SUMBER KRISTEN: Gaya Hidup Kristen |
|
GAYA HIDUP KRISTEN Markus 2: 18--22Yohannis Trisfant, MTh.Anggota DPR Anti-RestoranAda berita mengejutkan
yang diungkap Gus Dur kepada umat saat dia berpidato pada September
beberapa tahun lalu. Saat itu sedang marak berita perseteruan antara
Komisi Anggaran DPR dengan Indira Soegondo. Juga kasus gugatan anggota
DPR dari PAN AM Fatwa kepada anggota PDIP Permadi.
Banyak masyarakat yang sudah tahu gaya hidupnya anggota DPR. Lalu bagaimana dengan gaya hidup orang kristen? Apakah gaya hidup orang kristen berbeda dengan gaya hidup orang Yahudi? bagaimana dengan gaya hidup orang islam? berbedakah dengan gaya hidup orang kristen? atau bagaimana dengan gaya hidup agama buddha? berbedakah dengan gaya hidup orang kristen? Lalu bagaimana itu gaya hidup seorang kristen? Pada masa Perjanjian Baru, dimana Kristus sedang melayani, terjadi perbedaan yang sangat menyolok antara murid Yohanes, orang-orang Farisi/Yahudi dengan murid-murid Tuhan Yesus. Secara khusus perbedaan itu nampak di dalam gaya hidup mereka. Misalnya, di dalam Markus 2:18, dimana pada waktu itu murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, sedangkan murid-murid Tuhan Yesus tidaklah berpuasa. contoh yang lain adalah orang-orang farisi tidak memetik bulir gandum pada waktu hari sabath. sedangkan murid-murid Tuhan Yesus memetik bulir gandum. . sehingga mereka ditegur oleh orang-orang Farisi. Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihat! Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?" Mar 2:23, 24 Itu merupakan gaya hidup murid-murid Tuhan Yesus. Semua ini menimbulkan pertanyaan, koq, mereka berbeda gaya hidupnya? apakah jawaban Tuhan Yesus? kita lihat di dalam ayat 19-22. Mar 2:19 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Mar 2:20 Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. Jawaban Tuhan Yesus adalah tujuan murid-muridNya berpuasa berbeda dengan murid-murid Yohanes dan berbeda dengan orang-orang Farisi. Murid-murid Tuhan Yesus berpuasa difokuskan kepada Tuhan Yesus. Bukan sekarang, melainkan nanti, yakni ketika Tuhan Yesus diambil dari mereka. Ketika itulah mereka berpuasa. sedangkan murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisis berpuasa sekarang ini, tanpa ada kait mengaitnya dengan Kristus. Alasannya murid-murid Yohanes berpuasa: Puasa merupakan sebuah ritual di dalam Yudaisme yang berakar sangat dalam di dalam Perjanjian Lama. Seseorang berpuasa merupakan ekspresi dari kedukaannya yang telah kehilangan seseorang atau sesuatu (1 Sam 31:13; 2 Sam 1:12). Misalnya pada waktu Saul mati di dalam peperangan dengan bangsa Filistin, kemudian mayatnya dipakukan di tembok kota Bet-Sean. Lalu beberapa orang gagah perkasa dari Yabesh-Gilead mengambil mayat Saul dan mebuburkannya di Yabes. setelah itu mereka berpuasa tujuh hari lamanya. Jadi mereka berpuasa, karena kedukaan yang mendalam. Puasa juga yang digabungkan dengan doa, merupakan sebuah pernyataan dari penyangkalan diri dan perendahan diri dibawah kehendak Tuhan. Puasa Yohanes berhubungan dengan gaya hidup asketiknya (tidak makan, tidak minum, berpakaian sederhana, makan sederhana) dan berhubungan dengan panggilannya agar orang bertobat sebab kedatangan kerajaan Allah sudah dekat. Matt 11:18//Luke 7:33. Puasa murid-murid Yohanes juga berhubungan dengan itu, yakni sebuah penyangkalan diri, sebuah asketisme, Puasa orang-orang Farisi berpuasa, mirip dengan puasa murid-murid Yohanes Pembaptis. mereka berpuasa pada hari hari penebuasan, pada tahun baru dan puasa nasional bila terjadi bencana ( Str-B, 4:77–114). Mereka juga memiliki puasa pribadi yang menyatakan rasa sesal dan kesedihan yang mendalam karena dosa. Mereka berpuasa 2 kali seminggu, pada hari senin dan Kamis (Lukas 18:12, Did 8:1). Kesimpulannya, murid-murid Yohanes berpuasa, karena gaya hidup mereka yang asketik (penyangkalan diri yang kuat) sedangkan orang-orang Farisi berpuasa sebagai tanda kesalehan mereka. Hal ini tentu sangat kontras dengan murid-murid Tuhan Yesus, yang makan dan minum. Gaya hidup murid - murid Tuhan Yesus berbeda dengan gaya hidup murid Yohanes, dan gaya hidup orang Farisi. Pelayanan Tuhan Yesus ditandai dengan makan dan minum dengan bersekutu dengan orang-orang berdosa dan pemungut cukai, dimana mereka yang mengikutNya, akan mengalami penerimaan dan pengampunan ALlah dan berkat kerajaan Allah. Murid-murid Tuhan Yesus berpuasa bdifokuskan kepada Tuhan Yesus, bukan kepada asketisme, bukan kepada kjesalehan diri., Tetapi kepada Kristus. Pada saat Kristus masih bersama-sama dengan mereka, maka mereka tidaklah berpuasa. Nanti, ketika Krisus sudah tidak bersama mereka, barulah mereka berpuasa. Pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya tidaklah berpuasa karena emreka sedang merayakan penerimaan dan pengampunan Allah. Hari dimana Kristus ada bersama mereka merupakan sebuah perayaan. Bukan hari dukacita. sukacita dan perayaan tentu tidak bisa digabung dengan dukacita. Sukacita dan perayaan merupakan gaya hidup para murid (cf.. Matt 6:16–18; Matt 11:18–19//Luke 7:33–34). "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." (Mat 6:16-18) Jadi jawaban Tuhan Yesus kepada orang Farisi adalah bukan soal apakah muridNya berpuasa atau tidak, namun mengenai makna berpuasa itu sendiri. Puasa memiliki makna yang berbeda bagi muird-murid Kristus. Makna berpuasa berbeda dengan makna yang dimiliki oleh murid Yohanes, berbeda dengan makna berpuasa dari orang Farisi. Makna berpuasa dari para murid adalah puasa difokuskan kepada Kristus. Kristus masih bersama-sama mereka. saat itu merupakan saat sukacita, maka mereka belum menjalankan puasa. Nanti, ketika mempelai itu, atau Kristus diambil dari mereka atau ketika Kristus mati, barulah mereka berpuasa. Jadi gaya hidup para murid berbeda dengan gaya ahidup dari murid Yohanes dan berbeda juga dengan orang-orang Farisi. Hal ini lebih diperjelas oleh Tuhan Yesus dalam penjelasan selanjutnya di ayat 21,22. Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Mar 2:21 GAYA HIDUP YANG DIFKUSKAN KEPADA KRISTUS BUKAN HANYA UNTUK KASUS PUASA, SAJA, MELAINKAN DALAM SELURUH ASPEK KEHIDUPAN. INILAH GAYA HIDUP KRISTIANI. * berbuat baik bukan supaya memperoleh berkat Allah, tetapi karena sudah memperoleh berkat Allah maka mereka berbuat baik. Tuhan Yesus mengkontraskan antara yang lama dengan yang baru, pasti berhubungan dengan kontras antara tingkah laku murid-murid Yohanes dan murid-murid Kristus. Murid-murid Yohanes dan Farisi mewakili pengharapan Yudaisme untuk menyelamatkan mereka. tindakan mereka didasarkan berakar kepada sejarah Israel. mereka mewakili yang lama. Kristus datang mengabarkan berita baik mengenai tindakan Allah di dalam sejarah dan ini dapat dialami oleh mereka yang datang kepadaNya dan bergabung dalam persekutuan denganNya. Murid-murid tidak dapat mengikuti gaya hidup murid-murid dan orang Farisis, karena saat itu Tuhan Yesus datang membawa sebuah perjanjian yang baru, sebuah janji keselamatan, sebuah anugerah untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah. Anugerah Tuhan Yesus ini diperoleh bukan berdasarkan perbuatan, melainkan berdasarkan anugerah. Jika hal ini digabungkan, yakni perbuatan dengan anugerah, maka kedua duanya akan rusak. Perbuatan tidak menghasilkan apa-apa, anugerah juga tidak dapat diterima. Asketisme atau penyiksaaan diri untuk memperoleh perkenan Allah, tidaklah bisa diterapkan di dalam zaman anugerah ini. Demikian juga hidup di dalam anugerah tidak bisa diterapkan dalam gaya hidup Farisi dan murid-murid Yohanes. Dasar pemikirannya saja sudah berbeda. orang yang hidup dalam zaman anugerah, berbuat baik bukan supaya memperoleh berkat Allah, tetapi karena sudah memperoleh berkat Allah maka mereka berbuat baik. Gaya hidup lama dan baru tidak dapat digabungkan. Yang lama dan yang baru, tidaklah cocok. Gaya hidup Farisi dan murid-murid Kristus tidak bisa disatukan. Ketidakcocokan gaya hidup Farisi dan Gaya hidup murid-muird Kristus ini akan nampak semakin tajam ketika mempelai itu, yakni Kristus mati. Sabathj bukan lagi pada hari Sabtu, tetapi menjadi hari minggu, yakni hari kebangkitan Kristus. Puasanya sudah berbeda tujuan. Sama dengan Windows Vista, tidak bisa compatible dengan software lama. saya pernah install, antivirus Mc Afee yang belum compatible dengan Vista. Apa yang terjadi? komputer saya tidak bisa masuk. hanya setengah. saya enggak bisa uninstaal mc afeenya. karena kompueternya selalu minta restart. dua-duanya enggak bisa pakai. baik itu mc afee maupun windows vitsanya. Akhirnya, saya install ulang vistanya. Yang lama dan yang baru, bukan hanya diaplikasikan untuk puasa. Tetapi yang lama dan yang baru, adalah berhubungan dengan gaya hidup yang lama dan gaya hidup yang baru. Gaya hidup yang lama, adalah gaya hidup orang Farisi dan murid-murid Yohanes sedangkan gaya hidup yang baru adalah gaya hidup murid-murid Kristus. Bagaimana itu gaya hidup yang baru? Jawabannya sederhana, yakni hidup yang berpusatkan kepada Kristus. Murid-murid Yohanes dn Farisi menjalankan kehidupan keagamaan mereka dengan tujuan asketisme. sedangkan para murid adalah dengan tujuan berpusatkan kepada Kristus. Jika menjalankan kegaiatan keagamaan tidak berpusatkan kepada Kristus, maka akan membuat kita bisa menjadi ekstrem. orang Farisi ini menjadi ekstrem dalam aktivitas keagamaan mereka. Mereka berpuasa seminggu 2 kali. dan yang lebih celaka adalah mereka menghakimi orang yang tidak berpuasa. seperti yang telah dialami oleh murid-murid Kristus. - Kehidupan yang berpusatkan kepada Kristus, adalah kehidupan yang menghindari ekstrem-ekstrem. Orang Farisi jatuh ke dalam ekstrem legalisme. Mereka menetapkan peraturan diatas manusia. Orang Legalis akan mengambil keputusan dengan seikat peraturan-peratruan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Misalnya orang-orang Farisi memiliki hukum sebanyak 613. Mereka sudah dipersenjatai sebelumnya untuk menghadapi keadaan moral yang sulit. Mereka memiliki buku pedoman yang telah disiapkan untuk kasus-kasus moralitas yang mereka akan hadapi. Ada sebuah contoh ektsrem dari sejarah. Sewaktu terjadi pemberontakan Makabeus melawan penjajahan Roma, dikisahkan bagaimana orang-orang Yahudi memilih berdiri diam tanpa melawan, ketika serdadu musuh dengan dingin membantai dan membabat mereka-ribuan jumlahnya. Menurut Yosefus, mereka juga cuma berdiri menonton dari ketinggian-tidak bereaksi apa-apa-tatkala pasukan Pompei di depan mata mereka membangun kubu-kubu untuk mengurung mereka. Mengapa? Karena ini terjadi pada hari Sabat. Sikap yang heroik, bukan? Mungkin. Tapi kita juga dapat menyebutnya sebagai ekses Legalisme yang telah mencapai titik ekstrem. Mereka tidak mau melanggar hari sabath. Namun ada juga ektrem yang lain, yakni ektrem yang tidak mau terikat oleh peraturan. Mereka beranggapam bahwa tidak ada hukum-hukum moral yang mengikat mereka. Segala sesuatu bersifat relative. Ada orang-orang kristen yang jatuh ke dalam ektrem, hidup tanpa hukum. Tidak ada hukum Allah yang mengikat dirinya dalam hidupnya sehari-hari. orang semacam ini memiliki paham kebebasan, yaitu pendapat bahwa orang Kristen tidak lagi terikat untuk menaati hukum Allah dalam hal apapun. Pandangan ini sering kali dihubungkan dengan doktrin Protestan yang utama, yaitu pembenaran oleh iman semata-mata. Menurut pandangan ini, pembenaran oleh iman berarti bahwa sesudah seorang Kristen bertobat ia tidak perlu lagi memenuhi perintah-perintah Taurat. Ia juga membebaskan dirinya dengan memberikan alasan bahwa ia hidup oleh kasih karunia dan bukan oleh hukum, dan ia tidak berkewajiban untuk menaati hukum-hukum Allah. Dirinya mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan untung rugi. Jika hal yang diputuskannya mengntungkan dirinya, maka dia akan melakukan itu walaupun dia harus berbohong. Atau mengambil keputusan berdasarkan kenikmatan, kesenangan. Jika sebuah perbuatan memberikan kenikmatan dan kesenangan untuk dirinya, maka dia akan lakukan itu. sebaliknya jika tidak memberikan kenikmatan, kesenangan, maka tidak akan dilakukannya. Banyak orang kristen yang menganut paham hedonis, hidup demi kesenangan atau kenikmatan hidup. Padahal Paulus mengatakan: bagiku hidup adalah Kristus (Fil 1:21; bdk. Rom 16:19;). Orang kristen seperti ini juga hidup berdasarkan motivasinya. Yang penting motivasinya baik, apapun caranya akan ditempuhnya. Pelayanan di gereja, seringkali terjadi hal seperti ini. Misalnya, seseorang yang sudah bercerai, ingin menikah di gereja. Alasannya daripada orang itu hidup kumpul kebo, lebih baik dinikahkan. Padahal hal ini bertentangan dengan firman Tuhan.(Mark 10:11; I Kor 7:11) Intinya adalah tidak ada hukum Allah yang mengatur tingkah lakunya dan pengambilan keputusannya. Di gereja-gereja tertentu ada hamba-hamba Tuhan memonopoli pengetahuan rohani. Mereka menyatakan diri sebagai orang-orang "yang banyak mengetahui berbagai rahasia,". Mereka menyatakan diri unggul dalam sejenis pengetahuan mistik yang memberi mereka hak untuk mengelakkan atau mengganti perintah-perintah yang diberikan kepada masyarakat Kristen melalui pesan para rasul. Bermacam-macam variasi dari ajaran sesat ini masih bertahan sampai sekarang. Banyak yang beranggapan bahwa dirinya mengerti kehendak Allah secara supranatural melampaui yang ditulis Alkitab. Pengetahuan mereka itu tidak tertulis di Alkitab. Pdt. Stephen Tong pernah bercerita bahwa ada seseorng datang kepadanya bahwa dia aslah menikah dengan seseorang. Dia menikah dengan orang itu, karena Pdtnya mengatakan: Tuhan menyatakan kepadaku bahwa dia itu jodohmu. Akhirnya mereka menikah. Dan mereka mengalami neraka selama pernikahannya. Sebagai hasilnya, para pemimpin yang seperti ini dianggap sebagai hukum yang lebih tinggi. Kita mungkin seringkali mendengarkan kalimat ini:” Roh Kudus menuntunku melakukan hal ini………..dan celakanya, hal-hal yang dituntun oleh Roh Kudus adalah hal yang jahat dan bertentangan dengan Alkitab. Orang kristen ini adalah jatuh ke dalam ektrem hidup tanopa hukum. Bila hidup kita diarahkan kepada Kristus, kita tidak akan jatuh ke dalam ektrim-ekstrim seperti ini, oleh karena khidupan kita berpusatkan kepada Kristus dan hukum-hukumNya. orang yang jatuh ke dalam ektrim yang tadi sya sebutkan, adalah mereka yang berpusatkan hidupnya kepada diri sendiri dan bukan kepada Kristus. - kehidupan yang berpusatkan Kristus adalah sebuah kehidupan kristen yang batiniah dan bukan yang lahiriah. Orang-orang Farisi berpuasa hanya karena kewajiban keagamaan. Mereka sudah meninggalkan yang batitiah dan berpusatkan kepada yang lahiriah. 1. Ada 7 macam orang Farisi yang fanatik Farisi :pundak” yang memamerkan perbuatan baiknya di hadapan orang lain dengan cara menuliskan diatas selempang di pundaknya===> lahrian Farisi “tunggu sebentar” yang meminta orang lain tunggu sbentar karena dia ingin melakukan sebuah perbuatan baik===?> Lahiriah Farisi "buta," yang. menabrak tembok hingga benjol karena menutup mata ketika seorang wanita lewat didepan matanya. ===> Lahriah Farisi "ulekan", yang berjalan dengan menundukkan kepala agar tidak melihat pemandangan yang menggoda. Bdk. Di Mall IP====> Lahiriah Farisi "tukang hitung," yang selalu menghitung perbuatan baiknya untuk melihat apakah mereka sudah mengimbangi kesalahan-kesalahannya.====> Lahiriah Farisi "yang takut pada Allah,". Farisi "yang mencintai Allah," Hidup kristen itu bukan hanya di lidah, melainkan di dalam kehiduoan. Bukan hanya lahiriah, melainkan batiniah. Kristus tidak dipahami oleh rasio dan memori saja, melainkan dipahami sepenuhnya ketika Kristus itu menguasai seluruh jwia dan menembus sampai ke dalam hati kita yang terdalam. Dottrin bukan hanya ada di bibir, tetapi juga di dalam kehidupan. Kehidupan yang berpusatkan kepada Kristus akan menolong kita untuk menghindari kehidupan kristen yang lahiriah seperti orang Farisi. Saat ini banyak orang kristen yang gaya hidupnya adalah gaya hidup kontemporer, ikut zaman dan bukan batiniah. Misalnya, Bagaimana
mungkin kehidupan Kristen batiniah berjalan seiring dengan menggunakan
kaos berkerah dengan belahan dada yang sangat rendah? Bagaimana kehidupan Kristen batiniah berjalan seiring dengan pakaian dan celana yang minim memamerkan pesona dan kemolekan tubuh? Spirit kontemporer-nya mempengaruhi kehidupan batiniah (rohani) kita. Apakah kita semakin bertumbuh di dalam Tuhan atau justru semakin jauh dan jatuh? - Kehidupan yang berpusatkan Kristus adalah sebuah kehidupan kristen yang mencari kemuliaan Allah dan menyangkal diri sendiri. Orang-orang Farisi hidup dalam penyangkalan diri, namun sayang sekali, penyangkalan diri mereka untuk kiemuliaan mereka. Kehidupan kristen kita didasarkan kepada Kristus. Di dalam Kristus ada penyangkalan diri, namun penyangkalan diri kita ditujukan untuk mendatangkan kemuliaan Kristus. Diri kita bukanlah milik kita sendiri, karena itu berhentilah memikirkan diri kita dan keinginan-keinginan kita. Diri kita bukanlah milik kita sendiri, karena itu kita hidup dan mati untuk Kristus. Setiap keberadaan kita diarahkanb kepada Dia sebagai satu-satunya sasaran kita. Kita berpuasa untuk Allah, kita beribadah untuk kemuliaan Allah, kita melayani juga untuk kemuliaanNya, bukan untuk kemuliaan kita. Kita adalah mlik Allah, karena itu hendakNya, hikmat dan kehendak Kristus menguasai seluruh perbuatn kita. Penyangkalan diri yang benar, akan menutup pintu terhadap semua keangkuhan, ketamakan, kecintaan kepada kemewahan dan cinta diri. Orang farisi menyangkal diri dengan berpuasa, tetapi penyangakalan diri emreka salah, akrena berpusatkan kepada diri sendiri. Betapa banyak orang-orang beragama zaman ini menyangkal makanan dan minuman, tetapi p0enyangkalan diri seperti itu tidak berguna karena dilakukan di luar Kristus. - Kehidupan yang berpusatkan kepada Kristus adalah sebuah kehidupan yang mengusahakan kebaikan orang lain. Ketika orang Farisi sedang menjalankan puasa, mereka pada saat yang sama menghaikimi murid Kristus yang sedang makan. Berpuasa adalah kegiatan agama untuk mengusahakan kebaikan bagi orang lain, namun mereka tidak mengusahakan kebaikan orang lain, justru mencari keselahan orang. Manusi itu begitu dibuatakan oleh cinta diri sehingga setiap oirang menganggap bahwa dirinya berhak untuk meninggikan diri di atas semua orang lain. Jika kita bisa menjalankan sebuah aktivitas keagamaan seperti puasa, terkadang kita merasa besar kepala dan meluap dengan kesomnongan. Jika hidup kita tidak berpusatkan kepada Kristus, maka kita akan memuji diri kita sendiri dan tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Jika ada sedikit saj sifat buruk oada seseorang, maka kita tidak puas hanya dengan mengkritiknya tetapi terkadang kita memebsar besarkannya dengan kejam. Kita mengangap orang lain itu lebih rendah. Seperti inilah yang terjadi pada orangorang Farisi yang berpuasa. Kegiatan agama mereka tidak menguasahakan kebaikan orang lain, malahan mencari keslahan orang. Pada hari ini, jika saudara tidak memusatkan dirimu kepada Kristus, sebagai sebuah gaya hidup, maka sdr akan jatuh ke dalam eksalahan yang seperti ini juga. Kita berada di dalam bahaya menyombongkan diri dan menganggap diri kita lebih bik dari orang lain, jika kita tidak hidup berpusatkan kepada Kristus. Calvin mengatakan:” orang yang miskin menyerah kepada orang yang kaya, orang biasa kepada kelas yang lebih tinggi, para hamba kepada tuannya, orang bodoh kepada para cendikiaan, tetapi tidak adaseorang pun yang tidak menganggap dirinya benar-benar lebih baik daripada orang lain. Setiap orang menyanjung dan membusungkan dadanya. Ini adalah gaya hidup Fairis, gaya hidup duniawi. Gaya hidup Kristus bukanlkah seperti itu. Milikilah gaya hidup yang berpusatkan kepada Kristus dimana kita menguasahakan kebaikan orang lain dan bukian menganggap diri lebih hebat dari orang lain.
|
|