| |
|
Tema : IMAN YANG SEJATI Nama : Winanti Krisanisdyastika Nats : Kejadian 12:1-9 Tujuan : Agar jemaat termotivasi untuk mengerti unsur apa saja yang ada dalam iman yang sejati sehingga dapat memiliki iman yang sejati dalam hidupnya sebagai orang Kristen.
Pendahuluan Saudara, Hudson Taylor adalah seorang pelopor pekabaran Injil di daratan Tiongkok. Seorang yang berani datang ke suatu daerah yang sama sekali asing baginya. Ia menempuh perjalanan yang panjang di tengah laut dengan sebuah kapal yang kecil dan hampir tenggelam karena badai. Tak seorang pun yang menyambutnya ketika ia sampai ke daratan Tiongkok, karena tak seorang pun yang ia kenal. Malah dia disambut oleh peperangan antar suku yang seringkali terjadi di Tiongkok. Dengan hanya berbekal sepucuk surat dari lembaga yang mengutusnya ia menemui petugas perwakilan dari lembaga tersebut. Waktu-waktu selanjutnya bukanlah hal yang mudah untuk dilaluinya. Kesulitan dan penderitaan menjadi bagian dari hari-harinya. Tapi apakah semuanya itu membuatnya menyerah dan mundur? Tidak! Justru ia semakin giat untuk melakukan pelayanannya dan pekerjaan Tuhan. Iman yang telah membuat Hudson bertahan dan tidak mundur sedikitpun dari jalan yang telah ditempuhnya. Iman kepada Allah yang membuatnya tidak putus asa dan menyerah. Iman yang sejati kepada Allah yang mendorongnya untuk mampu terus berjalan walau kesulitan sebesar apapun yang dihadapinya. Saudara, kita sebagai orang Kristen juga harus memiliki iman yang sejati kepada Allah. Dalam iman yang sejati terdapat unsur apa saja yang harus kita miliki? Dari pembacaan/perikop hari ini kita dapat pelajari ada dua unsur yang menjadi bagian dalam iman yang sejati kepada Allah yang harus kita miliki.
Percaya sepenuhnya kepada Allah Saudara yang kekasih, Abraham dipanggil ketika masih tinggal di Ur-Kasdim. Ur-Kasdim adalah kota yang sudah tua pada zaman Abraham. Namun menurut para arkheolog yang menemukan reruntuhan kota Ur-Kasdim menyatakan bahwa Ur adalah kota yang kaya dan memiliki budaya yang tinggi. Orang-orang yang ada di kota Ur-Kasdim menyembah dewa Bulan dan mereka belum mengenal Allah yang benar. Demikian juga dengan Abraham pada waktu masih tinggal di lingkungan orang-orang yang tidak menyembah kepada Allah dan hampir dapat dipastikan bahwa nenek moyang Abraham juga menyembah pada dewa Bulan. Saudara yang kekasih, dari Kej. 11:31-32 dapat kita ketahui bahwa Terah membawa anaknya yaitu Abraham dan keluarganya yang lain meninggalkan Ur-Kasdim. Dari ayat-ayat ini dapat kita ketahui pula, bahwa Terah tidak pernah mendengarkan panggilan Allah seperti yang terjadi pada Abraham. Setelah Terah meninggalkan Ur, sampailah mereka di Haran Mesopotamia, setelah menetap beberapa waktu lamanya Terah meninggal, dapat dikatakan Terah tidak pernah masuk ke tanah Kanaan. Saudara yang kekasih, ketika Allah memanggil Abraham untuk segera pergi dari negerinya, dari sanak saudaranya, dari rumah bapanya, Abraham sudah sekian lama diam di Haran, hidup bersama-sama dengan ayahnya dan keluarganya yang lain. Dan sepertinya Abraham sudah semakin enggan untuk meninggalkan lingkungannya karena dia sudah merasa nyaman disitu. Namun apa yang menjadi keinginan manusia tidaklah sama dengan apa yang menjadi kehendak Allah. Di tengah-tengah kenikmatan kehidupannya bersama dengan keluarga, dengan tiba-tiba Abraham menerima perintah dan panggilan dari Allah. Saudara, Allah berfirman kepada Abraham ay. 1, hal ini menunjukkan bahwa Allah yang mempunyai inisiatif untuk memanggil Abraham. Tidak ada sesuatu apapun dalam diri Abraham atau apa pun yang dilakukan Abraham yang mempengaruhi keputusan Allah untuk memanggilnya. Pemanggilan Allah atas Abraham semata-mata adalah kehendak Allah dan inisiatif penuh dari Allah. Firman Allah kepada Abraham juga diartikan bahwa Allah menyapa Abraham secara pribadi sebagai suatu pribadi yang bebas dan bertanggung jawab hanya kepada Allah. Hanya kepada Abraham, Allah menyampaikan firman-Nya dan perjanjian-Nya, bukan kepada orang lain atau semua bangsa. Pemanggilan Allah ini sangat bersifat khusus dan pribadi sesuai dengan kehendak Allah. Saudara yang kekasih, pemanggilan Abraham ini sangat berkait erat dengan peristiwa yang terjadi dalam Kej. 11:1-9, tentang menara Babel. Karena kesombongan manusia yang seolah-olah ingin menyamai Allah dan tidak membutuhkan Allah, maka Allah mengacaukan bahasa mereka dan diserakkannya mereka sampai ke seluruh bumi. Namun Allah tidak membiarkan keadaan terus demikian. Oleh karena itulah Allah memanggil satu orang keluar dari kekacauan itu. Allah telah memilih Abraham untuk menjadi alat di tangan-Nya ditengah-tengah kekacauan dunia pada saat itu untuk menggenapi rencana-Nya. Saudara yang kekasih, dalam Kej. 12:3, kita dapat melihat apa yang ingin Allah lakukan pada diri Abraham, apa yang menjadi janji Allah kepada Abraham. Abraham menerima janji itu ditengah-tengah ketidakmengertiannya. Namun dia memutuskan untuk percaya kepada Allah, meskipun secara akal sangat sulit untuk menerima. Panggilan yang disertai janji itu telah membuat Abraham percaya dan menuruti kehendak Allah. Dari ayat 2,3, kita ketahui ada beberapa janji yang diberikan Allah kepada Abraham. Allah akan menjadikan Abram suatu bangsa yang besar. Saudara yang kekasih, bagaimana Abraham dapat mengerti janji Allah yang seperti ini? Karena Abraham tahu bahwa Sarai istrinya mandul, dan tidak mungkin untuk memperoleh seorang anakpun. Bagaimana mungkin ia dapat menjadi suatu bangsa yang besar kalau dia tidak mempunyai keturunan. Janji Allah ini pasti telah membuatnya banyak pertanyaan dalam benak dan hati Abraham. Namun demikian tidak satu patah kata pun yang keluar dari mulut Abraham untuk membantah dan bertanya kepada Allah. Selanjutnya Allah juga berjanji untuk membuat nama Abraham menjadi masyhur. Abraham akan menjadi orang yang sangat ternama dan berpengaruh kepada banyak orang. Abraham akan menjadi seorang tokoh ditiru oleh banyak bangsa. Saudara yang kekasih, janji ini berkaitan erat dengan janji yang akan diberikan Allah selanjutnya, yaitu Abraham akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Allah akan memberkati orang yang memberkati dia dan mengutuk orang yang mengutuk dia. Sungguh betapa besar dan ajaibnya janji Allah itu. Janji Allah sungguh melampaui akal pikiran manusia. Janji Allah menjadi anugerah yang agung bagi orang yang berdosa. Ditengah-tengah kekacauan dunia pada saat itu Allah menjanjikan sesuatu yang luar biasa kepada seorang Abraham. Saudara yang kekasih, bila di kaji dan kita renungkan dengan sungguh-sungguh kejadian itu, sepertinya sulit sekali bagi kita untuk mengerti Abraham. Bagaimana bisa Abraham begitu percaya kepada Allah dan tidak ragu sedikitpun akan janji Allah. Padahal Abraham tidak tahu kapan Allah akan memenuhi janji-Nya itu. Abraham begitu percaya kepada pribadi Allah yang telah berfirman kepadanya, yang telah memberikan perintah dan janji kepadanya. Itulah iman Abraham. Percaya yang muncul dari iman yang sejati dalam diri Abraham. Sekalipun dia tidak tahu kapan janji itu akan digenapi Allah. Sekalipun dalam dirinya tidak bisa mengerti pada janji Allah itu sendiri. Sekalipun dalam hatinya penuh dengan tanda tanya yang besar namun dia percaya. Percaya kepada Allah yang telah memanggilnya keluar dari segala kekacauan pada saat itu. Percaya bahwa Allah yang telah memilihnya itu tidak akan pernah mengingkari janji-Nya. Abraham memandang Allah sebagai yang berkuasa atas hidupnya dan hidup seluruh bumi ini. Allah yang sanggup melakukan perkara apapun. Tidak ada keraguan sedikit pun dalam hati Abraham pada janji Allah itu. Dan benar saudara, janji yang diberikan Allah kepada Abraham satu persatu digenapi. Perjalanan sejarah yang panjang telah membuktikan tidak satu pun janji Allah yang tidak tergenapi. Mulai dari PL sampai PB dapat kita lihat pemenuhan janji Allah. Keturunan Abraham telah menjadi bangsa yang besar, bangsa Israel menjadi umat pilihan Allah dan yang mewarisi perjanjian Allah dengan Abraham. Bangsa Israel menjadi berkat bagi banyak bangsa yang tidak mengenal Allah meskipun pada kenyataannya bangsa ini memberontak kepada Allah. Namun janji Allah tidak akan terhenti karena dosa pemberontakan bangsa Israel. Puncak penggenapan janji Allah ini ada pada diri Yesus Kristus yang datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Itulah berkat terbesar yang diberikan Allah kepada manusia. Suatu anugerah yang termulia yang membuktikan kasih Allah yang besar kepada umat manusia. Saudara yang kekasih, semua janji khusus dari Allah kepada Abraham telah digenapi. Namun janji secara umum yang Allah berikan kepada seluruh umat manusia akan terus digenapi. Janji penyertaan Tuhan tidak akan pernah berhenti, kasih setia Tuhan akan tetap sampai selamanya. Allah yang Abraham percaya sama dengan Allah yang kita percaya pada ini. Allah yang menyertai bangsa Israel dalam sejarah yang panjang juga akan menyertai kita Israel baru, umat pilihan Allah. Kekuatan dan pertolongan yang Allah berikan kepada para nabi, para rasul dan tokoh-tokoh iman dalam sepanjang sejarah yang ada akan terus dinyatakan kepada kita sampai selamanya.
Ilustrasi: Saudara, John Newton pencipta lagu Amazing Grace mengakui bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang dapat dipercaya. Pada saat ia mengalami suatu peristiwa yang sangat memedihkan hatinya ia memutuskan untuk mempercayai Allah. Istri yang sangat dicintainya perlahan-lahan tubuhnya mulai melemah karena digrogoti penyakit kanker. Selama berbulan-bulan John Newton menyaksikan penderitaan istrinya melawan penyakit itu. Setiap kali melihat istrinya yang kesakitan seperti itu hatinya semakin teriris dan sakit. Disela-sela ia menunggui istrinya ia harus tetap melakukan pelayanan. Secara fisik dan hati ia merasa sangat lelah, dan membuatnya hampir menyerah. Dan ketika ia mondar-mandir di kamar sambil memanjatkan doa yang tak putus-putusnya, secara tiba-tiba timbul suatu pikiran dalam benaknya dengan dorongan yang luar biasa kuatnya, yang menyatakan demikian: “Janji Allah pasti benar. Tentunya Allah akan menolong saya jika saya bersedia untuk ditolong.” Dan malam itu juga John Newton menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah untuk ditolong oleh Allah. Dan Newton ditolong secara menakjubkan. Dia berhasil melalui hari-harinya dengan segala tugas pelayananya dengan baik. Dan ia malah berkhotbah pada upacara penguburan istrinya. Dengan lagu Amazing Grace, John Newton mengungkapkan suatu pengakuan kepada Allah bahwa anugrah dan janji Allah sungguh ajaib dan sangat menakjubkan. Saudara yang kekasih, Allah yang Abraham sembah dan kita sembah adalah Allah yang tidak pernah berubah. Janji-janji-Nya yang ajaib selalu ada untuk kita. Saudara, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kita dapat percaya kepada Allah seperti Abraham percaya kepada Allah? Percaya sebagai wujud iman kita yang sejati kepada Allah. Aplikasi: Saudara, mungkin bila kita dalam keadaan bahagia dan senang kita dapat berkata, “Ooh, jelas saya sangat percaya kepada Allah karena Allah memberikan kebahagiaan kepadaku.” Tapi bagaimana kalau kita mengalami hal yang sebaliknya. Apakah kita masih bisa percaya kepada Allah bila kita dalam keadaan yang menderita? Mungkin kita mengalami masalah dalam rumah tangga kita. Atau mungkin dalam pekerjaan kita, karier kita maupun usaha kita. Saudara, ketika krismon yang lalu baru mulai dan kerusuhan terjadi dimana-mana. Banyak perusahaan yang jatuh bangkrut, banyak orang kaya yang tiba-tiba jatuh miskin. Banyak diantara mereka yang pergi ke dukun, pergi ke paranormal, atau bahkan mereka yang tidak kuat telah melakukan bunuh diri. Banyak mereka yang stress, depresi, lari ke obat-obatan terlarang yang tidak menolong mereka malah menjerumuskan mereka. Atau kita yang mungkin banyak uang dan harta lebih percaya kepada semua kekayaan itu, yang mungkin kita anggap dengan kekayaan saya sanggup melakukan apa saja yang aku mau. Saudara yang kekasih, adakah kita seperti itu? Ataukah kita masih percaya kepada Allah yang sanggup menolong kita dalam keadaan apapun. Allah yang memberikan kekuatan kepada kita dan tidak pernah membiarkan kita sendiri. Jawabannya ada pada saudara sekalian.
Ketaatan mutlak kepada Allah. Saudara, kepercayaan Abraham menimbulkan ketaatan yang mutlak kepada Allah. Ketaatan yang tidak dilandasi syarat atau permintaan apapun dari Abraham kepada Allah. Saudara, mari kita lihat perintah apa yang ditaati oleh Abraham. “ Pergilah dari negerimu…”. Hal ini berarti bahwa Allah menginginkan Abraham untuk meninggalkan, memisahkan diri, mengasingkan diri dari segala sesuatu yang dahulu mengikatnya. Dari negerimu berarti Abraham diperintahkan untuk pergi meninggalkan tanah kelahirannya, lingkungan yang erat mengikatnya. Dari negerimu, adalah tempat dimana kita dilahirkan dan suatu lingkungan yang mempunyai pengaruh besar dalam hidup seseorang. Dan jika kita diminta untuk meninggalkannya tentu tidaklah mudah. Abraham juga diperintahkan Allah untuk meninggalkan sanak saudaranya. Saudara, kita tahu bahwa sanak saudara mempunyai hubungan yang erat sekali karena adanya pertalian darah. Seandainya kita pergi meninggalkan sanak saudara kita pasti suatu saat nanti kita akan dapat kembali dan hubungan kita tidak akan terputus karenanya. Tapi disini Allah menginginkan Abraham untuk melepaskan diri dari ikatan itu. Dalam arti Abraham harus lebih mentaati Allah daripada mentaati hubungan darah. Perintah selanjutnya Abraham harus meninggalkan rumah bapanya. Rumah bapa itu berarti sebuah lingkungan rumah tangga, dimana seseorang itu tumbuh dan berkembang didalamnya. Karakternya dapat dibentuk dan dibina dalam rumah tangga orang tuanya. Keluarga mempunyai pengaruh yang paling kuat bagi diri seseorang. Dan Abraham harus meninggalkan semua itu walaupun pada kenyataannya bapanya sendiri telah meninggal. Saudara yang kekasih, dapat disimpulkan bahwa Abraham harus meninggalkan, memisahkan diri dari ikatan-ikatan yang tertinggi dan agung bagi setiap manusia yang disebabkan oleh kelahirannya. Kehidupan Abraham selanjutnya tidaklah lagi ditentukan oleh asal usulnya. Tidak ditentukan lagi oleh masyarakat dan golongannya. Melainkan semata-mata oleh firman dan perintah Allah. Dia harus melupakan semua apa yang dibelakangnya dan tidak menoleh lagi ke belakang. Saudara, hal ini tentu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Memerlukan pengorbanan yang besar terutama perasaan. Kalau kita yang diperhadapkan pada situasi yang demikian apakah kita akan dapat melakukannya? Namun Abraham dapat melakukannya, itulah wujud iman yang sejati dari Abraham kepada Allah. Saudara yang kekasih, perintah untuk pergi menuju suatu tempat yang tidak diketahuinya sama sekali, yang masih tersembunyi yang diberikan Allah kepada Abraham menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk diterima akal. Abraham tidak diberitahukan oleh Allah secara spesifik, namanya pun tidak disebut oleh Allah. Saudara, seperti cerita seorang tuan yang menyuruh pembantunya untuk pergi ke toko dan tidak memberitahukan apa yang harus dibeli. Tentu saja hal ini sangat tidak masuk akal. Saudara, mungkin sangat sulit bagi kita untuk memahami apalagi untuk melakukannya. Namun sekali lagi itulah iman, iman yang sejati melalui suatu ketaatan mutlak atas apa yang diperintahkan Allah . Abraham taat untuk melakukannya, tidak ada satu kata pun yang kita temui dari catatan Alkitab, bahwa Abraham mengajukan suatu pertanyaan kepada Allah. Atau mengajukan keberatannya kepada Allah. Tidak ada sama sekali. Mungkin di dalam hati Abraham muncul banyak pertanyaan karena ketidakmengertiannya. Sekali lagi itulah iman, suatu ketaatan di dalam ketidakmengertian manusia akan kehendak Allah. Ilustrasi: Saudara, cerita dalam Alkitab banyak sekali yang mengisahkan tokoh-tokoh yang taat kepada perintah Allah. Musa yang merasa dirinya lemah, namun ia taat untuk memimpin bangsa Israel yang tegar tengkuk itu keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan. Dengan iman Musa melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Yosua yang menggantikan Musa, dengan iman ia memimpin bangsa Israel untuk mengelilingi tambok Yerikho sampai akhirnya tembok itu runtuh. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang membuktikan imannya dengan ketaatan yang mutlak kepada Allah. Aplikasi Saudara yang kekasih, kalau Abraham mempunyai iman yang sedemikian besar yang ditunjukkannya melalui ketaatannya kepada Allah dalam ketidakmengertiannya, bagaimana dengan kita? Sudahkah kita taat kepada Allah, kepada perintah Allah dalam firman-Nya. Saudara, bila dalam hidup kita diperhadapkan pada sesuatu yang tidak kita mengerti sama sekali, apakah kita masih dapat taat kepada Allah. Dalam hidup kita sehari-hari apakah kita sudah sesuai dengan apa yang Allah kehendaki? Apakah kita sudah hidup sesuai firman Tuhan? Memang tidak mudah bagi kita untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Allah. Terkadang sulit bagi kita untuk melakukan perintah Allah yang seringkali tidak sesuai dengan keinginan kita. Namun satu hal yang harus kita sadari dan kita pahami bahwa kehendak Tuhan adalah yang terbaik bagi kita. Keinginan seringkali justru menjerumuskan. Tapi bila kita mentaati kehendak Allah maka pasti tidak akan terjerumus bahkan kita akan diselamatkan.
Penutup Saudara, sudahkah dalam hidup kita sebagai orang Kristen kita memiliki iman yang sejati kepada Allah? Yaitu percaya dan taat kepada Allah. Seperti Abraham yang dengan imannya ia meresponi panggilan Allah terhadap dirinya. Karena percaya dan ketaatannya kepada Allah, Abraham mau melakukan apa yang Allah kehendaki. Saudara, saya akan menutup khotbah ini dengan satu kutipan yang berbunyi demikian “Iman kepada Allah adalah seperti percaya seseorang dapat berjalan diatas seutas tali yang melintasi air terjun Niagara, sambil mendorong sebuah kereta dorong. Percaya kepada Allah adalah seperti masuk ke dalam kereta dorong itu. Percaya Allah dapat melakukan sesuatu yang ajaib adalah satu hal, dan ketaatan melakukan kehendak-Nya dalam kehidupan kita adalah hal yang lain.” Ini berarti bahwa iman adalah percaya sepenuhnya kepada Allah dan ketaatan mutlak kepada Allah. Dua unsur yang harus menjadi bagian dalam iman yang sejati yang harus kita miliki. A M I N.
|