Oleh : elia jusack
E-mail: jf_lifelink@yahoo.com
Apa yang terjadi jika kita benar-benar berpikir dan memiliki keinginan yang
besar untuk menantikan Dia tanpa batas waktu dan adanya pikiran lain? Apa yang
terjadi jika kita benar-benar hanya memikirkan Dia?
Pertanyaan ini sepertinya sulit untuk dijawab. Dan saya tahu dan sadar ini sulit.
Kita benar-beanr ditantang untuk berpikir, bertindak sekaligus memeriksa hati
kita tentang apa yang sebenarnya benar-benar berarti bagi kita. Saya menyadari
akan adanya banyak perbedaan dalam kita mengenal Tuhan. Sepertinya lucu juga
saat kita mengenal Tuhan yang sama namun kita memiliki perbedaan demi perbedaan
yang bahkan kadang memisahkan kita satu sama lain demi perbedaan itu, sementara
itu kita sedang bicara tentang Tuhan yang sama-sama kita sembah. Perbedaan ini
menjadikan orang tidak percayapun akan berbicara bahwa mereka menyembah tuhannya
dengan caranya, pengertiannya dan pengertiannya sendiri, yang artinya tidak jauh
berbeda dengan kita. Mungkin hanya penyebutan dan tata cara saja yang membedakan.
Jujur saja bahwa kita tidak sedang berpikir dan sekaligus bertidak sesuai dengan
apa yang sebenarnya benar-benar kita yakini dan benar-benar berarti bagi kita.
Kita bertindak seolah-olah per!
bedaan itulah yang benar, berarti dan patut untuk diperjuangkan.
Apa yang saya pahami saat ini dan hal yang saya mengerti didalam jalanNya, jika
kita berbuat sesuatu untuk Tuhan namun kita sebenarnya tidak sedang benar-benar
menginginkan untuk melakukan dan mau mengerjakannya, berarti kita berpura-pura.
Munafik Mungkin terlalu kasar, karena Mungkin saja saya sendiri sedang
melakukannya. Namun mengapa mesti ada kepura-puraan? Kepura-puraan mungkin demi
keberadaan kita, identitas atau bahkan mungkin demi harga diri kita.
Karena kita berpikir bahwa kepura-puraan itu benar-benar berarti bagi diri kita,
orang lain dan juga Tuhan. Apakah demikian? Mungkin kita serentak akan jawab
tidak, namun sedihnya kita melakukannya juga. Misalnya, saya berdoa, berpuasa
atau semua hal kerohanian yang saya lakukan namun sebenarnya bukan hal itu yang
ingin saya lakukan. Ini akan sia-sia. Apakah Tuhan akan disukakan dengan
kepura-puraan? Saya tidak tahu, yang saya tahu, saya tidak suka kepura-puraan
yang saya sadari dan ada disekitar saya. Mungkin juga semua berkata sama.
Mari kita ingat bahwa ada bagian dalam FirmanNya yang berkata bahwa apapun yang
kita kerjakan tanpa iman, dengan pura-pura mungkin salah satunya, artinya kita
berbuat dosa. Jadi Tuhan serius terhadap apa yang benar-benar berarti dan
benar-benar kita ingin lakukan demi Dia.
Sejauh yang saya pahami, hal yang benar-benar berarti bagi Dia adalah hubungan
denganNya secara pribadi. Saat kita memikirkan benar-benar tentang Maria dan
Marta, kita sebenarnya akan cenderung sama seperti Marta dibandingkan Maria.
Seandainya kita belum sama sekali mendengar kesimpulan Yesus, pilihan kita
adalah Marta yang benar. Sayangnya Tuhan menjelaskan bahwa Maria lah yang benar.
Dan kita benar-benar tidak mengerti mengapa. Jujur saya sendiri tidak paham dan
kadang berpura-pura tahu akan hal ini.
Saya benar-benar bertanya akan berartinya hubungan pribadi dengan Tuhan sampai
sejauh yang saya dapat pahami. Saya sadar jawaban dalam pikiran kita semua akan
menjawab, ya itu benar-benar beararti. Namun saya bertanya lebih dalam,
mengertikan Anda akan apa artinya berarti itu?
Beberapa dari kita memahaminya dengan berbagai cara; ada yang dengan disiplin
rohani, ada yang dengan pengetahuan, ada yang dengan pujian dan penyembahan dan
ada pula yang dengan pelayanan, misi dan berbagai cara. Kita dapat
menambahkannya, memilih salah satunya atau mengubahnya sesuai dengan pengertian
kita sejauh dan sedapat mungkin kita mengartikan pengenalan dan hubungan pribadi
itu dengan Tuhan. Saya pikir semua itu baik dan tidak salah, namun sekali lagi
pertanyaan saya, apakah yang benar-benar berarti dari pengenalan pribadi itu?
Sebenarnya,, kita secara pribadi jauh lebih tahu dan memahami akan apa artinya
pengenalan itu. Hal ini tertanam dan ada dalam diri kita. Maksud saya, kita
benar-benar tahu apakah kita ini benar-benar memiliki hubungan itu atau tidak.
Kita secara pribadi bisa jujur atau juga berbohong akan apa yang sebenarnya ada
dalam diri kita. Ini bukan masalah saya, ini antara kita pribadi dengan Tuhan.
Namun baiklah saya akan berikan gambaran nyata akan apa yang benar-benar berarti
bagi kita.
1. Kita tahu akan adanya perbedaan doktrin akan keselamatan, yang satu bicara
bahwa keselamatan itu sekali untuk selamanya, yang lain keselamatan itu dapat
hilang. Dan kita berkelahi satu sama lain dengan dua blok yang berbeda dari abad
ke abad. Pertanyaan saya, jika benar-benar keselamatan dalam arti hubungan
dengan Tuhan itu benar-benar berarti bagi kita secara pribadi, pasti kita tidak
akan melepaskan keselamatan itu. Kita mau itu menjadi kekal dalam hubungan kita
denganNya. Jadi, apakah yang benar-benar bearati bagi kita? Apakah hubungan
denga Tuhan itu punya arti bagi kita atau doktrin itu sendiri?
2. Satu kali teman Hindu saya bertanya, jika pada akhirnya tidak ada surga dan
neraka dan hidup ini berakhir begitu saja. Apakah kita benar-benar masih
mencintaiNya? Atau jika seandainya kita telah lakukan semua hal yang kita tahu
untuk kemuliaanNya, namun akhirnya kita berakhir di neraka. Apakah kita masih
benar-benar mau mencintaiNya? Apakah kita memikirkan apa yang kita peroleh
setelah ini atau pribadi yang mana kita dibawa sejauh ini untuk dapat
mengenalnya secara pribadi?
3. Sama halnya dengan iman. Kita sering beranggapan bahwa iman adalah formula
untuk mendapatkan sesuatu. Jika saya beriman maka saya akan kaya, sembuh dan
jika itu tidak terjadi, dikatakan bahwa kemungkinan terbesar adalah kita tidak
sedang beriman. Apakah ini iman yang Tuhan bicarakan? Pengertian saya, iman
adalah satu-satunya jalan untuk kita dapat memiliki hubungan denganNya, tanpa
kita memikirkan apa akibatnya. Inilah jalan untuk kita berhubungan denganNya
secara pribadi. Jadi iman yang bagaimana yang menjadikan itu berarti bagi kita,
menurut Anda?
4. Bahasa roh. Banyak dari kita berbicara dengan berbagai hal yang menyatakan
penentangan atau penerimaan akan hal ini. Saya tidak berbicara hal yang
supranatural atau lebih kurangnya sebuah nilai kerohanian. Toh berbicara dengan
bahasa roh tidak membuktikan bahwa seseorang itu lebih rohani dari yang lainnya.
Saya berbicara dengan satu pendapat dan beranggapan lain. Alkitab berkata bahwa
dengan berbahasa roh kita dapat berbicara secara rahasia dengan Tuhan. Dari hal
yang tidak kita pahami, roh kita dibangkitkan RohNya untuk berbicara secara
pribadi. Jadi bagaimana pikiran Anda tentang hubungan pribadi yang Tuihan sudah
berikan ini? Anda bisa menolaknya, namun bagi saya alangkah indahnya Tuhan
memberikan hal ini untuk bisa berbicara secara rahasia denganNya. Apakah
hubungan itu benar-benar punya arti bagi Anda?
Yang Tuhan ajarkan pada saya saat ini adalah keberadaan kita yang seharusnya
sehati dan sepikiran dengan Yesus [Filp 2: 5]. Begitu dekat dan intim hingga
kita memiliki pikiran dan perasaanNya. One single soul with him.
Hal lainnya adalah tentang pengenalan akan Tuhan.
Pengenalan akan Tuhan dalam Greek diartikan ginosko yang artinya mengenal secara
intim. Demikian juga dalam Ibrani, ya^da [yaw dah] yang memiliki arti sama
dengan ginosko. Ya’da dari akar kata da’ath [pengetahuan], ya mengarah pada YHWH.
Jadi pengenalan yang diperoleh dari pengetahuan akan Tuhan yang membawanya pada
pengertian.
Kita dapat pelajari di Daniel 11: 32.
Dan 11:32 The king of the north will play up to those who betray the holy
covenant, corrupting them even further with his seductive talk, but those who
stay courageously loyal to their God will take a strong stand. [Message]
Perhatikan bagaimana yada itu berdampak dan bertindak. Namun pikirkan juga apa
yang iblis buat untuk menghancurkan pengenalan itu. Perlahan-lahan. Dibujuknya
sampai jatuh. Iblis menyerang tingkat kesadaran, pemahaman akan berartinya
hubungan dan pengenalan itu dengan perlahan diserongkan. Ini berlaku bagi mereka
yang meninggalkan perjanjian kudus itu. [perjanjian kudus adalah saatnya kita
terikat denganNya, berhubungan denganNya] jadi saat kita mulai meninggalkan
artinya hubungan itu, iblis mulai mengerjakan aksinya. Jika kita tetap dalam
hubungan itu, kita kuat dan bertindak [exploit = meledak].
Mari lihat lebih dalam dalam ayat-ayat ini :
Hos 4:1 Dengarlah firman TUHAN, hai orang Israel, sebab TUHAN mempunyai perkara
dengan penduduk negeri ini, sebab tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan
tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini.
Hos 4:6 Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang
menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena
engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.
Hos 5:4 Perbuatan-perbuatan mereka tidak mengizinkan mereka berbalik kepada
Allah mereka, sebab roh perzinahan ada di antara mereka, dan mereka tidak
mengenal TUHAN.
Hos 6:6 Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan
menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
Hos 13:4 Tetapi Aku adalah TUHAN, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak
mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.
Num 24:16 tutur kata orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh
pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa,
sambil rebah, namun dengan mata tersingkap.
Mal 2:7 Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari
pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.
Satu hal yang ingin saya sampaikan dengan semua hal ini adalah kita sering kali
meninggalkan Allah demi apa yang kita anggap itu lebih berarti dari pengenalan
akan Allah. Jika hubungan dengan Tuhan benar-benar berarti bagi kita maka
hubungan dan pengenalan akan Tuhan akan menjadi prioritas kita. Ingatlah bahwa
yang sedang saya bicarakan ini mengenai hubungan pribadi. Secara rahasia. Yang
artinya, kita secara pribadi tahu, sekalipun semua orang tidak mengerti dan tahu
akan hal ini, kita benar-benar tahu seberapa dalam hubungan kita denganNya.
Lalu apa maksud dari hal ini?
Pro 2:5 maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan
mendapat pengenalan akan Allah.
Tidak lebih dari membawa kita benar-benar takut akan Dia dalam arti, betapa
berartinya Dia sehingga kita tahu bahwa kita tidak dapat hidup tanpa Dia.
Terakhir,
Saya sadar bahwa dengan mudah kita melupakan pesan sederhana ini, namun saya
hanya memberikan satu pertanyaan yang kita perlu terus renungkan. Apakah yang
benar-benar berarti bagi kita secara pribadi? Apakah yang paling berarti bagi
hidup kita?
Saudaraku,
Satu hal yang benar-benar melukai Yesus saat di kayu salib bukanlah paku-paku
itu, mahkota duri atau cambukan, penganiayaan, penolakan dari dunia dan
penghianatan muridNya. Yang paling membuatnya terluka adalah saat terpisahnya
hubungan dengan BapaNya.
Mar 15: 34 Dan pada jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eloi, Eloi,
lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan
Aku?
Dia terpisah dari BapaNya karena dosa kita, Dia mencintai kita supaya kita punya
hubungan dengan Bapa.