| |
Tema : HIDUP ORANG KRISTEN Nats : Kisah Para Rasul 11:19-30 Penulis : Heren Tujuan : Agar jemaat memahami liku-liku kehidupan sebagai pengikut Kristus dan mau belajar taat pada pimpinan dan kehendak Allah dalam hidupnya.
Pendahuluan Saudara-saudara, sejak dahulu hingga sekarang manusia selalu mencari kehidupan yang lebih baik dan lebih nyaman. Sebagai contoh, orang baru mau meninggalkan pekerjaannya yang lama dan masuk ke dalam pekerjaan yang baru jika pekerjaan yang baru itu dianggap lebih baik atau lebih menjamin. Sama dengan orang yang sudah punya rumah, ia akan bersedia pindah ke rumah yang baru hanya jika rumah itu memang lebih baik, lebih nyaman, dan lebih menyenangkan. Demikian pula dengan orang yang masuk ke dalam kehidupan baru, yaitu menjadi orang Kristen, di samping berharap memperoleh berkat utama yang berupa keselamatan jiwa atau hidup yang kekal, tentunya ada juga harapan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dan lebih menyenangkan, dan harus kita akui bahwa harapan ini ternyata bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang baru menjadi Kristen, tetapi juga dimiliki oleh hampir semua orang Kristen, baru maupun lama. Kalau boleh jujur pada diri kita sendiri, saya percaya sebenarnya kita semua sangat berharap setelah ikut Kristus kita tidak perlu menderita lagi, kita juga berharap tidak menemui benturan karena perbedaan dengan saudara-saudara seiman, dan tidak perlu mengahadapi perubahan yang membuat kita pontang-panting. Tapi kenyataan tidak berkata demikian, ternyata menjadi Kristen tidak identik dengan kesenangan dan kehidupan yang lancar. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen? Dari perikop yang baru kita baca, kita akan belajar bahwa : 1. Hidup sebagai orang Kristen bukan berarti tidak ada kesukaran/kesulitan tapi kesukaran itu dipakai Allah untuk mencapai tujuan-Nya. (ayat 19) Penjelasan Saudara-saudara, setelah penganiayaan terjadi terhadap Stefanus dan berhasil membunuhnya, maka sejak saat itu mulailah penganiayaan besar-besaran terhadap orang-orang Kristen oleh orang-orang Yahudi. Semua orang yang diketahui identitasnya sebagai pengikut Kristus dikejar, dianiaya, dipenjara, bahkan dibunuh. Orang-orang Yahudi pada saat itu begitu berkobar-kobar semangatnya untuk menganiaya pengikut-pengikut Kristus sehingga mau tidak mau orang-orang Kristen harus terpencar dan terpisah, lari ke luar Yerusalem sehingga yang tertinggal di Yerusalem hanya para rasul (Kis 8:1b). Saat itu merupakan masa-masa yang begitu sukar dan menegangkan, di tengah- tengah kesukaran itu orang Kristen yang dikejar-kejar dan dianiaya dapat dipastikan berseru pada Tuhan, berdoa memohon agar Tuhan menolong mereka keluar dari kesengsaraan tersebut. Namun penganiayaan terus berlangsung, bukan hanya dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tetapi jauh lebih panjang waktunya. Dan selama masa-masa penuh ketakutan bahkan kesedihan akibat penganiayaan tersebut, mereka tetap berdoa. Tetapi apa jawaban Tuhan? Alkitab tidak mengatakan Allah menghentikan penganiayaan di Yerusalem, Alkitab juga tidak bercerita tentang Tuhan menyatakan kuasaNya menghukum orang-orang yang menganiayaan orang Kristen, selain tentang Saulus yang kemudian bertobat. Akan tetapi Alkitab berkata penganiayaan tersebut terus berlangsung sampai semua (8:1), kecuali para rasul, harus meninggalkan Yerusalem dan tersebar di mana-mana, tidak lagi dalam satu kumpulan seperti dahulu. Kejamkah Allah karena tidak menjawab doa mereka? Tidak perdulikah Allah akan penderitaan mereka? Allah perduli, bahkan sangat perduli kepada seluruh kehidupan orang-orang Kristen tersebut, oleh sebab itu Allah menolong mereka keluar dari Yerusalem dan tinggal tersebar di mana-mana. Tujuan Allah membawa mereka keluar dari Yerusalem bukan sekedar membebaskan mereka dari penganiayaan, tapi memberikan kehidupan yang lebih berarti, kehidupan yang punya arah, yaitu menginjili orang-orang yang belum percaya. Dan kenyataannya kehidupan pengungsi ini menjadi jauh lebih bergairah karena mereka mendapati banyak orang yang menjadi percaya oleh kesaksian mereka tentang Kristus. Ada sukacita besar ketika mereka bisa membawa orang lain percaya pada Yesus. Penganiayaan rupanya telah membuat mereka makin kuat dalam iman dan makin dewasa karena mereka mulai menyadari bahwa banyak orang juga sangat membutuhkan Kristus sehingga tanpa ragu mereka bersaksi tentang Kristus. Dan penganiayaan membawa mereka menghasilkan buah, inilah tujuan Allah yang dicapai lewat penderitaan mereka. Aplikasi Saudara-saudara, tujuan ini juga yang Allah harapkan untuk kita capai, yaitu menjadi dewasa dan berbuah, membagikan berkat keselamatan bagi banyak orang melalui kesukaran dan penderitaan kita. Allah mengizinkan kesukaran terjadi bukan supaya hati kita menjadi pahit, penuh kemarahan dan kekecewaan. Allah ingin menjadikan kesukaran tersebut sebagai sarana latihan iman, agar makin kuat. Namun pilihan itu tetap kembali kepada diri kita masing-masing: memandang secara negatif terhadap kesukaran hidup sehingga hidup kita jadi pahit, atau memandang pada Allah dengan segala tujuan baik-Nya hingga hidup menjadi berbuah, indah, dan bergairah.
2. Hidup orang Kristen bukan tanpa perbedaan, tetapi perbedaan dipakai Allah untuk kesempurnaan karya-Nya. (ayat 19b-21) Penjelasan Saudara-saudara, tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang sama persis sifat, minat ataupun kemampuannya. Selalu ada perbedaan. Jadi perbedaan itu normal adanya. Akan tetapi perbedaan tetap tidak disukai, perbedaan sering menimbulkan ketegangan, dan perbedaan itu dihindari, bahkan kalau bisa dipertanggung-jawabkan. Itu sebabnya pada bagian awal pasal 11 ini (ayat 1-18) diceritakan bahwa Petrus mempertanggung jawabkan baptisan Kornelius, seorang perwira pasukan Italia yang bukan Yahudi. Orang-orang Kristen Yahudi berselisih dan tidak setuju jika Petrus masuk kerumah orang-orang yang bukan Yahudi (orang yang tidak bersunat), mereka juga tidak suka jika Petrus makan bersama dengan orang-orang kafir, apalagi membaptis Kornelius seorang perwira kafir. Perbuatan ini sama sekali berbeda demgan kebiasaan mereka dan dengan hukum Taurat. Akan tetapi Petrus mampu mempertanggung-jawabkan perbuatannya yang berbeda dan ini bisa diterima orang Kristen Yahudi, karena memang Roh Kudus yang menyuruh Petrus melakukan hal yang berbeda ini, yaitu memberitakan Kristus pada bangsa-bangsa lain juga. Dan kejadian tersebut menjadi pendorong bagi orang-orang Kristen untuk memberitakan Injil pada bangsa-bangsa lain. Akan tetapi tidak semua orang Kristen mau melakukan pekabaran injil pada bangsa lain. Ayat 19 mencatat tentang orang-orang Kristen pergi keberbagai daerah memberitakan Injil hanya pada orang-orang Yahudi saja. Sementara ayat 20 mencatat beberapa orang Kristen Siprus dan Kirene mengabarkan Injil kepada orang-orang Yunanai, dan dikatakan tangan Tuhan menyertai mereka. Dari sini kita melihat ada perbedaan, ada yang hanya menginjili orang Yahudi dan ada yang bisa serta senang menginjili orang non-Yahudi. Namun dalam perbedaan itu Tuhan memakai mereka sehingga pengorbanan Kristus di atas kayu salib tersebar ke segala bangsa. Jenis pelayanan yang berbeda ini ternyata menghasilkan jemaat yang baru, yaitu jemaat non-Yahudi yang berbahasa Yunani, untuk jemaat seperti ini Barnabas diutus melayani dan menggembalakan mereka. Barnabas adalah seorang pemimpin yang punya karunia menasehati, menghibur, serta meyakinkan orang lain untuk percaya dan makin kuat beriman kepada Kristus, dan ia juga memiliki karakter yang baik. Akan tetapi Barnabas sadar bahwa ia manusia yang terbatas, ia butuh orang yang punya karunia yang berbeda dengan dirinya, yaitu orang yang dapat dan kuat dalam penyampaian Injil, juga, yang bisa mengatur organisasi bagi jemaat baru tersebut, yang terlatih dalam pendidikan yang tinggi untuk bisa berdiskusi dengan orang-orang Yunani yang rata-rata pandai berfilsafat, dan orang seperti itu adalah Paulus. Oleh sebab itu Barnabas menjemput Paulus dan membawanya ke Antiokhia untuk sama-sama menggembalakan jemaat di sana. Barnabas menerima perbedaan yang ada untuk kesempurnaan karya Allah, agar jemaat makin bertumbuh dan terarah. Aplikasi Saudara-saudara, dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen kita pun menemukan banyak perbedaan di antara saudara-saudara kita seiman. Tapi alangkah indahnya jika kita sama-sama melihat perbedaan-perbedaan tersebut dalam sisi positif, bahwa Allah memakai perbedaan untuk kesempurnaan karya-Nya. Perbedaan bisa menimbulkan luka jika kita memaksakan diri agar semua menjadi sama seperti kita, atau sebaliknya memaksa diri menjadi sama dengan orang lain. Sebenarnya Saudara, perbedaan dapat menimbulkan sukacita jika kita memandang pada cara kerja allah memakai orang-orang yang berbeda untuk kesempurnaan karya-Nya.
3, Hidup orang Kristen bukan tanpa perubahan tapi perubahan diizinkan terjadi agar orang Kristen terus bertumbuh. (ayat 28-29).
Saudara-saudara, selain perbedaan, hal yang juga tidak disukai adalah adanya perubahan, apalagi jika perubahan itu mengarah kepada kondisi yang sepertinya memburuk. Tapi perubahan adalah bagian dari kehidupan nyata orang Kristen dan perubahan itu memang harus dihadapi. Bagi jemaat mula-mula, perubahan yang mereka hadapi adalah sebuah tantangan bahaya kelaparan di seluruh dunia. Dan Allah mengutus nabi Agabus untuk menubuatkan tantangan baru ini sebelum benar-benar terjadi. Dalam hal ini tentu Allah ingin anak-anak-Nya itu mulai bersiap-siap dengan perubahan dan mengambil bagian atau peranannya masing-masing. Dan Saudara tahu apa tanggapan orang-orang Kristen di Antiokhia terhadap perubahan yang akan terjadi? Mereka memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan sesuai dengan kemampuan masing-masing dan mengirimkannya kepada saudara-saudara yang diam di Yudea. Mereka tahu saudara-saudara di Yudea ini lebih membutuhkan bantuan. Ternyata tantangan perubahan ini membuka wawasan pelayanan jemaat Antiokhia menjadi lebih luas. Perubahan mendidik mereka untuk makin cepat tanggap dan cekatan menangani kebutuhan yang timbul. Mereka secara spontan dan rela mengumpulkan sumbangan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dari sini kita melihat jemaat Antiokhia bertumbuh menjadi jemaat yang murah hati dan peka. Mereka tidak mengeluh terhadap perubahan, tapi menghadapinya, mereka juga tidak larut dalam perubahan, tapi mengatasinya. Allah mengizinkan perubahan terjadi agar orang Kristen terus bertumbuh.
Ilustrasi Ada sepasang suami istri yang memiliki tiga anak. Walaupun keluarga ini adalah keluarga Kristen, namun hanya istri dan anak pertama keluarga ini saja yang melayani Tuhan, sementara suaminya sibuk berbisnis dan mendorong mereka melayani. Pada suatu hari keluarga ini mengalami sesuatu yang mengejutkan, anak pertama yang dibanggakan dan diharapkan untuk bisa menjadi pelayan Tuhan dalam keluarga tersebut mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Keluarga ini merasa begitu kehilangan, impian mereka agar anak pertama bisa menjadi kebanggaan sebagai orang yang melayani tidak bisa terwujud. Sebuah perubahan tengah terjadi dalam keluarga ini, mereka kehilangan tawa ceria anak pertama mereka dan tidak bisa lagi memiliki pengharapan terhadapnya seperti dulu. Hal ini sempat membuat keluarga ini bertanya tentang kebaikan Tuhan, tetapi tidak terlalu lama mereka larut dalam kesedihan, sebab memang Tuhan itu baik, seluruh keluarga tetap menyatakan pengakuannya bahwa Allah tetap baik dan tidak berubah kasih setia-Nya. Mereka menyatakan bahwa Allah mendidik mereka lewat kehilangan anak tersebut, agar mereka makin mengasihi Tuhan. Sejak saat itu bukan hanya istri yang terjun dalam pelayanan, tetapi suami dan dua anak lain pun ikut melayani dengan giat. Bahkan di kemudian hari mereka mengangkat anak-anak asuh yang mereka bina untuk melayani Tuhan. Tuhan menjadikan keluarga ini bertumbuh melalui perubahan.
Aplikasi Bagaimana dengan kita? Kehidupan kita pun tidak terhindar dari perubahan yang akan terjadi. Bersediakah kita belajar dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita? Bersediakah kita mengenali keinginan Tuhan agar kita dapat melakukannya dalam kehidupan ini, dan mau belajar dari setiap perubahan untuk makin tanggap dan cekatan dalam melayani dan mengikut Tuhan. Atau kita membiarkan perubahan menjadi beban yang begitu berat sehingga kita tidak mampu bertumbuh. Akankah kita terus menyesali perubaan yang akan dan sudah terjadi? Allah mengizinkan perubahan itu terjadi agar kita bertumbuh. Mari kita belajar dari setiap perubahan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita agar kita makin bertumbuh. Amin.
| |