SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIA

melayani jemaat dan hamba Tuhan

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

 

 

   Ke Daftar Isi

 


 ASAS PENGAJARAN TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH

Sifat-sifat Allah ialah kesempurnaan-kesempurnaan yang memang ada pada Allah,
dan yang memancari dari pribadi-Nya. Kita akan menyelidiki sifat-sifat Allah
yang berikut: Allah Mahatahu, Allah Mahakuasa, Allah Mahahadir, Allah Mahasuci,
Allah Mahakasih, Kebenaran dan keadilan Allah, Rahmat dan Kemurahan Allah,
Kesetiaan Allah.

I. ALLAH MAHATAHU

Allah adalah Roh, oleh sebab itu Allah mempunyai pengetahuan. Allah adalah Roh
yang sempurna, oleh sebab itu pengetahuan Allah sempurna. Allah Mahatahu,
berarti Allah mengetahui segala sesuatu dan pengetahuan-Nya sempurna. Lihat
#/TB 1Yohanes 3:20; Ayub 37:16; Mazmur 147:5*. Allah mengetahui segala
sesuatu, pengetahuan-Nya sempurna dan tidak dapat diduga. Ayat dari Mazmur itu
menunjukkan bahwa pengetahuan Allah luas sekali dan tak terhingga. Manusia tidak
dapat memiliki segala pengetahuan, kebijaksanaan, dan Rahmat Allah,
#/TB Ayub 11:7,8; Yesaya 40:28; Roma 11:30*. Seluruh maksud dan rencana
Allah yang berkenaan dengan manusia dan keselamatannya tidak dapat dimengerti
dan diduga oleh pikiran manusia.

Apakah yang diketahui oleh Allah?

Allah melihat dan mengetahui semua yang terjadi di segenap tempat, Ia melihat
segala yang baik dan yang jahat (#/TB Amsal 15:3*).

Allah mengetahui segala sesuatu dalam alam ini, tiap-tiap binatang, bahkan
burung pipit pun diketahui jumlahnya (#/TB Mazmur 147:4; Matius 10:29*).

Allah melihat semua anak manusia, dan memperhatikan segala perbuatan mereka,
bahkan Allah melihat perjalanan hidup setiap orang dan menyelidiki bekas tapak
kakinya (#/TB Mazmur 33:13-15; Amsal 5:21*).

Allah mengetahui segala perbuatan dan pikiran manusia (#/TB Mazmur 139:1-3*;
#/TB 1Tawarikh 28:9*).

Allah mengetahui dan mendengar semua perkataan manusia (#/TB Mazmur 139:4*),
dan mengetahui segala kesusahan dan dukacita manusia (#/TB Keluaran 3:7*).
Seringkali kita menganggap seakan-akan Allah tidak mengetahui kesusahan kita.
Mungkin demikian pula perasaan bangsa Israel ketika mereka berada di tanah
Mesir, akan tetapi Tuhan tahu kesusahan mereka dan pada waktunya Tuhan menolong
mereka.

Allah juga mengetahui sampai perkara-perkara yang terkecil sekalipun
(#/TB Matius 10:29,30*). Allah mengetahui segala sesuatu dari awal (zaman
purbakala) sampai kepada masa yang akan datang, sampai akhir zaman
(#/TB Kisah 15:18; Yesaya 46:9,10*).

Pertanyaan: Apakah ada sesuatu yang tidak diketahui oleh Yesus Kristus?

Bandingkan #/TB 1Petrus 1:20; Markus 13:32; Yohanes 15:15*. Yesus Kristus
telah menyatakan segala sesuatu kepada manusia, yaitu segala sesuatu yang telah
dinyatakan oleh Bapa kepada-Nya. Hanya saat kedatangan-Nya yang dirahasiakan
oleh Allah Bapa. Allah Bapa tidak memberitahukan hal itu kepada kita, karena Ia
menginginkan agar kita senantiasa menantikan kedatangan Tuhan Yesus
(#/TB Matius 20:17-19; Keluaran 3:19; Kisah 3:17,18*;
#/TB 2Raja 7:1,2; Mazmur 41:10; Galatia 1:15,16; 1Petrus 1:2*) Allah tahu
dari permulaan apa yang akan diperbuat oleh manusia.

Seluruh rencana Allah untuk segala zaman dan rencana-Nya untuk setiap manusia
sudah ditimbang, dipikirkan, dan direncanakan dari mulanya, dan tidak ada
pemikiran lagi atau penyesalan untuk mengubah rencana itu
(#/TB Efesus 1:9-12; 3:4-9; Kolose 1:25,26*). Sebab itu kita patut
mengatakan, "O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-
jalan-Nya" (#/TB Roma 11:33*). Dan lagi, "Terlalu ajaib bagiku pengetahuan
itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya" (#/TB Mazmur 139:6*).
Selanjutnya kita wajib juga mengatakan, "Allah mengetahui segala keperluan kita,
dan akan mencukupinya" (#/TB Matius 16:8*). Allah mengetahui segala
perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang, perbuatan baik atau jahat
(#/TB Yesaya 44:28 dan #/TB Kisah 2:3*). Allah mendengar tangisan kita
(#/TB Mazmur 56:9*).

Bahwa Allah Mahatahu dibuktikan dalam semua nubuat. Cahaya bergerak lebih cepat
dari pada bunyi. Api dari sebuah meriam akan lebih dahulu nampak, baru
kedengaran bunyi dentumannya. Demikian pulalah terangnya nubuat dalam Firman
Allah yang diberikan kepada kita, dan apabila kita dapat hidup lebih lama lagi,
kita akan melihat segala nubuat itu digenapi. Kita dapat melakukan dua atau tiga
hal dalam satu saat, misalnya bermain piano sambil berbicara kepada orang dalam
suatu saat; akan tetapi Allah dapat melakukan segala sesuatu pada saat yang
sama.

Dalam #/TB Kejadian 16:13* dikatakan, "Dia yang telah melihat aku".
Sebagaimana alat-alat sinar x dapat menembus bagian tubuh manusia yang di dalam,
demikian pula tidak ada sesuatu yang tersembunyi bagi Tuhan. Ayat ini merupakan
peringatan kepada orang berdosa. Dan menjadi suatu dorongan kepada orang yang
saleh supaya berbuat baik.

Janganlah kita beranggapan bahwa seolah-olah Allah telah menyediakan kayu
pemukul untuk kita supaya kita takut, tetapi karena Ia mengasihi kita dan karena
Ia suci, itulah yang seharusnya menjadi alasan kita untuk takut kepada-Nya.
Lihatlah #/TB Mazmur 139:17,18*. Bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu
sebelumnya tidak boleh dikacaukan dengan takdir Allah. Kedua hal itu agak
berbeda. Segala sesuatu yang telah diketahui lebih dahulu oleh Allah akan jadi,
pasti akan terjadi; tetapi bukan semuanya ditakdirkan Allah supaya jadi. Takdir
Allah dialaskan pada pengetahuan-Nya tentang sesuatu sebelum hal itu terjadi.
Pada zaman dahulu Firaun dikeraskan hatinya, dan hal itu ditanggungkan pada diri
Firaun sendiri. Walaupun Allah telah mengetahuinya lebih dahulu, dan telah
diberitahukan lebih dahulu oleh Allah, tetapi perbuatan itu semata-mata
ditanggung oleh Firaun sendiri. Semua perbuatan manusia telah diketahui lebih
dahulu oleh Allah, tetapi bahwasanya semua hal itu sudah ada di dalam
pengetahuan Allah bukan berarti bahwa itu harus terjadi. Ada hal yang sudah
ditakdirkan oleh Allah, ada hal yang hanya diketahui lebih dahulu oleh-Nya.
Dalam pasal-pasal #/TB Daniel 2:1-49; 8:1-27, Kisah 15:18; Yesaya 48:5-8; 46:9,10*
dikemukakan bahwa Allah mengetahui lebih dahulu segala sesuatu yang akan terjadi
dalam dunia ini. Pengerasan hati selalu dimulai dalam diri manusia, bukan dari
pihak Allah.
 

II. ALLAH MAHAKUASA

Allah Mahakuasa berarti Allah berkuasa melakukan segala sesuatu yang Ia
kehendaki. Kuasa Allah tidak terbatas.

Allah berkuasa membuat segala sesuatu; tidak ada pekerjaan yang sukar bagi
Allah: tidak ada hal yang mustahil bagi Allah. Allah Mahakuasa
(#/TB Ayub 42:2; Kejadian 18:14; Matius 19:26*). Segenap alam takluk dan
tunduk di bawah kuasa dan kehendak Allah (#/TB Kejadian 1:3*;
#/TB Mazmur 33:6-9; 107:25- 29; Nahum 1:3-6*).

Segenap manusia takluk di bawah kuasa dan kehendak Firman allah. Berbahagialah
orang yang dengan kehendaknya sendiri tunduk dan takluk kepada kuasa dan
kehendak Firman Allah (#/TB Yakobus 4:12-15*). Malaikat-malaikat takluk di
bawah kehendak dan kuasa Firman Allah (#/TB Ibrani 1:13,14*). Setan pun
tunduk kepada kehendak dan kuasa Firman Allah (#/TB Ayub 1:12; 2:6*).

Allah berkuasa menjadikan hal-hal yang baru (#/TB Matius 3:9*). Allah
berkuasa melakukan perkara-perkara rohani yang ajaib
(#/TB Efesus 1:19; 3:20*; #/TB 2Korintus 4:6*).

Kuasa Allah hanya dapat dibatasi oleh kehendak Allah.

Di dalam menyatakan atau melaksanakan kuasa-Nya, maka kuasa Allah itu dibatasi
oleh kehendak-Nya sendiri, kehendak-Nya yang berbudi dan yang penuh kasih. Allah
dapat membuat segala sesuatu, akan tetapi Ia hanya akan melakukan hal-hal yang
sesuai dengan hikmat-Nya, kesucian-Nya dan kasih-Nya. Allah tidak pernah
memboroskan kuasa-Nya (#/TB Yesaya 59:1,2*).

Pertanyaan: Apakah sebabnya Allah tidak mulai dari sekarang
membinasakan si Iblis?
Jawab: Pada saat ini belum saatnya bagi Tuhan untuk membinasakan si
Iblis. Walaupun perasaan iri hati Iblis dan niat hati Iblis
jahat sekali, namun hal itu juga merupakan bagian dari rencana
Allah yang penuh kasih yaitu untuk menguji manusia. Allah tidak
menjadikan dua buah gunung tanpa lembah diantaranya. Bukan
berarti Allah tidak dapat melakukannya, tetapi Allah tidak mau
melakukannya. Allah tidak dapat berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan sifatnya. Allah tidak dapat berdusta, Allah tidak
dapat berdosa, Allah tidak dapat mati. Apabila allah melakukan
salah satu di antaranya, itu menunjukkan bahwa Allah kurang
berkuasa. Allah mempunyai segala kuasa yang setara dengan
kesempurnaan-Nya-Ia mempunyai segala kuasa untuk melakukan apa
yang patut dilakukan-Nya.

Pertanyaan: Dapatkah Allah menjadikan sebuah batu yang sedemikian
besarnya sehingga Ia tidak dapat mengangkatnya?
Bagaimana saudara menjawab pertanyaan itu?
Jawab: Ia tidak menghendaki hal itu.

Allah Mahakuasa bukan berarti Ia akan memakai atau menyatakan segala kuasa-Nya.
Tuhan Allah dapat mengendalikan kuasa-Nya. Kuasa Allah ada di bawah perintah
kehendak-Nya yang berbudi. Allah berkuasa melakukan semua hal yang dapat Ia
lakukan, hanya hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya saja. Allah dapat
menjadikan anak-anak Abraham dari batu-batu, tetapi Ia tidak melakukan hal itu.
Kehendak Allah mengatasi kuasa-Nya. Allah dapat membatasi diri-Nya sendiri,
tetapi tidak ada apapun yang dapat membatasi Dia. Memang perbuatan Allah yang
Mahakuasa itu dibatasi pada waktu Ia mengenakan tubuh manusia yang fana,
menjelma di dalam Yesus Kristus. Hal ini dilakukan-Nya sebab kasih-Nya kepada
manusia. Bilamana kita membatasi diri kita karena kita mengasihi orang lain,
maka kita meniru teladan Allah. Tuhan Yesus Kristus telah melakukan hal itu,
sebagaimana yang dikatakan dalam #/TB Filipi 2:5-11*.
 
III. ALLAH MAHAHADIR

Allah ada disegala tempat, #/TB Mazmur 139:7-10; Yeremia 23:23,24*;
#/TB Kisah 17:24-28; Yesaya 57:15*. Allah ada di seluruh bagian alam ini dan
dekat kepada kita masing-masing. Di dalam Dia tiap-tiap orang hidup dan
bergerak. Tidak ada yang dapat menghalangi Allah. Manusia tidak dapat. Iblis,
roh jahat tidak dapat, dan makhluk apapun juga tidak dapat menghalangi. Hanya
satu hal yang dapat menghalangi Allah, yaitu dosa, dosa saya. Dosa orang lain
tidak dapat menghalangi kehendak Allah untuk diri saya, hanya dosa saya sendiri.
Tidak ada yang saya takuti, kecuali dosa saya. Allah ada di mana-mana tempat
berarti Allah dalam segenap pribadi diri-Nya, tidak terpisah-pisah, memenuhi
segenap alam ini. Bila dikatakan Allah dekat dengan kita, hal itu terasa masih
jauh, sebab Ia ada di dalam kita, roh kita merupakan tempat tinggal yang paling
disukai Allah. Dalam Talmud diuraikan perbedaan antara menyembah Allah dan
menyembah berhala sebagai berikut; berhala itu kelihatannya dekat dengan kita,
akan tetapi sesungguhnya berhala itu jauh sekali. Yehova seakan-akan jauh dengan
kita, akan tetapi sesungguhnya Ia dekat. Allah ada dimana-mana tempat untuk
mendengar doa kita.

Akan tetapi, dalam arti yang lain, Allah tidak ada di mana-mana tempat.
#/TB Yohanes 14:28; 20:17; Efesus 1:20; Wahyu 21:2,3,10,23; 22:1,3*.
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Allah mempunyai suatu tempat kediaman yang
pasti. Dalam arti ini Allah tidak ada dimana-mana tempat dalam alam ini, karena
Ia berada pada tempat kediaman yang pasti itu (#/TB Yesaya 66:1*).
Maksudnya, pada beberapa tempat tertentu Allah itu nyata, ada, sedangkan pada
beberapa tempat lain tidak. Bacalah #/TB Markus 1:9-11*. Allah Bapa
menyatakan diri sepenuhnya di dalam sorga. Dahulu Anak Allah menyatakan diri
sepenuhnya di dalam dunia, sekarang Anak Allah sudah ada di surga. Allah Roh
Kudus menyatakan diri dimana-mana tempat disegenap alam ini
(#/TB Kejadian 1:2; Mazmur 104:30*); dan di dalam hati setiap orang yang
percaya (#/TB Yohanes 14:16,17; Roma 8:9*); juga kepada semua orang yang
tidak percaya (#/TB Yohanes 16:7-11*). Oleh sebab itu Roh Kudus, Allah Bapa
dan Allah Anak tinggal di dalam orang saleh (#/TB Yoh 14:17,19,20,23*).

Manfaat dari pengajaran ini:

1. Hal yang kita bahas di atas menjadi suatu penghiburan bagi kita. Allah dekat
kepada kita. Berserulah kepada-Nya sebab Ia mendengar. Roh Tuhan dan roh kita
dapat bertemu. Ia lebih dekat kepada kita daripada tangan dan kaki kita
( bacalah #/TB Mazmur 139:17,18 dan #/TB Matius 28:20*).

2. Suatu peringatan bagi kita: Orang berdosa tidak dapat melarikan diri dari
pandangan Allah, oleh sebab itu kita harus takut berbuat dosa. "Kulihat Dia
yang telah melihat aku".
 
IV. ALLAH MAHASUCI

A. Kesucian Allah

Allah itu suci, amat suci, Allah Mahasuci, #/TB Yesaya 6:3; Yosua 24:19*;
#/TB Mazmur 22:4; 99:5,9; 5:12; Yohanes 17:11; 1Petrus 1:15,16*. Allah
disebut "Yang Mahakudus Allah Israel" kira-kira tiga puluh kali dalam Kitab
Yesaya, dan lima kali dalam kitab-kitab yang lain. Dalam Perjanjian Baru, Allah
Anak disebut "Yang Kudus", #/TB 1Yohanes 2:20*. Dan Pribadi yang ketiga
disebut "Roh Kudus". Suci adalah sifat Allah yang terutama dan yang penting,
#/TB Yesaya 57:15*. Dalam ayat ini dapat kita lihat bahwa nama menyatakan
sifat. Kesucian Allah menguasai segenap sifat Allah. Kasih Allah tidak dapat
melawan kesucian Allah.

B. Apakah artinya suci?

#/TB Imamat 11:43-45, Ulangan 23:14*, bacalah juga ayat-ayat sebelumnya dan
sesudahnya. Suci berarti bebas dari segala yang najis, yaitu bersih. Allah itu
suci, artinya Allah itu kudus dan bersih, #/TB 1Yohanes 1:5*.

Perhatikan segenap Taurat, syarat-syarat Tuhan dan semua peraturan tentang
membasuhkan diri: ada tiga bagian di dalam Kemah Suci; dan yang diizinkan
menghampiri Allah dari antara orang-orang Israel ialah orang-orang Lewi, para
Imam dan Imam Besar, tetapi dengan perbedaan. Dan orang yang mau menghampiri
Allah harus membawa korban persembahan. Segenap Firman Allah kepada Musa dalam
#/TB Keluaran 3:5*, dan kepada Yosua dalam #/TB Yosua 5:15; hukuman atas
Uzia dalam #/TB 2Tawarikh 26:16-23*, Firman Tuhan kepada bani Israel supaya
mereka tidak mendekati gunung Sinai dan pada waktu Allah turun ke tempat itu;
kebinasaan Korah, Datan, dan Abiram dalam #/TB Bilangan 16:1-33; kebinasaan
Nadab dan Abihu dalam #/TB Imamat 10:1-3*; dalam semua peristiwa itu Tuhan ingin
mengajarkan dan menekankan kepada bani Israel bahwa Allah itu suci, begitu suci
sehingga manusia tidak dapat langsung menghampiri Dia.

Inti bagian ini, yaitu Allah itu suci, merupakan pengajaran yang utama dan
penting di dalam Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, dalam agama
Yahudi maupun agama Kristen.
 

C. Bagaimana Kesucian Allah Dinyatakan

1. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah membenci dosa (#/TB Habakuk 1:13;

Kejadian 6:5,6; Ulangan 25:16; Amsal 15:9,26*).

2. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah berkenan akan kebenaran dan
kesucian (#/TB Amsal 15:9; Imamat 19:2; 20:26*).

3. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak pernah berbuat dosa atau
kejahatan (#/TB Ayub 34:10*).

4. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal orang berdosa diceraikan daripada Allah
( #/TB Yesaya 59:1,2*). Oleh sebab itu penebusan perlu diadakan agar orang
berdosa dapat menghampiri Allah. Hal ini dapat kita ketahui pada ayat-ayat:
#/TB Efesus 2:13; Ibrani 10:19; Yohanes 14:6*. Tidak ada orang yang dapat
menghampiri Allah kecuali melalui darah Tuhan Yesus yang tertumpah di atas
kayu salib. Kesucian Allah menuntut adanya penebusan. Tidak benar pendapat
yang mengatakan bahwa tebusan itu perlu hanya supaya manusia digerakkan oleh
suatu teladan yang baik. Tebusan itu bukan hanya suatu teladan yang baik,
tetapi perlu bagi kita agar kita dapat menghampiri Allah. "Tanpa penumpahan
darah tidak ada pengampunan." Artinya sebab Allah itu suci, dosa harus
diampuni sebelum manusia dapat bersekutu dengan Allah.

5. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal orang berdosa dihukum
( #/TB Keluaran 34:6-7; Kejadian 6:5-7; Mazmur 5:5-7*). Allah menghukum
orang berdosa bukan untuk mendatangkan kebaikan bagi orang berdosa, tetapi
Allah menghukum orang berdosa sebab Ia suci. Allah membenci dosa. Kesucian
Allah dan kebencian Allah terhadap dosa tetap hidup di dalam diri-Nya
sehingga hal itu harus dinyatakan kepada manusia. Bila Allah murka terhadap
dosa, itu berarti kesucian Allah menuntut untuk menghukum orang berdosa.
Dalam #/TB Yesaya 53:6*, "menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian"
berarti "menuntut agar Ia dihukum". Bila ada yang menganggap bahwa hukuman
atas dosa itu tidak ada hubungannya dengan kebencian Allah terhadap dosa,
maka anggapan itu tidak sesuai dengan Alkitab, dan merupakan suatu penghinaan
kepada Allah. Allah Mahasuci dan Ia benci sekali terhadap dosa. Sifat ini
kadang-kadang ada di dalam diri kita dalam hal kita benci terhadap kejahatan.
Akan tetapi, karena Allah Mahasuci, murka-Nya terhadap dosa yang kecil
sekalipun, lebih besar daripada murka kita terhadap dosa yang besar. Memang
Allah kasih, tetapi kasih-Nya bukan kasih yang membiarkan dosa. "Sebab Allah
kita adalah api yang menghanguskan" (#/TB Ibrani 12:29*). Kasih Allah
kepada orang berdosa tidak dapat kita mengerti kecuali dalam hal murka-Nya
yang bernyala-nyala terhadap dosa, yaitu murka-Nya yang bernyala-nyala
terhadap Tuhan Yesus Kristus yang menanggung dosa-dosa kita di kayu salib.

6. Kesucian Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban (grafirat) untuk
menyelamatkan manusia daripada dosa mereka, dan menyucikan mereka. Kematian
Tuhan Yesus bukan hanya menyatakan kasih Allah, tetapi terutama menyatakan
kesucian Allah, dan kebencian-Nya terhadap dosa (#/TB Yohanes 3:16; 1Petrus 3:18*).
 
D. Nasihat sehubungan dengan kesucian Allah

1. Kita harus menghampiri Allah dengan rasa takut dan hormat. Serafim sekalipun
harus menudungi mukanya dan kakinya pada waktu mereka menghadap hadirat
Allah. Serafim mempunyai enam sayap, empat sayap berfungsi untuk menyembah
dan dua yang lain untuk bekerja dan melayani
( #/TB Ibrani 12:28,29*; #/TB Keluaran 3:4,5; Yesaya 6:1-3*).

2. Terang kesucian Allah menyatakan kenajisan dosa kita (#/TB Yesaya 6:5,6; Ayub 42:5,6*).
Jika seseorang menganggap dirinya baik atau suci, jelas bahwa orang itu belum
bertemu dengan Tuhan. Kalau kita berhadapan dengan Allah, maka kebenaran diri
kita akan dihancurkan. Bila ada orang yang mengaku dirinya benar, maka kita
patut menunjukkan dan menyatakan kesucian Allah kepada-Nya agar ia menginsafi
dirinya yang berdosa (#/TB Yesaya 64:6*).

3. Tidak ada pengampunan tanpa penumpahan darah Kristus (#/TB Ibrani 9:22*).
Manusia harus ditutupi dihadapan Allah yang suci, dan hanya darah Yesus
Kristus yang dapat menutupi dosa kita.

4. Betapa ajaibnya kasih Allah kepada kita. Kita tidak akan heran
apabila suatu ilah yang berdosa mengasihi orang berdosa, tetapi bila Allah
yang nama-Nya suci, Allah Yang Mahasuci mengasihi kita yang jahat, maka hal
itu merupakan suatu keajaiban. Kita tidak dapat menduga rahasia ini. Tidak
ada rahasia lain di dalam Alkitab yang seajaib ini.

E. Keterangan lain tentang kesucian Allah.

Dalam #/TB Keluaran 15:11* dikatakan, "... siapakah seperti Engkau, mulia
karena kekudusan-Mu," dan dalam #/TB Keluaran 9:10-16* dikatakan bahwa orang
Israel harus menguduskan diri menghadap Allah untuk menyembah Dia. Dalam
#/TB Yesaya 6:3* kita dapat melihat perbedaan antara kesucian Allah dan
kenajisan bibir manusia yang harus disucikan dengan api dari mezbah. Bacalah
#/TB 2Korintus 7:1; 2Tesalonika 3:13 dan khususnya #/TB Ibrani 12:29*, di
mana Allah disebut "api yang menghanguskan", yaitu menghanguskan segala dosa.

Dahulu pengertian orang Yahudi mengenai kesucian belum begitu jelas, dan
pengertian itu makin lama makin bertambah jelas. Akan tetapi pengertian yang
benar dan jelas tentang kesucian hanya didapati dalam Perjanjian Baru, dan
terutama dalam kehidupan dan pekerjaan Tuhan Yesus.

Pada saat seseorang menyadari bahwa dirinya berdosa, pada saat itulah ia
mengetahui sebagian (kecil) dari kesucian Allah yang telah didukacitakannya.

Dalam Perjanjian Lama asas pengajaran yang terutama bukan mengenai keesaan Allah
dan kemuliaan Allah, akan tetapi mengenai kesucian Allah.

Tujuan agama Kristen ialah agar diri kita menjadi suci. Akan tetapi kesucian itu
menjadi tujuan manusia hanya apabila manusia mengerti bahwa Allah itu suci.
Kesucian bukan keadilan. Keadilan merupakan hasil atau akibat daripada kesucian.
Bukan Allah itu suci karena Ia mengasihi, akan tetapi Allah mengasihi karena Ia
suci. Kadang-kadang Allah menunjukkan rahmat-Nya dengan nyata dan kadang-kadang
tidak, sesuai dengan kehendak-Nya, akan tetapi kesucian Allah itu pasti dan
tidak berubah. Harus ada suatu alasan untuk menunjukkan rahmat Allah, tetapi
tidak perlu ada alasan untuk menyatakan kesucian Allah oleh sebab Allah memang
suci. Ia adalah sumber kesucian, kebenaran, dan kebaikan. Sifat dan perbuatan
Allah itu murni dan suci. Suci artinya bukan hanya terpisah dari segala yang
najis, tetapi juga segala sesuatu yang baik ada di dalam Dia. Kesucian Allah
sesuai dengan keadaan-Nya yang sempurna. Sikap Allah selalu sesuai dengan
kehendak-Nya. Kita harus ingat bahwa kesucian hati (batin) mendahului kesucian
kehendak. Suci ialah sifat Allah yang terutama. Hal ini nyata dari:

1. Dalam Alkitab, kesucian dituntut dari hati manusia, dan kesucian menyebabkan
banyak kesukaan di dalam sorga (Bacalah #/TB 1Petrus 1:16*; #/TB Ibrani 12:14; Lukas 5:8; Wahyu 4:8; Mazmur 97:2*).

2. Kadang-kadang Allah menunjukkan rahmat-Nya dengan nyata, dan kadang-kadang
tidak sesuai dengan kehendak-Nya, tetapi Allah tetap suci (#/TB 2Petrus 2:4*).

3. Kesucian Allah menguasai seluruh pekerjaan dan tindakan Allah. Misalnya,
dalam tebusan yang dilakukan oleh Kristus: kasih mengadakan tebusan itu, akan
tetapi kesucian yang dilanggar oleh manusia yang menuntut tebusan itu.

[Lanjutan 00568]
 Dasar yang Teguh--Asas Pengajaran Tentang Sifat-Sifat Allah [ Indeks 00516]

F. Kesucian Allah menuntut kesucian dalam diri manusia.

1. "Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus" (#/TB 1Petrus 1:16* dan #/TB Matius 5:48*).

2. Segenap Taurat disatukan di dalam "kasih". #/TB Matius 22:37*, "Kasihilah
Tuhan, Allahmu," dan #/TB Roma 13:10*,"... kasih adalah kegenapan hukum
Taurat." Kita patut mengasihi Allah sebab Allah itu suci, dan bukan untuk
mencari keuntungan bagi diri kita sendiri. Kasih kepada Allah harus
menimbulkan kesucian di dalam diri manusia.

3. Dalam kehidupan Tuhan Yesus kita melihat suatu teladan bahwa Ia semata-mata
hanya mengikuti kehendak Allah Bapa-Nya (#/TB Markus 10:18*;
#/TB Yohanes 5:19-30*). Dari ayat-ayat itu Tuhan Yesus mengatakan bahwa
hanya Allah Bapa yang benar, dan Ia datang hanya untuk melakukan kehendak
Bapa. Demikian pula kita wajib menjadi seperti Tuhan kita, dan oleh karena
Tuhan itu suci (kudus), maka kita juga harus suci (kudus).

G. Teladan Kesucian Allah

Teladan yang paling sempurna dari kesucian Allah ialah di dalam Yesus Kristus.
Dalam #/TB Ibrani 1:9* dikatakan, "Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan." Banyak ayat di dalam Perjanjian Baru yang menyatakan bahwa Tuhan
Yesus benci terhadap kejahatan, dan mengasihi kebenaran. Di dalam diri Tuhan
Yesus Kristus kedua hal itu tidak dapat dipisahkan. Itulah kesucian yang
sempurna. Bila ada yang bertanya, "Apakah kesucian itu?" dapat kita jawab,
"Kesucian ialah mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan." Hal ini diharuskan
bagi orang Kristen. Kalau kita tidak mengasihi kebenaran dan membenci kejahatan,
maka kita bukan orang suci, dan kita belum melaksanakan kehendak Allah.
 

V. ALLAH MAHAKASIH

A. Kasih Allah

Allah adalah kasih (#/TB 1Yohanes 4:7,8,16*). Allah bukan hanya mengasihi,
tetapi Allah juga kasih. Kasih adalah sifat Allah. Segala kasih berasal dari
Allah, yaitu kasih yang suci.

Pertanyaan: Apakah kasih itu?
Jawab: #/TB Yohanes 3:16,17; Matius 5:44,45*. Kasih merindukan sentosa dan
sejahtera bagi orang yang dikasihi, dan bersukacita apabila hal itu
terjadi atas orang yang dikasihi. Kasih adalah suatu anugerah yang hidup
dan berlaku atas diri kita, yaitu kasih kepada orang lain. Kita hanya
dapat mengetahui kasih yang benar apabila kita telah mengetahui kasih
Allah kepada kita. Kasih Allah kepada kita dinyatakan dalam pekerjaan
Yesus Kristus di atas kayu salib. #/TB 1Yohanes 4:8-16*, "Allah
adalah kasih", "Allah adalah terang", "Allah adalah Roh". Roh dan terang
adalah hakekat Allah, tetapi kasih adalah pancaran dari hakekat Allah
itu. Allah juga mengasihi, dan Allah hidup dalam suasana kasih. Dari
#/TB 1Yohanes 3:16 dan #/TB Yohanes 3:16* nyata bahwa begitu besarnya
kasih Allah kepada mahkluk-Nya sehingga Ia mau mengadakan korban yang
sangat berharga untuk menyatakan kasih itu. Kasih Allah tidak pernah
membiarkan dosa, tetapi menarik kita kepada kesucian. Kasih Allah
mengadakan korban untuk menebus dosa.

B. Siapakah yang dikasihi Allah?

Allah mengasihi Anak-Nya (#/TB Matius 3:17; 17:5; Lukas 20:13*). Dari
permulaan, bahkan sampai selamanya Allah terutama mengasihi Anak-Nya,
#/TB Yohanes 17:24*. Kasih Allah kekal, oleh sebab itu harus ada satu
pribadi yang kekal untuk menyambut kasih itu. Oleh sebab itulah juga harus ada
lebih dari satu pribadi dalam Allah Yang Esa itu, yaitu tiga pribadi yang dapat
saling mengasihi. Kasih yang kekal dari Allah dinyatakan dari kekal sampai kekal
kepada Anak yang kekal, yaitu Yesus Kristus.

Allah mengasihi mereka yang dipersatukan dalam Anak itu oleh iman dan kasih.
Dalam bagian berikut ini kita akan membahas tentang Allah mengasihi umat
manusia, tetapi terutama sekali Ia mengasihi mereka yang ada di dalam Kristus.
Kasih Allah kepada orang yang ada di dalam Kristus sama dengan kasih-Nya kepada
Kristus sendiri (#/TB Yohanes 17:23*). Allah telah mengasihi kita sebelum
kita mengasihi Kristus, yaitu sebelum kita ada di dalam Kristus. Bacalah
#/TB 1Yohanes 4:19*. Yesus Kristus ada di dalam pusat kasih Allah, lalu
menarik kita kepada tempat itu, dan menetapkan kita di situ agar kita juga
mengalami kasih Allah Bapa sama seperti Ia telah mengalaminya.

Allah mengasihi segenap isi dunia ini dan setiap orang di dalam dunia ini
(#/TB Yohanes 3:16; 1Timotius 2:4; 2Petrus 3:9*).

Allah mengasihi orang berdosa, orang kafir, bahkan Allah juga mengasihi orang-orang
yang mati di dalam dosa (#/TB Roma 5:6-8; Efesus 2:4,5*; #/TB Yehezkiel 33:11*).
Akan tetapi kasih Allah kepada orang berdosa tidak sama dengan kasih Allah
kepada orang yang di dalam Kristus, yaitu mereka yang percaya kepada Kristus
(#/TB Yohanes 14:21,23; Yohanes 17:23*; #/TB Roma 8:30- 39*). Allah
rindu agar orang berdosa diselamatkan, dan ini merupakan bukti bahwa Allah
mengasihi mereka. Bacalah #/TB Lukas 15:7-10*. Semua ini dilukiskan dengan
seorang bapa yang mengasihi anak-anaknya. Bapa itu sangat mengasihi anaknya yang
baik, tetapi bapa itu juga mengasihi anaknya yang pemboros dan jahat.
 

C. Bagaimana kasih Allah dinyatakan?

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah melayani serta mencukupi keperluan orang
yang dikasihi-Nya, juga dalam hal Ia membawa sukacita kepada mereka dan
menjauhkan mereka dari kejahatan (#/TB Yesaya 48:14,20,21*;
#/TB Ulangan 32:9-12; 33:3-12*).

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah mengajar dan mendisiplin orang yang
dikasihi-Nya, untuk mendatangkan manfaat bagi mereka sendiri, agar dari ajaran
dan disiplin itu timbul buah-buah kebenaran (#/TB Ibrani 12:6-11*).

Kasih telah dinyatakan dalam hal Allah ikut menderita bila orang-orang yang
dikasihi-Nya sedang menderita, meskipun penderitaan itu datang dengan kehendak
Allah (#/TB Yesaya 63:9*).

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak pernah melupakan orang yang
dikasihi-Nya. Kadang-kadang kita merasa seakan-akan Tuhan lupa, tetapi
sebenarnya tidak (#/TB Yesaya 49:15,16*).

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban yang benar dan ajaib
bagi orang yang dikasihi-Nya, yaitu korban anak tunggal-Nya, untuk menjadi
tebusan bagi dosa-dosa kita. Kasih-Nya diukur dengan pengorbanan-Nya. Kasih
Allah diukur dengan korban Kristus (#/TB 1Yohanes 4:9,10; Yohanes 3:16*).
Bandingkan dengan #/TB Kejadian 22:12*. Abraham tidak menahan anaknya bagi
Tuhan. Lihatlah #/TB Roma 8:23 dan #/TB Yesaya 53:6*. Kesucian Allah menuntut
adanya tebusan, akan tetapi kasih Allah mengadakan tebusan itu. Allah mengasihi
sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal kepada kita dan karena kita. Dalam
Kristus Allah memberikan diri-Nya sendiri karena kita. Dalam Roh Kudus Allah
memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Hanya di dalam tiga pribadi yang Esa
terdapat kasih yang sempurna. Dalam tiga pribadi itu kasih yang sempurna
diberikan satu kepada yang lain, dan diterima dengan sempurna. Kasih bersukacita
dalam penderitaan (siksaan) karena kasih itu membawa kebaikan kepada orang yang
dikasihi-Nya. Lihatlah #/TB Ibrani 1:9; 12:2*.

Kita mengalami kehidupan Kristen yang mulia bila kita mengalami penderitaan
karena orang lain (#/TB Galatia 4:19*). Kita merasakan sukacita Kristus
kalau kita merasakan persekutuan dalam kesengsaraan-Nya.

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni dosa orang-orang yang bertobat
(#/TB Yesaya 38:17; 55:13*).

Kasih Allah dinyatakan dalam hal: (#/TB Efesus 2:4-8*).

1. Allah memberikan hidup kekal kepada orang yang telah mati oleh kesalahan-kesalahannya.
2. Allah membangkitkan orang itu bersama dengan Kristus.
3. Allah memberikan tempat kepada orang itu bersama dengan Dia di sorga.
4. Pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya
yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus
Yesus.

Sekarang Allah sedang bekerja untuk kita dan baru mulai menyatakan kasih-Nya
kepada kita. Nanti, di dalam sorga, barulah sempurna penyataan kasih-Nya kepada
kita dan lengkaplah segenap pekerjaan-Nya untuk kita, #/TB 1Yohanes 3:2*.

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Tuhan menyebut kita anak-anak Allah (#/TB 1Yohanes 3:1*).

Kasih Allah dinyatakan dalam hal Allah bersukacita bila ada seseorang bertobat
dan diselamatkan (#/TB Zefanya 3:17; Lukas 15:7*). Lihat juga #/TB Lukas 15:23,24*.
 
D. Keterangan lain tentang kasih Allah.

Dalam #/TB Efesus 2:1-3* digambarkan tentang keadaan kita sebagai orang
berdosa. Di samping itu dikatakan juga bahwa tidak ada pengharapan bagi kita
yang berdosa. Kemudian dalam ayat #/TB Efesus 2:4* kita menemukan kata
"tetapi", yang memberikan gambaran yang lain. Bila manusia sudah tidak ada
pengharapan, pada Allah ada pengharapan. Pada saat manusia tidak dapat menolong,
Allah datang dan dengan rahmat-Nya yang terpancar dari kasih-Nya, Ia menebus
manusia yang telah terjerumus ke dalam dosa itu. Tuhan memberikan pengampunan
dosa dan memberi tempat kepada orang itu di dalam sorga di sebelah Yesus
Kristus. Semua itu terjadi oleh karena kasih Allah yang besar dan mulia.

Di atas kayu salib kita melihat puncak kejahatan manusia dan puncak kasih Allah.
Sesungguhnya di atas kayu salib kita dapat melihat segala sifat Allah dalam
kepenuhannya. Begitu besar kasih Allah kepada kita, orang berdosa, sehingga
diberikan-Nya Anak kekasih-Nya menjadi korban bagi dosa kita. Betapa ajaibnya
kasih-Nya kepada kita. Ajaib, sebab Allah sengaja memilih untuk mengasihi kita.
Meskipun Allah benci terhadap dosa, dan Ia tidak dapat mengasihi dosa, tetapi Ia
sungguh-sungguh mengasihi kita yang berdosa. Kasih Allah kepada kita mengandung
maksud yang mulia, yaitu membawa kita kepada kesucian, supaya kita menjadi suci
sama seperti Tuhan itu suci. Itulah tujuan korban untuk dosa yang diadakan oleh
Yesus Kristus.

Kasih yang murni telah mulai dalam diri Allah sendiri. Kasih itu merupakan
ikatan antara Allah Bapa dan Allah Anak. Di dalam Allah, yaitu di dalam Tri
Tunggal, terdapat kasih yang sempurna. Lalu kasih itu dinyatakan kepada manusia
dalam hal Allah memberikan diri-Nya kepada manusia di kayu salib. Dengan
demikian kasih menjadi ikatan persekutuan kita dengan Allah. Kasih tidak lain
adalah kerinduan Allah untuk memberikan diri-Nya sendiri kepada kita. Ia rindu
memiliki kita, oleh sebab itu Ia menyerahkan diri-Nya bagi kita. Maka, kasih
yang sebenarnya kepada Allah menuntut agar kita menyerahkan seluruh diri kita
kepada Allah. Kita perlu ingat bahwa manusia tanpa Allah adalah bagaikan anak
piatu; dan bila Allah tidak menjumpai manusia yang menyerahkan diri kepada-Nya,
Ia sangat berdukacita.

Allah itu suci, dan Ia harus suci, akan tetapi Allah memilih untuk mengasihi
manusia. Allah itu kasih, dan Ia harus mengasihi. Kalau Ia mau, boleh saja Ia
hanya mengasihi para malaikat yang tidak berdosa dan membiarkan manusia mati di
dalam dosanya. Tetapi Allah tidak berbuat demikian, bahkan Ia memilih untuk
mengasihi manusia yang berdosa dan mengadakan korban pendamaian untuk orang yang
berdosa. Kasih Allah tidak lain adalah kerinduan untuk memberikan kesucian
kepada kita. Kerinduan itu akan dipuaskan apabila kita telah memperoleh kesucian
dari Tuhan. Oleh sebab itu tertulis, "akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya
kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa" (#/TB Roma 5:8*), dan "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus
anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita" (#/TB 1Yohanes 4:10*).
 
VI. KEBENARAN DAN KEADILAN ALLAH

Allah itu suci, budi pekerti-Nya suci. Kebenaran dan keadilan Allah dapat
disebut sebagai hasil kesucian Allah. Kebenaran dan keadilan Allah adalah
kesucian Allah yang dinyatakan di antara manusia. Kita juga boleh mengatakan
bahwa kebenaran Allah menjadi alasan hukum-hukum Allah dan keadilan Allah
menjadi peraturan dalam melaksanakan hukum-hukum itu. Kesucian Allah terlihat
dalam budi pekerti Allah, tetapi kebenaran dan keadilan Allah terlihat dalam
hubungannya dengan manusia. Kebenaran Allah mengadakan hukum-hukum dan keadilan-Nya
melaksanakan hukum-hukum itu, yaitu dengan menghukum yang bersalah dan
membenarkan atau membalas yang benar. Oleh sebab kebenaran dan keadilan-Nya,
maka Allah selalu membuat yang benar dan adil. Keadilan Allah tidak berubah.
Keadilan Allah tidak membalas dendam terhadap manusia, tetapi keadilan Allah
membela kesucian Allah. Sikap Allah kepada makhluk-Nya adalah sesuai dengan
sifat-Nya yang suci. (Lihat #/TB Ezra 9:15; Mazmur 116:5; 145:17; Yeremia 12:1; Yohanes 17:25*;
#/TB Kejadian 18:25; Ulangan 32:4*).

Bagaimana Kebenaran dan Keadilan Allah Dinyatakan.

Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menghukum orang-orang berdosa dengan
hukuman yang patut untuk mereka (#/TB Mazmur 11:4-7; Keluaran 9:23-27*;
#/TB Daniel 9:12-14; Wahyu 16:5,6). Dalam #/TB Mazmur 11:4-7* Daud mengatakan
tentang Raja Saul yang berkerajaan di bumi dan berbuat kejahatan, akan tetapi
Allah berkerajaan di dalam sorga dan berbuat kebaikan. Allah melihat kejahatan
dan kebenaran kita. Allah membenci dosa dan dosa harus dihukum, yaitu dengan
menghukum orang yang berdosa apabila ia tidak bertobat. Dari #/TB Keluaran 9:23-27*
kita mengetahui tentang hukuman terhadap Firaun dan tanah Mesir, sehingga Firaun
mengaku dirinya berdosa dan Allah itu adil dan benar. Ayat-ayat dari Wahyu dan
Daniel juga mengemukakan hal yang sama. Orang berdosa harus bersiap-siap untuk
menghadapi "Hakim yang Adil" itu. Pada hari itu tidak ada orang yang akan dapat
berkata, "Hukuman kepadaku ini tidak adil." Keadilan Allah memaksa Ia menghukum
orang berdosa dan memaksa Ia membenarkan orang yang baik.

Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menyediakan korban perdamaian dan
memperdamaikan orang yang beriman kepada Yesus Kristus (#/TB Roma 3:25*).
Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni dosa orang-orang yang
bertobat dan yang mengakui dosa mereka (#/TB 1Yohanes 1:9*).

Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah memelihara milik-Nya dan melepaskan
diri dari musuh-musuhnya (#/TB Mazmur 129:1-4; 98:1-3*; #/TB 2Tesalonika 1:6,7*).
Seringkali kebenaran dan keadilan Allah dihubungkan dengan hukuman atas orang
berdosa, akan tetapi dalam Alkitab lebih dihubungkan dengan pemeliharaan orang-orang
saleh. Karena sifat Allah yang demikian itu, patutlah kita bersukacita. Bacalah
#/TB Mazmur 96:11-13; Yeremia 9:24; Mazmur 116:5,6; 145:5,15-19; Wahyu 15:3*.
Juga dalam #/TB Wahyu 19:1,2; 16:4-6*, kita melihat bahwa Allah menuntut
balas dan membela orang-orang saleh dengan menghukum orang-orang berdosa.

Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah menggenapi semua janji-Nya kepada
anak-anak-Nya (#/TB Nehemia 9:7,8; Yosua 23:14*).

Kebenaran Allah dinyatakan dalam hal Allah memberi upah (pahala) kepada orang
benar sesuai dengan perbuatannya dan kesetiaannya (#/TB 2Timotius 4:8*;
#/TB Ibrani 6:10; Roma 2:5; 4:4; 3:5; 1Raja 8:32; Mazmur 7:10-12*;
#/TB 2Yohanes 1:8; Matius 25:34; Lukas 17:7-10; Roma 6:23; Roma 2:6*).
"Hakim yang Benar" itu tidak akan membiarkan para saleh-Nya yang setia tanpa
mendapat pahala. Di dunia ini kita sering merasakan pembalasan yang tidak
seimbang, akan tetapi di hadapan Hakim itu kita akan mendapatkan pembalasan yang
seimbang. Kalau kita menyelidiki ayat-ayat yang ada hubungannya dengan hal ini,
kita akan mengetahui bahwa persoalan ini dapat dilihat dari dua segi pandangan.
Dari segi pandangan yang satu, memang benar bahwa Allah tidak memberikan pahala-Nya
oleh karena kebenaran dan keadilan-Nya, melainkan oleh karena kesetiaan dan
rahmat- Nya. Kita wajib berbakti menurut perintah dan kehendak Allah. Kita tidak
dapat menuntut suatu pembalasan dari Allah, akan tetapi Kristus boleh
menuntutnya bagi kita. Dalam #/TB Matius 25:34*, "... terimalah Kerajaan
yang telah disediakan bagimu. "Kita menerimanya bukan karena kebaikan atau
perbuatan- perbuatan kita. Bacalah #/TB Lukas 17:7-10 dan #/TB Roma 6:23*.
Yang patut kita peroleh ialah upah dosa, yaitu maut. Akan tetapi, oleh anugerah
Allah kita mendapat hidup yang kekal. Kebajikan manusia tidak dapat memaksa
Allah untuk memberikan pahala bagi kebajikan itu, akan tetapi Allah akan memberi
pahala sesuai dengan kebajikan yang diperbuat oleh manusia. Dengan alasan ini
seseorang dapat mengambil kesimpulan bahwa pahala diberikan oleh Allah oleh
sebab rahmat dan kesetiaan Allah. Pahala untuk Yesus Kristus, yang telah menjadi
penebus dan memberikan kesucian di dalam kita, boleh dituntut dan dapat dianggap
sebagai utang Allah kepada Kristus, tetapi tidak dapat dianggap sebagai utang
Allah kepada kita. Meskipun demikian, menurut segi pandangan yang lain, benar
juga bahwa Allah memberikan pahala berdasarkan kebenaran dan keadilan Allah. Hal
ini dapat kita ketahui dari #/TB 2Timotius 4:18; Ibrani 6:10; dan #/TB 2Yohanes 1:8*,
di mana dikatakan bahwa pahala diberikan oleh karena kebenaran dan keadilan
Allah. Di samping itu di dalam #/TB 2Yohanes 1:8* ada nasihat yang sangat
berfaedah bagi kita.
 
VII. RAHMAT DAN KEMURAHAN ALLAH

Secara umum, rahmat dan kemurahan Allah berarti kemurahan dan pengasihan dan
kebaikan Allah yang dinyatakan bagi manusia, baik bagi manusia yang mentaati
perintah Allah ataupun yang tidak. Air embun jatuh di atas duri dan di atas
bunga mawar. Rahmat Allah membawa kebaikan dan keselamatan kepada orang-orang
yang mula-mula melawan kehendak-Nya, sungguhpun untuk itu Allah mengadakan suatu
korban yang luar biasa dan sukar.

A. Pernyataan Alkitab tentang Rahmat Allah

Rahmat dan kemurahan Allah berlimpah-limpah (#/TB Mazmur 62:12; 86:15*;
#/TB Mazmur 103:8; 145:8; Ulangan 4:31; Lukas 15:11-32*). Rahmat Allah lebih
ditujukan kepada orang yang berdosa dan kemurahan Allah kepada anak-anak-Nya
yang setia. Rahmat Allah menginginkan kebaikan bagi manusia yang berdosa
sehingga menyediakan penebusan. Lihatlah #/TB Roma 5:8*; #/TB Efesus 2:4*.
Kemurahan Allah mencari kebaikan bagi orang-orang saleh, yaitu anak-anak Allah
yang setia. Oleh sebab kemurahan-Nya Allah mencurahkan berkat-berkat ke atas
orang saleh. Bacalah #/TB Roma 8:32*. Lukisan yang paling jelas mengenai
rahmat dan kemurahan Allah ialah dalam perumpamaan Anak yang Hilang dalam
#/TB Lukas 15:11-32*. Dalam perumpamaan itu diceritakan bahwa si bapa
menunggu anaknya dengan sabar, dan bapa itu mau menyambut anaknya dengan baik
dan dengan sukacita pada waktu anaknya kembali. Di samping itu si bapa sangat
merindukan agar anaknya kembali, dan ia mengasihi anak itu. Demikian pulalah
rahmat dan kemurahan Allah kepada manusia.

B. Kepada siapakah rahmat dan kemurahan Allah dinyatakan?

Rahmat dan kemurahan Allah dinyatakan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya
(#/TB Roma 9:15-18*). Allah memberikan rahmat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya,
dan kita perlu ingat bahwa kehendak Allah itu suci dan sempurna. Meskipun Allah
memberikan rahmat kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan seorangpun tidak
dapat memerintah Dia untuk hal ini, akan tetapi kehendak-Nya ialah agar Ia dapat
memberikan rahmat-Nya kepada semua manusia sebab rahmat-Nya cukup untuk segenap
umat manusia. Bacalah #/TB 2Petrus 3:9*. Tuhan mau memberikan rahmat-Nya
kepada semua orang, akan tetapi mereka harus bertobat untuk menerima rahmat itu.

Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang takut akan Dia dan yang mengasihi Dia,
dan kepada hamba-hamba-Nya yang mentaati Firman Allah dengan segenap hati
(#/TB Ulangan 7:9; Keluaran 20:6; Mazmur 103:11-22* #/TB 2Tawarikh 6:14).
Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang mengakui dan meninggalkan dosanya
(#/TB Amsal 28:13*).

Rahmat Allah dinyatakan kepada orang yang percaya dan berharap dan yang berseru
kepada Tuhan (#/TB Mazmur 32:10; 86:5*). Bacalah juga #/TB Roma 10:12-13*.
 

C. Bagaimana rahmat Allah dinyatakan

Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Ia mengampuni dosa, apabila dosa itu diakui
dan ditinggalkan, dan orang yang berdosa itu bertobat
(#/TB Keluaran 34:7; Yesaya 55:7; Yeremia 3:12; Yunus 4:2; Mikha 7:18*;
#/TB Mazmur 51:3; Bilangan 14:18-20*). Alkitab mengatakan bahwa tidak benar
pendapat yang mengatakan seseorang baru mendapat rahmat Allah setelah ia jatuh
ke dalam dosa. #/TB 2Tawarikh 6:14* membuktikan bahwa Allah mau memberikan
rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang taat kepada-Nya dengan segenap hati
mereka.

Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Allah sabar terhadap orang yang berdosa,
walaupun mereka mengeraskan hati dan tetap dalam dosa (#/TB Nehemia 9:16-18,26,27,30,31).
Bacalah juga #/TB 2Petrus 3:9*. Oleh karena rahmat-Nya, maka Allah sabar terhadap
orang berdosa, meskipun dosa merupakan kebencian bagi Dia. Kalau keadilan Allah
dinyatakan kepada mereka, tentu sudah lama mereka dibinasakan. Allah sabar
sekali kepada orang berdosa walaupun dosa itu merupakan kebencian bagi-Nya.
Hanya oleh sebab rahmat Allah kita tidak dibinasakan. Akan tetapi kita harus
berhati-hati agar tidak merendahkan rahmat Allah, karena Allah kita laksana "api
yang menghanguskan". Allah tidak melindungi dosa, tetapi Ia mau mengampuni dosa.
Rahmat Allah merupakan benteng bagi orang yang bertobat, tetapi bukan tempat
perlindungan bagi orang yang sombong dan yang dengan seenaknya berbuat dosa.
Oleh sebab itulah manusia harus bertobat dari dosanya sebab rahmat dan kemurahan
Tuhan itu diberikan dengan berlimpah. Rahmat Allah dinyatakan dalam hal berbagai
macam pertolongan yang diberikan kepada orang yang percaya serta berharap
kepada-Nya (#/TB Mazmur 21:8; 59:17; 6:2-5; Keluaran 15:13*).

Rahmat Allah dinyatakan dalam hal Allah menyembuhkan orang sakit yang beriman
akan Dia dan mentaati Firman-Nya yang diberikan berhubungan dengan keadaannya
(#/TB Matius 8:16,17; Markus 16:15,17,18; Kisah 3:6-8*;
#/TB Yohanes 5:13-16; Filipi 2:27; Yesaya 53:4*).

Allah menepati janji-Nya oleh karena kesetiaan-Nya; Allah membuat janji oleh
karena kebaikan-Nya. Ayat-ayat lain mengenai rahmat Allah adalah:

#/TB Titus 3:4* -Kasih Allah kepada manusia.

#/TB Roma 2:4* -Kebaikan Allah.

#/TB Matius 5:44,45* -Kasihilah musuhmu....karena dengan demikianlah kamu
menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga.

#/TB Yohanes 3:16; 2Petrus 1:3* -Kita diberi segala sesuatu yang berguna
untuk hidup yang saleh.

#/TB Roma 8:32; Yohanes 4:10* -Keadilan Allah menuntut kesucian dari
manusia. Kasih dan Rahmat Allah memberikan kesucian itu.
 

VIII. KESETIAAN ALLAH

A. Firman Allah tentang Kesetiaan Allah (Allah itu Setia).

Arti kata setia: kata setia dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani berasal
dari sebuah kata yang berarti "sokong" atau "tanggung". Orang yang setia berarti
orang yang dapat "menyokong" kita, yang menanggung kita, yang kepadanya kita
dapat bersandar tanpa merasa kuatir (#/TB Ulangan 7:9; 32:4*;
#/TB Yesaya 49:7; 1Korintus 1:9; 10:13; 1Tesalonika 5:24; 2Tesalonika 3:3*;
#/TB 1Yohanes 1:9*).

Lihatlah bagaimana kata itu dipakai dalam ayat-ayat yang berikut:
#/TB Matius 24:45,46; 25:21,23; 1Timotius 1:15; Wahyu 21:5; Amsal 14:5*.
Dalam ayat-ayat tersebut, bila dikatakan Allah itu setia, itu berarti kita dapat
bersandar kepada-Nya tanpa kuatir, karena Dialah yang menyokong kita. Kesetiaan
Allah menjadi dasar keyakinan kita bahwa Allah, karena kasih-Nya, akan
menggenapi segala sesuatu yang telah dijanjikan-Nya kepada kita, yang percaya
akan Dia dan yang mentaati Injil-Nya. Janji-janji Tuhan itu tidak dialaskan pada
perbuatan- perbuatan kita, tetapi dialaskan pada perbuatan Yesus Kristus. Jadi
kesalahan- kesalahan kita tidak dapat membatalkan janji itu, kalau kita mau
bertobat. Dalam #/TB 1Yohanes 1:9* Tuhan itu setia dan adil, setia terhadap
janji-Nya, dan adil terhadap Kristus. Kesetiaan Allah menentukan bahwa Ia akan
mencukupkan segala kekurangan kita. Lihat
#/TB Matius 6:33; 1Korintus 2:9; Mazmur 84:12*.

B. Kebesaran Kesetiaan Allah

Kesetiaan Allah besar, sampai ke awan (#/TB Mazmur 36:6; Ratapan 3:23*).
Segala sesuatu dikerjakan Tuhan dengan kesetiaan-Nya (#/TB Mazmur 33:4*).

C. Bagaimana Kesetiaan Allah Dinyatakan

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah menggenapi semua janji-Nya, yaitu
melaksanakan segala perintah-Nya, bagaimanapun juga sikap manusia
(#/TB Ibrani 10:23,36,37; Ulangan 7:9; Yosua 23:14; 1Raja 8:23,24,56*;
#/TB Mazmur 89:34,35; 119:89,90*). Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal
Allah membela serta melepaskan hamba-hamba-Nya daripada kesusahan dan perlawanan
(#/TB 1Petrus 4:19; Mazmur 89:21-27*).

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Ia tidak meninggalkan umat-Nya, melainkan
Ia menyelamatkan mereka, walaupun mereka tidak setia kepada Allah
(#/TB Ratapan 3:22; 1Samuel 12:20-22; Yeremia 51:5; 2Timotius 2:13*).
Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah tidak membiarkan anak-anak-Nya
dicobai, melebihi kekuatan mereka, tetapi pada waktu mereka dicobai, Ia akan
memberikan jalan keluar sehingga mereka dapat menanggungnya (#/TB 1Korintus 10:13*).

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah menetapkan serta meneguhkan orang-orang
yang dipanggil-Nya, dan Ia melepaskan mereka dari si jahat, serta menguduskan
dan memelihara mereka dengan sempurna, yaitu roh, tubuh dan jiwa mereka,
sehingga mereka tidak bercacat pada waktu kedatangan Tuhan Yesus Kristus.
Keteguhan kepercayaan anak-anak Allah mengenai masa yang akan datang tidak
bergantung pada kesetiaan mereka sendiri, tetapi berdasarkan pada kesetiaan
Tuhan yang akan memelihara mereka, tetapi di dalam hati mereka harus ada
kerinduan untuk dipelihara oleh Yesus Kristus
(#/TB 2Tesalonika 3:3; 1Korintus 1:8,9; 1Tesalonika 5:23,24*). Lihat juga
#/TB Yohanes 10:28,29; Ibrani 6:4- 12*.

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mengajar anak-anak-Nya yang sesat
(#/TB Mazmur 119:75; Ibrani 12:6*).

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mengampuni anak-anak-Nya bila mereka
mengakui dosa-dosa mereka (#/TB 1Yohanes 1:9*). Keteguhan kepercayaan bahwa
Allah akan mengampuni dosa kita bila kita mengakuinya, berdasarkan pada dua hal:
pertama; kebenaran Allah, dan kedua; kesetiaan Allah. Kalau kita kuatir bahwa
dosa kita tidak diampuni sesudah kita mengakuinya, maka berarti kita menyangkal
kebenaran dan kesetiaan Allah dan menganggap Dia pendusta.

Kesetiaan Allah dinyatakan dalam hal Allah mendengar dan mengabulkan doa anak-anak-Nya
(#/TB Mazmur 143:1,2*).

{Bila ingin mempelajari dengan lebih mendetail tentang sifat-sifat Allah,
bacalah buku Mengenal Yang Mahakudus, sifat-sifat Allah: artinya dalam
kehidupan Kristen, oleh A.W. Tozer.}