah mengosongkan diriNya, menjadi seperti tidak ada. Hal ini dapat kita baca dalam kesaksian ke empat injil  tentang  keteladanan Tuhan Yesus, dalam pelayanan Tuhan Yesus dapat dikatakan tidak pernah Dia pamer kuasa, atau menindas atau menghukum dengan sewenang-wenang terhadap mereka yang berdosa, tidak juga ditemukan bahwa Tuhan Yesus begitu sombong.

Pada hal semua itu dapat Dia lakukan baik secara sadar atau tidak. Tuhan Yesus sungguh-sungguh mengekang diri, membatasi diri, mengosongkan diriNya, tidak menganggap kesetaraanNya sebagai Allah harus dipertahankan. Dia datang sebagai manusia, sebagai seorang hamba. Seorang yang hanya melaksanakan perintah, seorang bawahan.  

 

ILUSTRASI : 

Yosua adalah seorang pemimpin yang sangat berhasil, dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dikatakan  dengan cepat banyak daerah telah ditaklukannya, sehingga menimbulkan ketakutan besar bagi bangsa-bangsa lain yang berada di sebelah barat sungai Yordan.

Keberhasilan  telah membuat Yoshua  lupa diri sejenak. Yaitu ketika orang-orang Gibeon datang  menyanjung-nyanjung keberhasilannya, sehingga ia merasa tidak perlu lagi meminta petunjuk Allah. Yosua 9:15. Ada kemungkinan juga Yosua berpikir bukankah  baru mempersembahkan korban dan membacakan Hukum Musa kepada bangsa Israel. Jadi tidak perlu lagi meminta petunjuk Allah. Nah apa jadinya orang yang sombong sejenak ini?

Habis-habisan Yosua dan bangsanya ditipu, dibohongi oleh orang Gibeon, Yosua lupa diri ketika disanjung, dipuji, lupa diri. Merasa tidak perlu bertanya pada Allah, Yosua sok pintar, sok jago. Orang Gibeon sebenarnya tinggal dekat dengan perkemahan mereka, tiga hari perjalanan 9:16, tetapi sekarang mau bilang apa perjanjian telah dibuat dengan bersumpah.  

Inilah akibatnya tidak merendah hati ketik berhasil.

Paulus sudah belajar kerendahan hati Tuhan Yesus, hal ini dapat kita lihat bagaimana ketika dia menghadapi orang Korintus, kiranya berguna juga bagi kita semua. Hanya Tuhan Yesus yang telah memberikan teladan,  teladan yang indah, marilah  kita belajar kerendahan hatiNya.

 

KepemimpinanNya.

Dapat dikatakan semua orang ingin menjadi pemimpin ( besar ), soal bisa atau tidak bisa memimpin orang tidak jadi masalah, yang terpenting jadi pemimpin.

Ketika Tuhan Yesus melayani, Dia hanya memilih dua belas orang sebagai rasul,  kedua belas murid ini Dia didik  dengan keteladanan diri-Nya. Ajaran-ajaran maupun perbuatan dalam pelayanan-Nya merupakan contoh soal yang nyata, segala yang Dia lakukan selalu kasih sebagai landasan. Sehingga para pengikutNya merasa aman, terlindungi, diberkati.

Pengabdian diri Tuhan Yesus demikian besar, segala yang dilakukan-Nya bukan demi diri-Nya, tetapi demi orang lain, bukan juga untuk memuaskan hobby diri-Nya, melainkan demi kepentingan orang yang Dia layani.  Baik yang sakit atau sehat tidak ada yang pernah Tuhan Yesus kecewakan, semua Dia layani dengan baik. Bahkan ada kalanya Alkitab berkata Dia lelah sampai tertidur, Dia lapar karena tidak sempat makan, Dia berjalan dari satu kota ke kota lainnya, dari desa ke desa lainnya, bukan demi ketenaran diri-Nya tetapi demi menyelamatkan umat pilihan-Nya.

Paulus melihat Kristus sebagai teladan yang patut diteladani, bukan Gamaliel, bukan juga Kayafas atau Hannas atau yang lainnya.  Sebab kepemimpinan Kristus menunjukan kasih, pembelaan kepada mereka yang lemah, mengajar bagaimana kehidupan beragama yang benar,   membimbing   umat agar hidup bersandar   kepada Allah. Dan banyak lagi.

Ilustrasi:

Ada seorang ketua komisi dalam gereja, sebenarnya kepemimpinannya  sangat baik, mengerti kebenaran Alkitab, pintar berorganisasi dalam gereja,  namun dia tidak dapat terlalu aktif dalam gereja, karena usahanya . Oleh karena itu dia selalu menyalahkan hamba Tuhan yang tidak dapat mengadakan  pemuridan, pengkaderan. Akhirnya banyak hamba Tuhan yang silih ganti keluar masuk gereja.

Orang yang demikian sebenarnya, marah pada dirinya yang tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, tetapi dia tidak dapat marah pada dirinya sendiri. Dalam dirinya selalu memberikan alasan untuk membenarkan diri.  Ketika melihat orang lain khususnya hamba Tuhan juga tidak dapat melakukan pemuridan, maka jiwanya berontak dan marah. Sebenarnya dia marah pada siapa ? Hamba Tuhan ? Bukan. Hamba Tuhan hanya kambing hitam saja. Alasan yang dia cari untuk melampiaskan kemarahan jiwanya yang lagi kesel, marah pada dirinya sendiri.

Orang yang demikian adalah pemimpin yang tidak baik.

Kita lihat contoh yang lain.

Sebagai Imam Besar pada waktu itu sebenarnya Kayafas maupun Hannas sangat disegani oleh masyarakat Yahudi, namun ketika ada perbandingan atau kalau boleh kita katakan ada saingan, ketika mereka melihat diri ternyata tidak memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin spiritual yang baik.

Tuhan Yesus muncul sebagai seorang yang demikian perhatian terhadap kaum proletar, kaum miskin, kaum pinggiran. Kaum yang tidak mendapat didikan agama Yahudi dengan baik. Kayafas dan Hannas marah, kesel, karena kemapanannya yang tidak rohani tergugat oleh kehadiran Tuhan Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus  membuka kedok mereka berdua, jubah keimaman yang menutupi diri seperti tersingkap.

Nah, sekarang harus bagaimana ? Mereka tahu kelemahan dirinya. Kalau mau memarahi diri yang tidak mendekatkan diri pada umat  ‘kan tidak mungkin, yah, sudah, Tuhan Yesus saja yang dijadikan kambing hitam. Rekayasa pun dibuat agar dapat membunuh Dia. Apakah benar tindakan mereka sebagai  pemimpin  rohani ?  Mereka berdua ini hanya tahu memanfaatkan kedudukan, kekuasaan dan fasilitas yang diberikan kepada mereka sebagai Imam Besar. Mereka sebenarnya adalah pemimpin yang sangat tersesat, tidak memimpin umat ke perkara rohani, tetapi masuk keperkara kriminal yaitu membunuh.         

Kepemimpinan Tuhan Yesus adalah kepemimpinan yang penuh kasih, pemimpin yang tahu apa yang mau dicapai (yaitu keselamatan umat manusia), yang tahu jalan menuju kesana (yaitu untuk tercapainya keselamatan), arah dan tujuan yang ingin dicapai dapat Dia sampaikan pada para pengikutNya.

 

KehidupanNya.

Sekalipun hanya 33 setengah tahun Tuhan Yesus hidup dalam dunia ini namun apa yang telah dilakukanNya dalam kehidupan ini sungguh luar biasa. Mungkin kita juga akan sama seperti kebanyakan orang berkata bahwa usia 33 setengah tahun terlalu  pendek, memang benar jika dibandingkan dengan usia Adam, atau Nuh, namun yang terpenting bukan panjang atau pendeknya usia tetapi makna yang telah dinyatakan. Apa gunanya usia yang panjang tetapi tidak bermakna, hanya menyusahkan orang .

Tuhan Yesus hidup dalam dunia ini dapat dikatakan pendek, tetapi apa yang telah dilakukan-Nya sungguh luar biasa sekali, yaitu memberikan keselamatan untuk umat manusia. Jadi bukan panjang atau pendek usia yang menentukan,  yang terpenting adalah apa yang telah kita isi dalam kehidupan ini. Hal  yang paling berarti atau bermakna dalam kehidupan ini adalah kita harus menjadi makna bagi kehidupan diri atau kehidupan orang lain, sebab itulah panggilan Tuhan kepada kita.

Dalam hal ini Tuhan Yesus telah menjadi teladan bagi kita semua, Markus 10:45 “Karena Anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Lukas 19:10.

Dua ayat tersebut dengan jelas menyatakan bahwa kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia ini mempunyai maksud dan tujuan yang pasti. Pertama, Tuhan Yesus datang untuk melayani bukan dilayani, kedua, memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan banyak orang. Ke tiga, datang mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Karena itu  Tuhan Yesus tidak berkeberatan atau mengeluh ketika harus berjalan berkeliling ke semua kota dan  desa, karena memang itulah tujuannya datang kedalam dunia ini, maka ketika Ia bertemu dan melihat orang banyak yang lelah dalam jiwa mereka  dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Tuhan Yesus segera melayani mereka; yang sakit Ia sembuhkan, yang lemah Ia kuatkan. Matius 9:35-38.

Tuhan Yesus berjalan berkeliling ke semua kota dan desa untuk mencari dan menemukan mereka yang hilang. Karena Dia ingin menyelamatkan mereka, inilah tujuan yang luhur.

Seluruh PB menulis kehidupan dan ajaran-Nya, tidak ada ayat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus menuntut penghormatan, kedudukan, uang jasa pelayanan-Nya. Bahkan nyawapun Ia rela berikan demi tercapainya maksud dan tujuan Allah dalam kehidupan-Nya.

Ilustrasi:

Haman ketika mendapatkan kehormatan dari Raja Ahasweros, langsung lupa diri, diperintahkannya agar orang Yahudi dimusnahkan saja sebab Modekhai ketika ketemu dia tidak memberikan hormat. Ini sangat berbeda dengan Bapak Almarhum Adam Malik bekas Wakil Presiden, ketika menjadi wakil presiden, beliau masih sering makan sea food khususnya kerang di jalan Pecenongan Jakarta. Apakah kurang tinggi kedudukannya pada waktu itu ? Orang kedua paling berkuasa dalam republik ini, tetapi hobby makannya di pinggir jalan tetap ia lakukan.

Bagaimanakah kehidupan kita ? Tuhan Yesus telah memberikan teladan bagi kita biarlah kita meneladani-Nya. Tuhan mau agar kita berguna bagi Kerajaan-Nya, bagi kemuliaan-Nya. 

Penutup.

Bagaimanakah kehidupan kita ?

Apakah baru menjadi seorang pengurus  lalu lupa diri ?

Apa tujuan panggilan yang Allah berikan pada kita ?

Marilah kita belajar dari Tuhan Yesus.

                                                                                   AMIN.