| |
|
Biarkan Anak Datang pada Tuhan YesusNats Alkitab : Markus 10:13-16 Tujuan : Agar jemaat mempunyai cara pandang yang benar terhadap anak-anak Penulis : Djong She Kiun
PendahuluanSaya mempunyai seorang siswa yang berasal dari keluarga miskin tapi kemudian menjadi keluarga kaya raya karena usaha orang tuanya berkembang pesat. Tapi dengan berkembangnya usaha mereka orientasi kasih dan perhatian orang tuanya yang semula untuk anak-anaknya menjadi berubah kepada usaha dan keuntungan yang akan diperoleh akibatnya anak-anak ini menjadi brutal dan jatuh dalam aksi kenakalan remaja yang berakibat fatal. Suatu kondisi yang sangat menyedihkan karena ternyata nilai seorang anak tidak lebih berharga dariapada keuntungan yang akan diperoleh dari usaha mereka, hanya karena posisi cara pandang orang tua yang tidak tepat terhadap diri anak-anak mereka. Anak-anak menjadi korban cara pandang orang tua mereka. Saudara-saudara cara pandang kita terhadap anak-anak juga seringkali tidak tepat sehingga sikap dan tindakan kita terhadap mereka juga tidak tepat. Peristiwa Yesus memberkati anak-anak ini ditulis dalam perikop yang berdekatan dengan kisah perceraian karena memang ditafsirkan terjadi pada waktu/hari yang berdekatan dan dalam minggu yang bersamaan dan karena memang perikop ini berkaitan satu sama lain dalam satu tema pokok tentang keluarga Kaitannya dalam hal ini adalah karena anak-anak seringkali menjadi korban dari perceraian atau menjadi korban persoalan dalam keluarga sehubungan dengan pengabaian terhadap mereka juga karena konsep nilai dan cara pandang yang tidak tepat terhadap mereka. Sehubungan dengan kecenderungan tersebut diatas, maka melalui perikop ini saya ingin kita belajar bersama-sama untuk meluruskan cara pandang kita terhadap anak-anak, supaya kita tidak salah dalam bersikap terhadap mereka yang sebenarnya sebagai seorang pribadi juga memerlukan penghargaan dan perlakuan yang layak dari kita. Oleh sebab itu cara pandang Yesus terhadap anak-anak seharusnya menjadi dasar bagi cara pandang kita dalam bersikap terhadap anak-anak. Cara pandang yang bagaimanakah yang seharusnya kita miliki ?
Cara pandang yang harus kita miliki adalah bahwa : a. Setiap anak memerlukan Yesus Berdasarkan kebudayaan yang berlaku saat itu setiap orang tua berpandangan bahwa setiap anak yang mereka lahirkan harus mendapat berkat dari seorang Rabbi sejak awal perjalanan hidup mereka agar anak-anak ini mendapat anugrah sepanjang hidup mereka. Oleh sebab itu , tidak heran kalau pada saat orang tua mendengar kedatangan Tuhan Yesus Sang Rabi besar itu, mereka berusaha membawa anak-anak mereka untuk bertemu dengan Yesus supaya Ia menjamah mereka. Dengan pengertian agar Yesus mendoakan dan memberkati mereka ( Hal ini terlepas dari kuasa magis dan hal-hal yang berkaitan dengan penyembuhan ). Menyadari betapa berharganya berkat Yesus itu bagi anak-anaknya, mereka sekalipun mungkin harus berdesakan atau mungkin di tengah kelelahan setelah seharian bekerja (karena menurut beberapa penafsir kejadian ini terjadi pada malam hari ) para orang tua ini berusaha keras membawa anak-anak mereka kepada Yesus sumber berkat itu. Tanpa memperdulikan kelelahan maupun kesulitan yang harus mereka hadapi untuk membawa anak-anak itu kepada Yesus, karena mereka tahu bahwa anak-anak mereka sangat memerlukan berkat Yesus sang Rabi besar itu. Akan tetapi pada waktu itu murid-murid Yesus berusaha menghalang-halangi anak-anak yang mau datang kepadaNya karena mereka pikir anak-anak ini hanya akan menggangu Yesus saja di tengah-tengah kesibukannya. Oleh sebab itu pikir mereka.tidaklah perlu anak-anak itu datang kepada Yesus pada saat itu, bukankah hal ini tidak terlalu menguntungkan atau merugikan bagi anak-anak. Cara pandang murid-murid tidak sama dengan Yesus karena mereka merasa anak-anak itu pribadi yang tidak berharga dan mereka tidak ingin diganggu oleh anak-anak itu, sedangkan Yesus sangat memahami kebutuhan terdalam dari anak-anak tersebut yaitu kebutuhan mereka akan Juruselamat. Sepasang suami istri membawa anak mereka ke rumah seorang dokter, saat itu dokter tersebut sedang menelepon teman lamanya, karena memang saat itu jam prakteknya sudah berakhir. Karena teman lamanya ini cukup sulit untuk ditemui, maka ketika sepasang suami istri yang membawa bayinya yang sakit parah ini datang ke rumahnya ia tidak segera melayani pasiennya tersebut, akan tetapi terus melanjutkan pembicaraannya sampai waktu yang cukup lama. Dan dalam perkiraannya pasti anak pasien itu cuma sakit biasa dan ada banyak obat yang cukup ampuh untuk segera meredakan penyakit pasiennya itu. Akan tetapi apa mau dikata sebelum pembicaraan tersebut selesai terdengar tangisan dari ruang prakteknya dan seketika itu juga ia menghentikan pembicaraannya dan menuju ruang prakteknya. Ketika ia masuk ke sana ia melihat tubuh kecil yang sudah terbaring tanpa nafas dalam pelukan orang tuanya. Apa mau dikata semuanya sudah terlambat, nasi sudah menjadi bubur. Bayi itu tidak dapat ditolongnya lagi walaupun dengan obat dan cara apapun, hanya karena keteledorannya dan cara pandangnya yang terlalu menganggap enteng setiap masalah. Kesempatan tidak dapat ditarik kembali, bayi itu sudah mati dan nama baiknya sudah tercemar. Saudara/i sebagai orang tua dan orang yang lebih dewasa dari anak-anak, kita seringkali teledor dan mempunyai cara pandang yang menganggap enteng anak-anak kita. Dengan cara pandang yang demikian sebenarnya kita telah mencoba menghalangi anak-anak untuk datang kepada Yesus karena kita pikir mereka masih terlalu kecil dan belum tahu apa-apa ; atau mungkin kita pikir hari Minggu itu hari untuk anak-anak, untuk beristirahat dari kesibukan belajar mereka setiap hari sehingga mereka tidak usah ke sekolah minggu; atau juga mungkin kesaksian hidup kita yang tidak bisa menjadi teladan bagi mereka untuk melihat dan merasakan kasih Yesus. Oleh sebab itu, marilah kita mencoba untuk memperbaiki sikap dan cara berpikir kita sehingga kita tidak menjadi penghalang bagi anak-anak untuk datang kepada Yesus melainkan kita perlu membawa anak-anak kita sedini mungkin untuk datang kepada Yesus. Cara pandang ke dua yang harus kita miliki terhadap anak-anak adalah : 2. Setiap anak berharga di mata Yesus (14-16) Yesus begitu marah ketika Ia melihat tindakan murid-muridNya menghalangi anak-anak yang mau datang kepadaNya. KemarahanNya menunjukkan kasih dan kepedulianNya terhadap anak-anak. Sikap memeluk dan memberkati anak-anak merupakan pemandangan indah yang dilakukan Yesus untuk membuktikan perkataanNya dengan tindakan kasih. Kasih dan kelembutan Yesus itu ditunjukkanNya dengan memeluk dan memberkati mereka, sehingga mereka dapat merasakan bahwa mereka diterima dan dicintai oleh Yesus. Sikap penyambutan dan penerimaan Yesus ini dilakukanNya semata-mata karena Yesus menghargai anak-anak sebagai pemilik Kerajaan Allah yang karakter dan sikap hatinya menjadi teladan bagi setiap orang yang menyambut dan menerima Kerajaan Allah. Hal ini menunjukkan bahwa setiap anak dan setiap orang yang memiliki kualitas ke-kanak-an seperti anak-anaklah yang menjadi pemilik Kerajaan Allah. Keberadaan anak-anak disini tidak dibatasi oleh siapapun anak itu, berapapun usianya atau bagaimana pun keadaannya, pokoknya setiap anak yang mau datang kepadaNya adalah pemilik Kerajaan Allah. Ini merupakan hak istimewa bagi setiap anak. Selain itu dalam ayat 15 Yesus dengan jelas menekankan pentingnya setiap orang untuk meneladani anak-anak dalam menyambut dan menerima Kerajaan Allah. Menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, menggambarkan kekuatan alamiah seorang anak yang terbuka dan yakin terhadap apa yang diberikan dan menerima Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil berarti menerima Nya dengan suatu kesederhanaan yang sungguh dan kerendahan hati. Sikap dan karakter seorang anak kecil yang sungguh-sungguh rendah hati, taat, spontan, dan mudah diajar haruslah menjadi model bagi setiap orang untuk menerima dan menyambut Kerajaan Allah sebagai Anugrah agar kita dapat masuk ke dalamNya Karakter alamiah yang dimiliki oleh seorang anak yang seperti inilah yang membuat seorang anak begitu berharga di mata Yesus. Saudara/i kita mempunyai sebuah gelas kristal, tentu kita akan memperlakukan, menjaga, dan merawat gelas tersebut sedemikian rupa dibandingkan dengan gelas-gelas lainnya yang kita punyai. Hal ini kita lakukan karena kita tahu betapa berharganya gelas tersebut.Karena dengan satu gelas kristal tersebut kita bisa membeli berlusin-lusin gelas biasa lainnya. Keberhargaan gelas kristal ini telah menentukan bagaimana kita memperlakukan gelas tersebut. Dalam kehidupan kita sehari-hari yang seringkali berhadapan dengan anak-anak yang sederhana dan polos meskipun demikian mereka tetap merupakan suatu pribadi yang berharga dan mereka berhak mendapatkan perlakuan yang layak dari kita sebagai orang tua ataupun sebagai orang yang lebih dewasa dari mereka. Oleh sebab itu pada kesempatan ini marilah kita belajar memperbaiki cara pandang kita terhadap mereka supaya kita dapat bersikap dan memperlakukan mereka sebagai pribadi yang juga berhak mendapat perlakuan yang layak dari orang lain bahkan dari orang tua mereka dan orang-orang yang lebih dewasa dari mereka.
PenutupSaudara/i pada kesempatan ini marilah kita bersama-sama merenungkan kembali bagaimanakah sikap dan perlakuan kita selama ini kepada anak-anak yg ada di sekitar kita ? Apakah kita hanya menganggap mereka sebagai suatu benda, apakah kita hanya memperlakukan mereka sebagai obyek untuk memenuhi kepentingan pribadi kita, atau apakah kita hanya memperlakukan mereka sebagai pelengkap keluarga kita, sebagai pengangkat harga diri kita ? Jika demikian keadaannya marilah kita bersama-sama datang kepada Tuhan dan meminta ampun kepadaNya atas segala cara pandang dan sikap kita yang salah yang selama ini sudah kita lakukan terhadap anak-anak yang ada di sekitar kita. Amin
|