|
DASAR YANG TEGUH
1. ASAS PENGAJARAN TENTANG ALKITAB
Kata "Bible" dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani Biblos, yang
dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Alkitab. Alkitab bukan sebuah kitab
biasa, Alkitab adalah kitab Allah.
Ada dua bagian dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Perjanjian
Lama berisi riwayat dan panggilan Allah kepada bangsa Yahudi, dan nubuat
tentang
Mesias yang dijanjikan, yang akan datang sebagai Juruselamat dunia.
Perjanjian
Baru berisi berita tentang keselamatan di dalam Yesus Kristus dan bagaimana
manusia dapat memperoleh keselamatan itu. Itulah sebabnya bagian itu disebut
Perjanjian Baru. Alkitab sering disebut Firman Allah, yaitu perkataan Allah
kepada manusia. Bagaimana kita tahu bahwa apa yang ditulis dalam Alkitab
adalah
perkataan Allah? Sebab Alkitab adalah pernyataan dari Allah. Pernyataan itu
diberikan oleh Allah kepada manusia dengan cara yang luar biasa. Horne
mengatakan, "Pernyataan yaitu Allah memperkenalkan diri-Nya kepada manusia,
atau
menyatakan kehendak-Nya kepada manusia yang sebenarnya tidak dapat
mengetahui
dengan akal budi atau pikirannya sendiri."
Dalam Alkitab Tuhan Allah memberikan pernyataan yang genap dan sempurna
kepada
manusia. Ia membuktikan kebenaran pernyataan itu dengan mujizat
(#/TB Yohanes 3:2) dan nubuat yang digenapi (#/TB Yesaya 46:9,10*;
#/TB Yohanes 14:29*). Pernyataan itu adalah pernyataan tentang diri-Nya
sendiri yang digenapi dalam Yesus Kristus. Ia adalah penggenapan dari semua
pernyataan Allah Bapa (lihat #/TB Ibrani 1:2,3; 1Timotius 3:16*;
#/TB Kolose 2:2,3; 2Korintus 4:6; Yohanes 1:1,18; 14:9; Matius 11:27*).
"Agama Kristen timbul sebab Allah menyatakan diri kepada manusia di dalam
diri
Yesus, tetapi pengajaran tentang Kekristenan terdapat di dalam Alkitab yang
harus diterima dan dipercayai di dalam hati dan pikiran orang yang percaya"
(McPherson).
Pernyataan yang demikian itu perlu sebab suara hati manusia tidak cukup kuat
untuk membawa dia kepada Allah. Selain itu pernyataan yang direncanakan itu
penting supaya dapat dijadikan suatu ukuran yang benar, yang tepat dan yang
pasti. Sejak dahulu Rasul Paulus telah memberitahukan bahwa akan datang
guru-guru sesat di dalam jemaat-jemaat yang tidak memperdulikan
anggota-anggota
jemaat-Nya, oleh sebab itulah perlunya penyataan Allah yang direncanakan.
Tetapi
bagaimana merencanakan penyataan itu? Penyataan itu diilhamkan Allah kepada
manusia dan ditulis di dalam Alkitab.
Alkitab Diilhamkan Oleh Allah
Diilhamkan artinya, "si penulis Alkitab itu digerakkan dan dipimpin oleh
Allah
sehingga ia dapat menuliskan kebenaran-kebenaran yang mungkin si penulis itu
sudah mengetahuinya lebih dahulu, tetapi mungkin juga ia belum mengetahuinya"
(Pardington). "Bila dikatakan Alkitab diilhamkan oleh Allah itu berarti
Tuhan
Allah menggerakkan serta memimpin pikiran orang-orang yang menulis Alkitab
itu,
dengan demikian Alkitab itu adalah suatu undang-undang yang tidak mungkin
salah
dan wajib dipercayai serta ditaati" (Strong). "Diilhamkan artinya: Roh Kudus
telah memimpin dan menggerakkan hati para penulis Alkitab sehingga apa yang
ditulis oleh mereka itu merupakan penyataan dari kehendak Allah dan
merupakan
Firman Allah" (Wiley). Diilhamkan artinya, "Roh Kudus bekerja di dalam akal
budi
orang-orang yang menulis Alkitab itu sehingga pikiran mereka dibukakan dan
mereka dapat menuliskan kebenaran-kebenaran Allah dengan tepat" (Hannah).
Perkataan "diilhamkan oleh Allah" dalam bahasa Yunani berarti "dinafaskan
oleh
Allah". (Lihat #/TB 2Timotius 3:16; 2Petrus 1:21*).
Terjemahan Dr. Shellabear dari #/TB 2Timotius 3:16* adalah sebagai berikut:
"Adapun segenap kitab (Alkitab) yang diilhamkan Allah yaitu berguna bagi
pelajaran dan teguran, dan membetulkan kelakuan orang dan mengajar dia dari
hal
kebenaran. "Terjemahan Dr. Bode adalah sebagai berikut: "Adapun tiap-tiap
kitab
yang diwahyukan Allah, berfaedah bagi pelajaran, bagi hal menyatakan yang
salah,
bagi hal membaiki yang rusak dan bagi hal mengajarkan jalan yang benar. "Kedua
terjemahan itu tidak tepat sekali dengan bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani.
Bila keduanya diselidiki benar-benar, akan jelas sekali perbedaannya dengan
terjemahan yang sebenarnya. Dahulu dalam bahasa Inggrispun ayat itu kurang
tepat
penterjemahannya. Kemudian, setelah dikeluarkan terjemahan yang diperbaharui
dari Amerika, maka ayat itu dibetulkan penterjemahannya. Terjemahan yang
tepat
dengan bahasa aslinya menyatakan bahwa segenap Alkitab diilhamkan oleh
Allah.
I. PERJANJIAN LAMA DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA
ALKITAB DIILHAMI DAN DIWAHYUKAN ALLAH
Dalam ayat-ayat berikut terdapat pernyataan dari Perjanjian Lama bahwa
Alkitab
diilhamkan oleh Allah: #/TB Ulangan 34:10; Keluaran 4:10-17*;
#/TB Bilangan 17:2,3; Ulangan 4:2; 6:1; 29:1; Yosua 1:1-8; 2Samuel 23:2*;
#/TB Amsal 30:5,6; Yesaya 5:24; 8:1; Yeremia 1:7-9; 7:27; 13:12; 30:1,2*;
#/TB Yeremia 36:1-11,27-32; Yehezkiel 2:7; 3:10,11; 24:2; Daniel 12:8,9*;
#/TB Mikha 3:8; Habakuk 2:2; Zakharia 7:8-12*.
Perkataan, "Allah berfirman" atau "Firman Allah" atau kata-kata lain yang
menyatakan bahwa Allah berbicara disebutkan 3808 kali di dalam Perjanjian
Lama.
Kata-kata itu ditulis untuk menunjukkan bahwa benar-benar Allah yang
berfirman
dan banyak juga bukti yang lain bahwa perkataan mereka sungguh-sungguh
Firman
Allah.
A. Perkataan Tuhan Yesus tentang Perjanjian Lama
Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan bahwa Perjanjian Lama adalah Firman
Allah
dan berasal dari Allah. Perkataan Tuhan Yesus itu telah menjadi bukti yang
cukup
bagi kita. Tuhan Yesus mengakui Perjanjian Lama dalam ayat-ayat berikut:
#/TB Matius 5:18; Lukas 24:27,44*; #/TB Matius 12:39,40; Lukas 11:29; Matius
8:17;
Lukas 4:17,18* dll.
B. Kesaksian Para Rasul
Rasul-rasul Tuhan Yesus mengakui dan mengesahkan Perjanjian Lama dalam
ayat-ayat
berikut: #/TB Kisah 1:16; 2Timotius 3:15-17; Roma 16:26*;
#/TB Ibrani 10:16,17; 2Petrus 3:2; Wahyu 22:6*.
II. PERJANJIAN BARU DAN PENULISNYA MENYATAKAN BAHWA
ALKITAB DIILHAMI DAN DIWAHYUKAN ALLAH
Para penulis Perjanjian Baru juga mengakui bahwa apa yang mereka tulis itu
diilhami oleh Allah. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat-ayat:
#/TB 2Petrus 1:20,21; 1Petrus 1:10,11; Kisah 1:16; 28:25; 1Korintus 2:13*;
#/TB 1Korintus 14:37; 1Tesalonika 2:13; 2Petrus 3:1,2; Matius 10:20*;
#/TB Lukas 12:12; 21:14,15; Kisah 2:4*. Dari ayat-ayat itu mereka mengakui
dan percaya bahwa perkataan-perkataan mereka itu diilhamkan oleh Allah dan
akal
budi mereka dipimpin oleh Roh Kudus.
Bukti dari Alkitab Sendiri dan bukti lain.
Bukti lain: ada buktinya bahwa segenap Perjanjian Baru diakui sah oleh
seluruh
jemaat sejak sebelum tahun 200 S.M.
Bagi kita yang sungguh-sungguh percaya dan mentaati Alkitab, ada bukti yang
tidak dapat disangkal yaitu kita telah mendapat hidup kekal dan keselamatan
bagi
jiwa kita. Alkitab dapat memberikan kepada kita keselamatan jiwa dan
pengampunan
dosa. Ini adalah bukti di dalam batin kita dan tidak dapat disangkal oleh
manusia. Dan bukti yang terbesar ialah bahwa Tuhan Yesus Kristus dinyatakan
dalam Alkitab. Ketika Tuhan Yesus akan meninggalkan dunia ini Ia berkata, "Masih
banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan
memimpin
kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari
diri-Nya
sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan
dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan
memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku"
(#/TB Yohanes 16:12-14*).
Di dalam kata-kata-Nya itu Ia berjanji akan memberitahukan
kebenaran-kebenaran
yang lain kepada rasul-rasul-Nya yang kemudian ditulis oleh mereka menjadi
kitab-kitab di dalam Perjanjian Baru.
III. KEKANONAN DI DALAM ALKITAB
Kita telah membahas bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah melalui pekerjaan
Roh
Kudus di dalam hati dan pikiran penulisnya. Tetapi kita patut mengetahui
bagaimana kitab-kitab itu dapat dimasukkan menjadi bagian-bagian dari
Alkitab.
Dalam bahasa Yunani dan Inggris hal ini disebut "kanon". Arti sebenarnya
dari
kata "kanon" ialah "kayu ukuran", yang mengukur kehidupan dan asas atau
undang-undang kepercayaan. Mula-mula kata "kanon" artinya daftar yaitu
daftar
kitab- kitab yang disahkan oleh jemaat yang mula-mula. Kanon sebuah kitab
artinya hak kitab-kitab itu untuk dimasukkan di dalam Alkitab.
Diterima tidaknya sebuah kitab dimasukkan di dalam Alkitab ditentukan oleh
kesaksian jemaat yang mula-mula, bukan oleh karena kuasa jemaat itu. Jemaat
yang
mula-mula tidak lebih berkuasa atau lebih mulia daripada jemaat yang
sekarang,
akan tetapi kesaksian jemaat yang mula-mula lebih autentik. "Jemaat yang
mula-mula tidak menggunakan hak mereka untuk menyelidiki isi Kitab Suci,
tetapi
jemaat yang mula-mula itu menyaksikan siapa yang menulis kitab-kitab yang
termasuk di dalam Kitab Suci itu" (Shedd). "Kitab-kitab yang disahkan oleh
jemaat yang mula-mula hanyalah kitab-kitab yang ditulis oleh rasul-rasul
atau
disahkan oleh seorang rasul Yesus Kristus. Oleh sebab itu Injil Markus dan
Injil
Lukas diterima dengan baik karena Injil Markus disahkan oleh Rasul Petrus
dan
Injil Lukas disahkan oleh Paulus. Bila masih diragukan siapa penulisnya,
maka
kekanonan itu dipakai disertai dengan kesaksian jemaat yang memegang kitab
tersebut" (Wiley).
Kita dapat membaca bahwa Yesus Kristus, Nabi yang terbesar, telah
mengesahkan
segenap Perjanjian Lama di dalam #/TB Lukas 24:27,44* dan #/TB Yohanes
5:39*.
Yesus Kristus adalah KALAM/Firman Allah, dan Ia adalah Allah dan manusia.
Demikian juga Firman Allah itu adalah perkataan ilahi tetapi juga perkataan
dari
manusia sebab ditulis oleh manusia. Bila kita membaca Alkitab, kita akan
merasakan "Keilahiannya" sebab alkitab itu diilhamkan Allah dan merasakan
"kemanusiaannya" sebab Alkitab itu ditulis oleh manusia.
A. Kanon Perjanjian Lama
Dahulu Perjanjian Lama dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1. Taurat; 2. Kitab
Para
Nabi; 3. Kitab Mazmur dan lain-lain. Asal mula Kekanonan Perjanjian Lama
masih
belum dapat diketahui dengan pasti. Ada sedikit keterangan mengenai hal itu
di
dalam Perjanjian Lama. Setelah Musa menulis Taurat, ia memerintahkan agar
menyimpan Taurat itu di samping tabut perjanjian Tuhan (#/TB Ulangan
31:26*).
Di dalam Taurat Musa itu dikatakan bahwa setiap raja bangsa Israel
diharuskan
membaca dan mentaati kitab itu (#/TB Ulangan 13:18*). Yusak mengadakan
perjanjian dengan orang-orang Israel dan menuliskannya di dalam Taurat
(#/TB Yosua 24:26*). Samuel memberikan penjelasan bagaimana sepatutnya sikap
seorang raja kepada rakyatnya dan hal itu juga ditulis di dalam sebuah kitab
(#/TB 1Samuel 10:25*). Pada waktu Yosafat menjadi raja, persembahan
orang-orang
Yahudi disucikan dan iman-iman serta orang-orang Lewi mengajarkan Taurat
Allah
kepada kaumnya (#/TB 2Tawarikh 17:9*).
"Tahun yang penting yang berhubungan dengan kanon Perjanjian Lama ialah 621
sebelum Masehi. Pada waktu itu Hilkia, imam besar, kebetulan menemukan Kitab
Taurat di dalam Kaabah pada waktu Yosia menjadi raja. Lihat
#/TB 2Raja 22:8,10*. Lalu Raja Yosia memanggil orang banyak supaya mereka
mendengar dan belajar dari kitab itu (#/TB 2Raja 23:1-3*). Mereka yakin
bahwa itu adalah Taurat Allah. Tahun yang penting berikutnya ialah kira-kira
tahun 500-450 S.M. Yaitu ketika Taurat dinyatakan dan diajarkan kepada
orang-orang Israel. Masa itu adalah masa Ezra dan Nehemia. Pada waktu itu
Taurat
Allah dibacakan kepada orang-orang dan dibuat sebuah perjanjian oleh para
pemimpin bangsa Israel (#/TB Nehemia 8:1 dst). Kalau kita menyelidiki pasal
#/TB Nehemia 8:1-10:39* maka akan jelas bahwa Kitab Yosua disambung dengan
Kitab
Taurat. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa Taurat, atau bagian
pertama
dalam Perjanjian Lama disahkan dan diteguhkan pada tahun 440 S.M. "(Wiley).
Bagian yang kedua dalam Perjanjian Lama ialah Kitab Nabi-Nabi. Di antara
kitab-kitab para nabi itu juga ada kitab yang berisi riwayat. Pada tahun 200
S.M. istilah "Kitab Nabi-Nabi" itu telah dikenal oleh umum, dan kita dapat
membuat kesimpulan bahwa tahun 200 S.M. adalah saat kekanonan Kitab
Nabi-Nabi.
Bagian yang ketiga ialah Kitab Mazmur dan Kitab yang lain-lain.
Kadang-kadang
bagian ketiga itu disebut Kitab Mazmur, kadang-kadang disebut juga "Kitab-Kitab
Lain." Istilah itu biasa dipakai pada tahun 130 S.M. Dapat dikatakan bahwa
kekanonan bagian ketiga ini disahkan dan diakui pada tahun 100 S.M. "Sesudah
orang-orang Israel kembali dari Babel menuju ke Palestina dan menetapkan
peraturan-peraturan untuk penyembahan kepada Allah, pada waktu itu mereka
mengumpulkan kitab-kitab yang mereka yakin kitab-kitab itu diilhamkan Allah.
Kitab-kitab itu sama dengan kitab-kitab yang dipakai sebelum bangsa Israel
ditawan di Babel, ditambah dengan kitab-kitab Zakharia, Maleakhi, dan
beberapa
kitab nabi lain dan kitab-kitab yang berisi riwayat. Kumpulan kitab-kitab
itu
diakui dan dianggap sempurna, tidak ditambahi dengan kitab-kitab lain, dan
kumpulan itu dinamakan Kitab Suci atau Kitab Taurat dan Nabi-Nabi, atau
Kitab
Taurat dan Nabi-Nabi dan Mazmur" (Wakefield). Orang-orang pandai bangsa
Yahudi
telah mengesahkan dan mengakui Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang ini.
Yosephus, seorang Yahudi yang menulis riwayat tentang bangsanya, mengakui
Perjanjian Lama yang kita pakai sekarang ini demikian pula Philo dan
Alexandria.
Sesudah kota Yerusalem hancur pada tahun 70 maka Yamnia menjadi pusat
pemerintahan dan agama Yahudi. Dalam tahun 90 orang-orang Yahudi mengadakan
perhimpunan (Majelis) besar untuk mengesahkan dan mengakui Perjanjian Lama
sebagaimana yang kita pakai sekarang. Sejak itu Perjanjian Lama tidak dapat
ditambah atau dikurangi isinya. Tuhan Yesus sendiri telah mengesahkan
Perjanjian
Lama itu dan mengakuinya sama seperti Perjanjian Baru sebagai salah satu
bagian
dalam Alkitab.
B. Kanon Perjanjian Baru
Kanon Perjanjian Baru juga tidak dapat dipastikan tahunnya karena kekanonan
itu
terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Yang jelas adalah kekanonan
Perjanjian
Baru berakhir pada tahun 397. Rupanya kekanonan yang pertama ialah kekanonan
dari daftar kitab-kitab yang sah yang dipakai oleh beberapa jemaat yang
mula-mula. #/TB 2Petrus 3:16* menunjukkan bahwa surat-surat Rasul Paulus
dikumpulkan dan disusun. Kemungkinan surat Paulus kepada jemaat di Efesus
adalah
surat edaran yang dikirimkan kepada beberapa jemaat. Jemaat-jemaat itu
kemudian
menyimpan surat-surat yang mereka terima itu lalu surat-surat itu kemudian
menjadi Perjanjian Baru. Di antara anggota-anggota jemaat yang mula-mula itu
ada
beberapa orang yang telah membuat daftar kanon dari kitab-kitab yang
dianggap
sah. Yang pertama dibuat oleh Origen pada tahun 210. Dalam daftarnya Kitab
Yakobus dan Kitab Yudas tidak termasuk, akan tetapi dalam pernyataannya yang
lain ia mengesahkan kedua kitab itu. Kemudian pada tahun 315 Eusebius
mengemukakan daftar kanon yang dibuatnya.
Pada tahun 315 itu juga Athanasius sudah mengeluarkan daftar kanon dari
kitab-kitab Perjanjian Baru seperti yang kita miliki sekarang. Ada
daftar-daftar
lain yang dikeluarkan oleh beberapa majelis jemaat.
Daftar kanon yang dibuat oleh Yerome (382), Ruffinua (390) dan Agustine
(394)
adalah daftar yang sama dengan Perjanjian Baru yang kita miliki sekarang.
Dalam
sidang Majelis besar yang diadakan di Carthago pada tahun 397, Perjanjian
Baru
diakui dan disahkan. Demikian juga dalam sidang majelis besar Trullan pada
tahun
692. Dalam sidang-sidang itu mereka hanya mengesahkan apa yang sudah lama
diakui
dan disahkan oleh jemaat-jemaat Tuhan. "Dengan demikian jelas bahwa
kekanonan
Alkitab itu terjadi dalam jangka waktu yang lama, tetapi pekerjaan itu
merupakan
hasil pimpinan Roh Kudus dalam jemaat-jemaat. Pekerjaan itu bukan hanya
mengumpulkan kitab-kitab yang benar, tetapi juga menolak yang salah"
(Bicknell).
Perlu diingat bahwa kanon Perjanjian Baru disahkan dan diakhiri pada tahun
397.
Ada juga sebuah bukti lain yang mengemukakan bahwa Perjanjian Baru
sebagaimana
yang sekarang ini telah diakui dan disahkan oleh jemaat sebelum tahun 200.
Ada juga yang beranggapan bahwa kanon Perjanjian Lama dikumpulkan oleh Ezra,
setelah itu tidak ada penambahan kitab-kitab lagi dalam Perjanjian Lama.
Kekanonan Perjanjian Baru terjadi dalam jangka waktu yang agak lama, dan
dilaksanakan oleh Allah melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam jemaat. Kita
yakin
bahwa Roh Kudus memimpin pekerjaan itu sehingga yang benar diterima dan yang
salah ditolak. Sebab ada beberapa kitab yang pada permulaannya lama sekali
diselidiki dan belum dapat diterima, tetapi akhirnya diakui kekanonannya,
jadi
hal itu menyatakan bahwa kitab-kitab itu sangat penting bagi jemaat yang
mula-mula.
C. Apokripa (Apocrypha): Kitab-kitab yang kekanonannya tidak
diakui dalam Perjanjian Lama.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kanon Perjanjian Lama dianggap sudah genap
pada kira-kira tahun 100 S.M. Akan tetapi ada juga kitab-kitab tulisan yang
lain. Kitab-kitab itu sering dibaca akan tetapi tidak diakui sebagai Alkitab
oleh orang-orang Yahudi di Palestina. Dahulu orang-orang Yahudi di Yunani
dan
Alexandria menganggap kitab-kitab itu hampir sama dengan Alkitab.
Kitab-kitab lain yang jumlahnya ada 14 itu disebut Apokripa. Apokripa
artinya
"tersembunyi" atau "tertutup". Kitab-kitab itu tidak pernah dianggap sah
baik
oleh Perhimpunan orang Yahudi maupun oleh jemaat yang mula-mula. Jemaat yang
mula-mula menerima kanon dari orang-orang Yahudi yang di Palestina, bukan
kanon
dari orang-orang Yahudi di Alexandria. Gereja Roma mengakui sah Apokripa itu
dalam perhimpunan Trent pada tahun 1546. Jemaat Protestan, sama seperti
jemaat
yang mula-mula, tetap menolak kitab-kitab Apokripa itu dan tidak
menganggapnya
sebagai Alkitab. "Bukan manusia yang menjadi hakim atas Alkitab tetapi
Alkitablah yang menghakimi manusia" (Pardington).
Yesus Kristus tidak pernah mengakui Apokripa. Dalam Perjanjian Baru tidak
ada
kutipan-kutipan yang diambil dari kitab-kitab Apokripa itu. Apokripa tidak
diterima dalam kekanonan Perjanjian Lama.
D. Alkitab adalah dasar kepercayaan kita.
Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, adalah dasar kepercayaan
orang Kristen.
Perjanjian Baru menyatakan bahwa Perjanjian Baru itu merupakan penggenapan
dari
Perjanjian Lama, hal itu dapat dilihat dalam #/TB Ibrani 1:2; Galatia 1:8,9;
Wahyu 22:18*.
Alkitab menjadi pedoman untuk kita dapat menguji apakah suatu jemaat benar
atau
murtad kepada Allah.
Jemaat yang mempunyai asas kepercayaan dan perbuatan yang sesuai dengan
Alkitab
adalah jemaat yang benar, tetapi jemaat yang asas kepercayaan dan
perbuatannya
tidak sesuai dengan Alkitab, jemaat itu adalah jemaat yang murtad. Hal ini
dapat
diketahui dari ayat-ayat: #/TB Ulangan 28:58,59*;
#/TB Ulangan 32:46,47; Yosua 1:7,8; Yesaya 8:20; 34:16; Yohanes 5:39*;
#/TB Lukas 16:29-31; Kisah 17:11; Yakobus 1:22-24*.
"Ada hubungan yang erat sekali antara Kristus dan Alkitab. Keduanya disebut
Perkataan Allah, dan keduanya adalah Perkataan Allah yang Hidup (perkataan
yang
hidup daripada Allah). Yesus Kristus ialah Perkataan Hidup yang tertulis.
Siapa
yang menolak Alkitab berarti ia menolak Kristus yang telah mengaruniakan
Alkitab, dan orang itu akan kena hukuman kelak. Lihat
#/TB Yohanes 1:1,14; 12:47,48; 1Tesalonika 2:13; Ibrani 4:12*;
#/TB Roma 2:16*" (Woods). "Alkitab merupakan cermin yang membayangkan Yesus
Kristus, dan memimpin orang kepada Yesus Kristus. Setiap orang menyelidiki
Alkitab pasti akan dipimpin oleh Roh Kudus kepada kebenaran yang ada di
dalam
Yesus Kristus" (Strong).
E. Alkitab penting sekali untuk kita.
Dalam #/TB Mazmur 19:8* kita membaca: "Taurat Tuhan itu sempurna,
menyegarkan jiwa; peraturan Tuhan itu teguh, memberikan hikmat kepada orang
yang
tak berpengalaman. "Dalam ayat itu dinyatakan bahwa Alkitab itu sempurna,
menyegarkan jiwa bagi orang yang mempercayainya, teguh dan memberikan hikmat
kepada orang yang tak berpengalaman (bodoh). Seluruh #/TB Mazmur 119:1-176*
menyatakan pentingnya Alkitab. Demikian juga #/TB Lukas 11:28* mengatakan,
"Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang
memeliharanya."
Alkitab itu penting sebab hanya di dalam Alkitab orang dapat mengetahui
tentang
keselamatan jiwanya. Alkitab adalah pemimpin yang sempurna disertai dengan
pertolongan Roh Kudus. Roh Kudus membuka pikiran kita dan menjelaskan isi
Alkitab kepada kita supaya kita menerima kebenaran itu (#/TB Lukas 24:32,45;
Kisah 16:14*).
Alkitab dapat menjawab segala persoalan kita. "Bagaimana sejak kecil engkau
mengenal buku-buku kudus, sumber kebijaksanaan untuk memperoleh keselamatan,
berdasarkan kepercayaan akan Kristus. Segala yang tertulis dalam buku-buku
kudus
diilhamkan oleh Allah dan berguna untuk mengajar, meyakinkan para penentang,
memberi nasihat-nasihat dan mendidik orang dalam kebenaran, sampai setiap
petugas Allah sungguh-sungguh sanggup dan beralat lengkap, untuk
melaksanakan
segala pekerjaan yang baik." (#/TB 2Timotius 3:15-17*, terjemahan dalam
"Injil" yang diterbitkan oleh Percetakan Arnoldus, Ende, Flores).
F. Hubungan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru
Persoalan yang pertama-tama timbul dalam jemaat yang mula-mula ialah apakah
hubungan antara Taurat dengan jemaat Yesus Kristus. Kebanyakan orang Yahudi
yang
sudah percaya tidak mau melepaskan undang-undang Taurat dan orang-orang
bukan
Yahudi merasa tidak perlu mentaati semuanya. Persoalan ini telah menjadi
persoalan yang penting sehingga Rasul Paulus mengatakan bahwa orang-orang
bukan
Yahudi tidak perlu menjadi orang Yahudi dahulu sebelum mereka menjadi orang
Kristen.
Surat Paulus kepada jemaat Galatia menyatakan bahwa Kekristenan itu bebas
dari
Taurat. Pernyataan itu dilanjutkan dan lebih dijelaskan di dalam surat
Efesus.
Hal itu telah menjadi perselisihan dalam jemaat sehingga diadakan pertemuan
istimewa untuk menyelesaikan hal itu. Pertemuan itu diadakan di Yerusalem
(#/TB Kisah 15:1-41*). Orang-orang Farisi yang sudah percaya mengatakan
bahwa orang-orang bukan Yahudi harus disunat. Petrus mengemukakan tentang
hal- hal yang terjadi di antara orang-orang bukan Yahudi di tempat ia telah
mengabarkan Injil. Yakobus membuat keputusan seperti yang tertulis dalam
#/TB Kisah 15:19-21*.
Setelah itu jemaat-jemaat Kristen membuat kesimpulan seperti berikut.
Pertama,
Perjanjian Lama tidak bertentangan dengan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama
mempersiapkan orang-orang untuk Kekristenan yang pada masa itu masih belum
ada.
Kedua, janji-janji Allah kepada bangsa Yahudi bukan hanya janji-janji berkat
jasmani saja, tetapi juga merupakan janji-janji untuk berkat rohani dan
keselamatan jiwa. Janji-janji itu menerangkan pengharapan akan Mesias yang
digenapkan di dalam Yesus Kristus (#/TB Ibrani 1:1*). Ketiga, persoalan
tentang hubungan jemaat dengan Taurat diselesaikan dengan membedakan antara
undang-undang umum (sipil) dan undang-undang adat-istiadat dengan
undang-undang
rohani. Kita dapat mengetahui bahwa Tuhan Yesus membedakan keduanya di dalam
ayat-ayat: #/TB Matius 5:38,39,43,44; Markus 2:21,22,28*. Dalam ayat-ayat
itu Tuhan Yesus mengakui diri-Nya lebih tinggi daripada Taurat. Dengan
perkataan-Nya itu juga Ia telah menyediakan orang-orang untuk kebenaran yang
lebih lanjut yang nanti akan dinyatakan oleh Roh Kudus (#/TB Kisah 15:28*).
Pendeknya, undang-undang adat-istiadat dan undang-undang umum dalam Taurat
itu
hanya berlaku bagi Israel sebagai suatu bangsa. Dan oleh sebab Injil itu
untuk
segenap dunia, maka undang-undang adat-istiadat tidak dapat diterapkan
kepada
setiap orang Kristen. Lihatlah #/TB Galatia 3:24,25,28; 4:3-5; Roma
3:21-28*.
Undang-undang rohani dalam Taurat tidak dibatalkan oleh Tuhan Yesus tetapi
digenapkan dan disempurnakan di dalam Injil.
G. Sedikit keterangan mengenai Alkitab.
Alkitab yang paling tua disalin langsung dari aslinya. Ada tiga salinan yang
paling tua, yaitu Kodex Sinaiticus, Kodex Alexandrinus, dan Kodex Vatikkanus.
Kodex Sinaticus adalah salinan dalam bahasa Ibrani dan Bahasa Yunani pada
abad
keempat (300-399). Dahulu kitab itu ada di Rusia, tetapi setelah perang
dunia
kedua dijual kepada seorang Inggris dengan harga $500.000. Kodex
Alexandrinus
adalah salinan dalam bahasa Ibrani dan Yunani pada abad ke 5 dan ada di
Inggris.
Kodex Vatikanus ialah salinan dalam bahasa Ibrani dan Yunani pada abad ke-4,
dan
ada di Vatikan, Roma. Terjemahan-terjemahan dan salinan kuno yang lain
adalah:
1. Septuaginta, yaitu terjemahan hanya Perjanjian Lama saja, dalam bahasa
Gerika. Terjemahan itu dibuat di Alexandria (Mesir) kira-kira tahun 285 S.M.
2. Samaritan Pentateuch, yaitu Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani tetapi
memakai huruf Samaria.
3. Siria, yaitu Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam bahasa
Siria
yang dibuat pada abad pertama atau kedua.
4. Vulgata, Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam bahasa Latin,
diterjemahkan oleh Hieronymus kira-kira tahun 400. Kitab itu ada di Vatikan,
Roma.
H. Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Inggris
Sebelum abad keempat belas Alkitab hanya di dalam bahasa Latin saja, jadi
banyak
orang yang tidak dapat membaca Alkitab. Setelah itu barulah ada
terjemahan-terjemahan
dalam bahasa Inggris.
Terjemahan John Wycliffe, yang hidup antara 1320-1384. Ia adalah seorang
Inggris
yang terpelajar. Ia menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru kira-kira 1380.
Sahabat-sahabatnya meneruskan pekerjaannya setelah ia meninggal.
Terjemahannya
didasarkan pada Vulgata.
Terjemahan Willian Tyndale. Ia juga seorang Inggris yang terpelajar dan
seorang
yang sangat mementingkan kebangunan rohani. Oleh sebab aniaya yang berat ia
terpaksa melarikan diri ke Eropa dan bekerja di sana. Perjanjian Baru dan
Taurat
telah diselesaikannya pada tahun 1530. Ia telah mati sebagai sahid sebelum
Perjanjian Lama selesai.
Terjemahan "Matthews' Bible", pada tahun 1537. Sebagian besar dikerjakan
oleh
John Rogers, sahabat Tyndale. Ia telah menyelesaikan pekerjaan yang
ditinggalkan
oleh Tyndale.
Terjemahan "The Great Bible", pada tahun 1539. Terjemahan ini didasarkan
pada
penterjemahan Matthews, Coverdale dan Tyndale.
The Geneva Bible, pada tahun 1560. Terjemahan ini dikerjakan di Geneva
(Swiss)
oleh para ahli yang melarikan diri dari Inggris karena tidak tahan
menghadapi
aniaya yang terjadi pada zaman permaisuri Mary. Terjemahan ini dipakai lama
di
Inggris.
The Bishop's Bible, 1568. Diterjemahkan di bawah pimpinan Archbishop of
Canterbury pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I.
The Douay Bible. Ini adalah terjemahan untuk orang-orang Roma Katolik.
Penterjemahan itu didasarkan pada terjemahan Vulgata dan pekerjaan itu
diselesaikan pada tahun 1609-1610.
King James atau "Authorised Version", pada tahun 1611. Terjemahan ini sampai
sekarang masih tetap disukai dan dipakai oleh orang-orang yang berbahasa
Inggris. Alkitab itu diterjemahkan oleh 47 orang ahli atas perintah Raja
James I
dari Inggris. Penterjemahan ini didasarkan pada Bishop's Bible dan Alkitab
dalam
bahasa Ibrani dan Yunani.
Revised Version, 1881-1884. Diterjemahkan oleh beberapa orang Ahli dari
Inggris
dan Amerika. Terjemahan ini didasarkan pada salinan yang tertua.
The American Standard Version, 1900-1901. Terjemahan ini hampir sama dengan
Revised Version, hanya ada perubahan sedikit dibuat oleh ahli-ahli dari
Amerika.
Penterjemahan ini dikerjakan oleh kira-kira 100 orang ahli dari berbagai
macam
denominasi.
Revised Standard Version 1949. Ini merupakan terjemahan yang didasarkan pada
salinan yang tertua, dan banyak pengetahuan baru yang diperoleh dari
bahasa-bahasa yang ada pada waktu Alkitab ditulis.
Masih ada lagi terjemahan-terjemahan yang lain dalam bahasa Inggris,
misalnya:
The Living Bible, The New American Bible, Good News For Modern Man, The New
International Version dsb.
|