sumber kristen

                                                                  www.sumberkristen.com

Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

Tema               :  BERGANTUNG PADA PEMELIHARAAN TUHAN

Nama               :  Edy Susanto

Nats                 :  Kejadian 12:10-20

Tujuan              :  Agar jemaat dapat bergantung pada pemeliharaan Tuhan, kendati

                           masalah dan persoalan menerpa kehidupan mereka

 

Pendahuluan

Saudara andaikata, saudara disuruh memilih punya masalah dengan tidak punya masalah mana yang akan saudara pilih?  Saya yakin, seyakin-yakinnya saudara akan selalu memilih tidak punya masalah.  Karena masalah memang bukanlah sesuatu yang menyenangkan.  Masalah membuat hidup kita serasa tidak nyaman, tidak tentram,dan tidak damai.  Namun yang menjadi pertanyaannya saudara “apakah kita bisa lepas dari masalah?.

Saudara yang kekasih.

Kita tidak akan pernah bisa lepas dari masalah selama kita hidup di dunia ini.  Masalah merupakan bagian dari kehidupan ini yang mau tidak mau  harus kita hadapi.  Siapapun kita di sini baik kaya, miskin, pandai, bodoh, tua, muda, tidak akan pernah lepas dari masalah.  Sekalipun kita sudah mengikut Tuhanpun masalah tetap saja akan menjadi bagian kehidupan kita.  Karena Alkitab sendiri dengan jelas menyatakan bahwa kita dipanggil untuk menderita atau dengan kata lain kita dipanggil untuk menghadapi masalah.  Namun seringkali kita tidak menyadarinya, sehingga tidaklah heran ketika  hal itu terjadi kita sering kali tidak siap untuk menghadapinya. 

Dan bukan hanya itu saja masalahnya sering kali ketika masalah datang  kita tidak lagi bergantung pada pemeliharaan Allah. Kita lari dari kenyataan dan mencari kuasa lain, mungkin orang yang kuat, orang pintar, atau kemampuan diri.  Lalu bagaimana caranya agar kita dapat bergantung pada pemeliharaan Allah  kendati masalah dan persoalan hidup terus menerpa kehidupan kita ?  

 

Membiarkan hidup kita ditempa oleh Tuhan melalui kerikil-kerikil tajam. ay 10

Saudara yang kekasih. 

Yang saya maksudkan dengan kerikil-kerikil disini yaitu masalah-masalah hidup yang harus kita hadapi.  Saudara.  Membiarkan diri ditempa Tuhan melalui kerikil-kerikil tajam bukanlah hal yang mudah dan menyenangkan  Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk selalu lepas dari masalah.  ketika masalah datang menerpa dalam kehidupan,  kita lebih cendrung  menghindarinya daripada menghadapinya.  Keadaan ini juga  di alami oleh Abram atau lebih keren kita kenal dengan nama Abraham.

Saudara yang kekasih. 

Ketaatan Abraham mengikuti jalan panggilan Tuhan ternyata tidak membawanya kepada kehidupan makmur dengan harta benda yang berlimpah ruah ataupun lepas dari masalah, malah sebaliknya ketaatannya malah membawa dia kedalam masalah dan kesulitan.  Hal ini dapat kita lihat pada ayat 10.   ayat ini  dengan jelas mengatakan bahwa Abram berhadapan dengan masalah.  Bahkan masalah yang ia hadapi bukanlah masalah yang ringan, tapi masalah yang jelas-jelas berat, masalah yang bersangkut-paut dengan kebutuhan biologis manusia.  Masalah yang tidak dapat ditunda-tunda waktu pemenuhanya yaitu masalah makanan.  Orang dapat saja menunda untuk membeli televisi, mobil, rumah, dan lain sebagainya.  Tetapi orang tidak dapat menunda masalah makan, perut kita tidak dapat diajak kompromi kitika lapar, mau tidak mau kita harus memenuhinya.  Maka tidaklah heran orang rela melakukan apa saja demi untuk memenuhi kebutuhan perutnya.

Saudara yang kekasih. 

Keadaan inilah yang harus Abram hadapi ketika ia meninggalkan Ur-Khasdim bahwa dia harus berhadapan dengan masalah .  Bukankah sebenarnya dia dapat hidup nyaman, tentram, damai, di Ur-Khasdim jika ia tidak mengikuti jalan panggilan Tuhan.  Sebab Ur-Khasdim  adalah negeri yang subur, negeri yang makmur, negeri yang kaya, dan bukan hanya itu, Ur-Khasdim juga menjadi pusat perdagangan pada waktu itu.  Hal ini didasarkan dari penggalian-penggalian yang dilakukan para ahli arkheologi.  Dan lebih dari pada itu apabila kita melihat ayat 5, disitu kita dapat melihat bahwa Abram pergi dengan membawa harta bendanya.  Jadi saudara, Abram sebenarnya bukanlah orang miskin orang yang tidak mempunyai masa depan, namun sebaliknya ia seorang yang kaya, orang yang mampu, dan dengan kekayaannya itu, sebenarnya ia memiliki masa depan yang cerah, masa depan yang penuh harapan, masa depan yang penuh dengan sukacita karena kekayaan yang ia miliki.

Namun saudara, panggilan Tuhan telah mengubah tujuan hidupnya, ia tidak lagi berfokus pada kesenangan duniawi melainkan pada kesenangan rohani, yaitu dengan mengikuti jalan panggilan Allah.  Meskipun ketika ia memenuhi jalan panggilan itu ia harus berhadapan dengan masa depan yang tidak jelas, masa depan yang masih abstrak,yang masih dalam impian baginya. Bagaimana tidak saudara, pada waktu itu ia harus pergi ke negeri yang tidak ia ketahui, sebab Tuhan hanya berkata kepadanya “pergilah dari negerimu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”, dari perintah ini kita dapat melihat dengan jelas bahwa Tuhan tidak menunjuk di mana  negeri yang dijanjikan itu.  Dan bukan hanya itu saja, Abram juga harus berhadapan dengan masalah kelaparan, yang mungkin belum pernah ia pikirkan  sebelumnya,  saat ini Abram ada uang, tetapi tidak ada makanan yang dapat dibeli.      

Saudaraku yang kekasih. 

Masalah kelaparan inilah yang kemudian mendorong Abram untuk pergi ke tanah Mesir.  Suatu negeri yang baginya dapat memberikan padanya sesuap nasi untuk menyambung hidup.  Dan tempat yang akan dituju Abram sangatlah tepat, sebab Mesir pada waktu itu adalah negeri yang makmur dan juga terbuka bagi penduduk asing yang akan tinggal di negerinya. 

Saudara yang kekasih. 

Apabila kita melihat tindakan Abram ini, mungkin secara manusiawi kita dapat mengatakan, tindakan Abram ini sangat wajar dan tidak melanggar hukum  “ia lapar maka ia mencari tempat yang dapat memberi kepadanya sesuap nasi”.  Dan lagi pula pada waktu itu Abram jelas-jelas belum menerima  janji Tuhan itu, sebab dengan jelas di ayat 6, dikatakan orang Kanaan masih tinggal di negeri itu.  Jadi boleh dikatakan janji itu belum Abram dapatkan sampai saat itu.  Namun berbeda halnya apabila kita melihatnya dengan kaca mata FirmanTuhan. Tindakan Abram adalah salah.   Karena pada ayat 7, tertulis dengan jelas,  “ketika Abram sampai di tanah orang Kanaan itu TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berkata: Aku akan memberikan negeri ini kepadamu”.  Atau dengan kata lain TUHAN seakan-akan ingin berkata kepada Abram “inilah negeri yang telah Ku janjikan itu, dan negeri inilah yang akan kuberikan kepadamu”. 

Saudara yang kekasih.

Janji Allah ini bukanlah janji yang kosong akan tetapi janji yang  benar-benar akan terwujud.  Dan janji itulah yang seharusnya Abram pegang dalam hidupnya.  Allah mengucapkanNya tidak hanya satu kali, janji ini serupadengan janji yang pernah Allah ucapkan ketika pertama kali Ia memanggil Abram.  Hal ini dapat kita lihat pada ayat 1-3.  Allah mengulanginya semata-mata untuk menegaskan agar Abram percaya akan janji Allah itu. 

Jadi saudara, keputusan Abram untuk ke Mesir secara tidak langsung merupakan wujud dari ketidak percayaannya kepada janji Allah, dan sekaligus ketaatannya kepada panggilah Allah. 

Dr. R.A. Jafray dalam tafsirannya mengatakan “kepergian Abram ke Mesir merupakan gambaran dari kembalinya  Abram pada kehidupan lamanya”.  Ketakutan, kekuatiran, kebingungan telah membuatnya melupakan akan janji Allah dan sekaligus imannya mula-mula yaitu iman yang ia miliki ketika ia pergi menuju negeri yang akan Allah berikan kepadanya.  Ia tidak lagi berani menghadapi masalah itu sebagai bagian dari panggilannya.  Namun menganggap masalah itu sebagai ancaman yang akan membahayakan dirinya, sehingga jalan satu-satunya adalah lari dari masalah itu dari pada bergantung pada pemeliharaan Allah. 

Saudara yang kekasih. 

Abram tidak membiarkan dirinya ditempa oleh Allah melalui kerikil-kerikil tajam. Sebaliknya Abram  melarikan diri dari tempaan itu.  Tempaan yang sebenarnya berguna bagi dia, yaitu bagi pembentukan imannya, dan persiapan dirinya untuk menjadi “Bapa Segenap Orang Beriman”.   

 

Aplikasi:         

Saudara kehidupan kita tidak jauh berbeda dengan kehidupan Abram, ketika masalah datang dalam kehidupan kita, seringkali kita berusaha melarikan diri dari realita itu, dan bukan menghadapinya.  Masalah itu seolah-olah seperti batu  besar yang merintangi langkah/jalan kehidupan kita dan sepertinya sudah tidak mungkin lagi untuk dapat mengangkatnya. Keadaan inilah yang sering membuat kita putus asa dan tidak jarang membuat kita kecewa kepada Allah.  Seakan-akan Allahlah yang telah mendatangkan masalah ini dalam kehidupan kita.  

Tetapi hari ini saya ingin kembali mengingatkan kepada saudara bahwa Allah tidak pernah mencobai kita dengan masalah, seperti yang tertulis pada Yakobus 1:13, tetapi Ia mengijinkan masalah itu menerpa kehidupan kita. Dan setiap masalah yang Allah ijinkan menerpa kehidupan kita, tidaklah melebihi  kekuatan kita.  Saudara mungkin hari ini engkau memiliki masalah dengan pekerjaanmu, keluargamu,dan engkau mulai putus asa, dan mungkin engkau sedang berusaha  lari dari kenyataan ini. atau engkau  berusaha melupakannya.  Ketahuilah saudara hal itu tidak dapat membuat kita lepas dari masalah, malah makin membawa kita menambah masalah baru.  Satu-satunya jalan untuk lepas dari masalah itu, yaitu hadapilah masalah itu, bukannya lari dari masalah itu.  Dengan menghadapinya maka engkau akan melihat pemeliharaan Allah dalam hidupmu.

Point kedua yang harus kita miliki untuk dapat bergantung pada pemeliharaan Allah kendati masalah persoalan menimpa kehidupan kita yaitu

 

Membiarkan Tuhan yang bekerja untuk menolong kita melalui kerikil-kerikil tajam. (ayat 13)

Saudara yang kekasih.

Kehidupan Abram ibarat peribahasa yang mengatakan “lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya”.  Kepergiannya ke Mesir ternyata tidak membuatnya terlepas dari masalah tetapi malah semakin membuatnya bertambah masalah.  Masalah yang ia hadapi malah semakin bertambah berat.  Di mana pada ayat 12 kita dapat melihat Abram mengalami ketakutan tatkala akan memasuki tanah Mesir.  Ia sadar di Mesir nanti Sarai pasti akan menjadi bahan rebutan pria-pria Mesir.  Apabila mereka melihat  kecantikan yang dimiliki Sarai.  Dalam posisi ini Abram harus berhadapan dengan dua pilihan yaitu  nyawa atau istri.  Jika ia memilih nyawa maka ia harus rela kehilangan istri yang ia kasihi.  Apabila memilih istri ia harus rela kehilangan nyawanya, dan sekaligus istrinya.

Saudara yang kekasih.

Pilihan inilah yang mau tidak mau harus dipilih Abram ketika nanti dia tiba di Mesir.  Sebab tindakan mengambil istri orang lain merupakan kebudayaan orang-orang Mesir pada waktu itu, dan tindakan itu dianggap baik dan sekaligus wajar.  Sebab jalan satu-satunya untuk mendapatkan wanita yang sudah bersuami yaitu dengan membunuh suaminya.  Tindakan membunuh dianggap lebih baik dari pada berzinah.  Berzinah dianggap perbuatan tercela, yang akan mendatangkan hukuman dari para dewa. 

Saudara yang kekasih. 

Betapa beratnya hati Abram menerima kenyataan ini, sebagai seorang suami, ia harus kehilangan istri yang ia kasihi, istri yang dengan setia mendampingi dia meniti jalan panggilan, istri yang selalu menguatkan dia saat ia lemah, yang selalu menghibur dia tatkala ia sedih.  Saudara yang kekasih, sebagai seorang suami yang normal tentunya Abram sangat sulit menerima kenyataan ini.  Namun inilah kenyataan hidup yang harus ia hadapi.

Pada satu sisi Abram sangat takut kehilangan istri yang ia kasihi, namun pada sisi yang lain ternyata ia lebih takut kehilangan nyawanya, hal ini terbukti apabila kita lihat pada ayat 12-13.  Kasih terhadap nyawanya inilah yang kemudian mendorong dia untuk jatuh pada dosa yang lebih dalam yaitu kebohongan.  Dengan mengatakan bahwa Sarai adalah adiknya dan bukan istrinya.  Dengan mengatakan Sarai sebagai adiknya, ia tidak akan kehilangan nyawa bahkan sebaliknya ia akan mendapat hadiah dari orang Mesir, karena Sarai.  Hal ini dapat kita lihat pada ayat 16 “karena Sarai Abram mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai jantan, budak laki-laki dan perempuan, keledai betina dan unta, dari Firaun raja Mesir.”

Saudara yang kekasih. 

Sungguh, bukankah sangat ironis sekali keputusan Abram ini.  Seorang yang memiliki iman kepada Allah, yang dengan setia mengikuti jalan panggilan Allah. Namun kini sudah tiada sedikitpun di dalam dirinya ingatan kepada panggilan Allah, kepada tuntunan dan berkat Allah, melainkan hanya hasrat melindungi diri dan nyawa sendiri dan kepada hasrat mengecap kesenangan pribadi.

Dari mulutnya tiada keluar sepatah katapun untuk berdoa dan berseru kepada Allah yang telah memanggilnya, melainkan yang ada hanya pikiran bagaimana menyelamatkan diri, bagaimana memperoleh keuntungan dengan masalah isterinya, jadi hanya  kepentingan diri yang lebih di utamakan.  Ketakutanlah yang memimpinnya saat ini dan bukan imannya kepada Allah.

Saudara yang kekasih. 

Ia bukan hanya lupa akan Allah, namun ia juga lupa akan kesucian istrinya, kepada kebenaran, berkat dan rencana keselamatan yang dari Allah, dan kepada panggilannya yang suci.  Dari ketidak percayaannya itulah lahir kebohongan, dan penghinaan terhadap kehormatan istrinya.  Akibat tindakannya ini Abram bukan saja menjual istrinya, melainkan  juga menjual seluruh janji Allah, yaitu janji akan datangnya  seorang Juruselamat manusia yaitu Kristus.  Sebab dari keturunannya Mesias  akan dilahirkan.  Hal ini dapat kita lihat pada silsilah yang terdapat di dalam  Mat 1: 1-17. 

Saudara. Usaha, rencana Abram memang dapat digagalkan bahkan diruntuhkan, namun siapakah yang dapat menggagalkan dan meruntuhkan rencana Allah dalam kehidupan Abram ?  Di tengah-tengah pergumulan yang berat, Allah tidak membiarkan Abram sendirian menghadapi semuanya.  Allah tetap menyatakan akan kesetiaanNya kepada Abram.  Allah tetap menyatakan pemeliharaanNya atas hidup Abram.  Allah tidak membiarkan rencanaNya atas kehidupan Abram gagal.  Meskipun Abram sendiri telah berusaha untuk menggagalkan rencana Allah.  Dengan meragukan janji dan pemeliharaan Allah. 

Saudara. Dalam menyatakan pemeliharaanNya atas kehidupan Abram , Allah bukan saja menghukum Firaun dengan tulah, namun Allah juga mengembalikan Sarai secara utuh pada Abram. Peristiwa ini sekaligus juga sebagai tanda dimulainya kembali perjanjian antara Allah dengan Abram, yaitu perjanjian yang dahulu pernah Allah buat bahwa Abram akan  menjadi bangsa yang besar dan bangsa yang diberkati.  

Saudaraku yang terkasih. 

Dari kisah ini kita dapat melihat bahwa Abram tidak membiarkan dirinya untuk ditempa Tuhan dan lebih dari itu ia juga tidak membiarkan dirinya ditolong Tuhan, melainkan ia berusaha menolong dirinya sendiri.  Masalah yang ia hadapi ternyata  telah membutakan mata rohaninya, sehingga  membuatnya  tidak  lagi bergantung pada Allah yang telah memberinya  janji berkat.  Dari peristiwa ini yang terlihat adalah bahwa Abram hanya  bergantung kepada kemampuan dirinya membuat strategi  agar terlepas dari masalah yang sedang di hadapinya. 

 

Aplikasi:        

Saudara. Dalam kehidupan kitapun, tak jarang kita bertindak seperti Abram. Ketika masalah datang menerpa kita, sering kita tidak berani  menghadapinya, malah berusaha menghindarinya.  Dan bukan hanya itu, kita juga seringkali berusaha untuk menolong diri  sendiri ketika menghadapi masalah.  Kita tidak lagi bergantung  akan pemeliharaanNya dan mengikut sertakanNya dalam masalah kita.  Masalah seringkali membutakan kita akan kuasa Tuhan.  Sehingga tidak jarang hal ini  membuat kita bersandar pada diri sendiri, seakan-akan hanya kita yang mampu menghadapinya, dan menyelesaikannya. 

Saudara.  Ketahuilah sesungguhnya tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa.  Sebab kita hanyalah manusia yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan.  Kita tidak akan mampu untuk menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi.  Kita akan mampu apabila kita mau menyertakan Tuhan dalam masalah kita.      

Saudara.  Mungkin hari ini engkau sedang mengalami masalah  dalam kehidupanmu.  Mungkin masalah itu berkaitan dengan studymu, masa depanmu, rumah tanggamu, atau mungkin dengan pekerjaanmu.  Engkau merasa kawatir menghadapi semuanya itu.  Bagi saudara yang memiliki masalah dengan study, mungkin engkau saat ini juga sedang memiliki kekawatiran untuk melewati semester ini dengan baik, dan engkau merasa tidak mampu untuk menghadapinya, sehingga hal ini membuat engkau kawatir akan masa depanmu.  Dan  bagi saudara yang berkeluarga, mungkin saat-saat ini, saudara. juga memiliki masalah, mungkin masalah itu berkaitan dengan keuangan.  Di mana suami yang menjadi tumpuan dalam keluarga baru saja di-PHK.  Padahal anak-anak masih membutuhkan biaya sekolah dan kebutuhan lainnya tiap hari, dalam situasi perekonomian yang sembrawut kebutuhan rumah tanggapun kian membengkak tiap harinya,  harga bahan pokok tidak pernah turun harganya.

Saudara. Masalah-masalah ini  mungkin yang sedang engkau hadapi tiap hari, atau bahkan lebih hebat lagi?  Dan saat menghadapinya mungkin engkau mulai merasa kecewa dan ragu akan Allah.  Tetapi hari ini saya ingin kembali mengingatkan saudara, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang setia. Allah yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya.  Allah yang selalu memelihara kehidupan anak-anakNya,  Allah yang selalu menolong  ketika kita menghadapi  persoalan dalam hidup ini.  Namun yang menjadi pertanyaan kita hari ini adalah, maukah kita membiarkan Allah yang Maha Kuasa menolong kita, ketika kita menghadapi masalah.  Jika dahulu Allah sanggup menolong Abram, maka Dia juga sanggup menolong kita hari ini.

Saudara.  Pemeliharaan Allah  bukan hanya berlaku pada Abram saja tetapi juga berlaku pada kita.  Sebagaimana doa yang pernah diucapkan Tuhan Yesus dalam Yoh. 17:11, di mana pada saat itu ia berdoa agar Allah senantiasa memelihara kita.  Dan bukan hanya sampai disitu saja, ketika Tuhan Yesus hendak naik ke surga juga menyatakan bahwa Ia akan memelihara dan menyertai umatNya sampai kesudahan alam. Ingatlah,  pemeliharaan Allah itu bukan pada waktu senang saja tetapi juga  berlaku pada saat kita sedang menghadapi masalah.  Dan ingatlah pada saat menghadapi masalah Allah tetap menginginkan kita  hanya bergantung pada pemeliharaanNya saja. Allah terkadang memakai berbagai cara menempa kita, karena itu biarkanlah dirimu untuk ditempa /dibentuk oleh Tuhan,  melalui kerikil-kerikil tajam. Dan biarkanlah Tuhan yang berkarya dalam menolong kita melalui kerikil-kerikil tajam itu, relakah kita!   AMIN.