SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIA

melayani jemaat dan hamba Tuhan

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

www.sumberkristen.com

 

 

SEPAK BOLA
Oleh: Herlianto

"Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga" (2 Timotius 2:5).

Menarik menyaksikan pembukaan pertandingan sepakbola dalam rangka kejuaraan dunia yang disiarkan TV, pertandingan perdana yang mengawali sebulan pertandingan-pertandingan sepak bola yang menyebabkan orang-orang mengalami demam komunal.

Yang lebih menarik dari pertandingannya yaitu bagaimana Perancis sebagai juara dunia bertahan bisa dikalahkan oleh kesebelasan Senegal yang kurang diperhitungkan, adalah bahwa pencetak gol tunggal dari Senegal itu sebenarnya adalah pemain sepakbola salah satu kesebelasan Perancis, dan kesebelasan Senegal dilatih oleh pelatih asal Perancis.

Jadi, siapakah yang menang, Perancis atau Senegal? Secara resmi memang kesebelasan Senegal yang menang, namun di balik itu orang-orang menyadari bahwa Perancis memang gudang kemampuan bermain sepakbola yang tangguh.

Namun, di balik itu ada hal menarik yang bisa kita pelajari. Orang tidak lagi mempersoalkan warna kulit atau agama, semua bisa bermain dengan sportif demi nama negara mereka. Demikian juga pertandingan-pertandingan yang digelar diikuti oleh manusia di seluruh dunia, baik yang datang ke Korea atau Jepang maupun yang diam di rumah-rumah. Mereka semua gembira menyaksikan pesta olahraga yang digelar secara internasional tersebut.

Sebenarnya umat manusia bisa belajar dari even-even olahraga yang begitu indah, di mana latar belakang kesukuan atau agama tidak dipermasalahkan demi membawa nama negara. Peristiwa yang sama kita hadapi di Indonesia di mana piala Thomas Cup dipertahankan, dan para pemain regu Indonesia tidak mensyaratkan harus dari suku, ras, golongan, atau agama apa, yang berprestasi dan yang rela mengorbankan waktu demi tanah airlah yang layak untuk membawa bangsa ini kepada kehormatan bersama.

Kita dapat belajar banyak dari peristiwa-peristiwa olahraga demikian di mana manusia belajar untuk menghargai pihak yang berbeda dengan dia dan sama-sama membela negara yang dilakukan bukan dengan senjata atau kekerasan namun dengan ketekunan berlatih dan disiplin diri. Alangkah indahnya kalau kita di Indonesia dapat berfikir demikian di mana kesukuan, perbedaan agama, perbedaan ras maupun antar-golongan bisa dikebelakangkan demi kebersamaan kebangsaan, sebab dengan nama Indonesia dipandang baik di manca-negara maka kehidupan bangsa juga akan baik dan sejahtera. Ringan sama dijinjing dan berat sama dipikul.

Negara-negara yang berfikir sektaris umumnya dilanda kemelut yang tidak kunjung berakhir baik kemelut perbedaan kesukuan, agama, ras, dan antar-golongan, namun bila kita dapat bercermin pada sportivitas pertandingan olahraga dan melihat bagaimana para penonton di seluruh dunia bergembira bersama, alangkah indahnya kalau peristiwa yang sama bisa dihayati di Indonesia pula.

Rasul Paulus melihat beberapa hal yang bisa ditiru dari bidang olahraga, yaitu ketekunan berlatih mereka untuk mencapai keberhasilan, lebih mengutamakan nama bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok dan diri sendiri, dan lebih dari itu adalah sportivitas untuk mengikuti peraturan-peraturan olahraga yang harus ditaati. Kesebelasan dan pemain hanya akan menang bila mengikuti peraturan olah raga yang telah digariskan.

Dalam kehidupan kebangsaan, bila semangat yang sama ditegakkan, maka akan indah sekali hasilnya. Semua enersi digunakan dengan ketekunan untuk membela negara dan bangsa, dan bagi bangsa dan negara ada perangkat hukum dan peraturan yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diikuti. Maka, bila semua berjalan demikian keberhasilan hidup kebangsaan dan kenegaraan akan tercapai dan kalau itu tercapai, maka kehidupan masing-masing pribadi akan mengalami keberhasilan dan sukacita pula sebagai dampaknya.

Lebih dari itu, dalam suratnya yang pertama kepada Timotius, rasul Paulus juga mengingatkan bahwa sebenarnya agama memiliki kelebihan yang ideal daripada olahraga. Olahraga hasilnya bersifat sementara, Perancis yang dahulu juara sekarang kemungkinan kehilangan gelarnya, namun pengharapan dalam agama lebih kekal. Rasul Paulus berkata:

"Latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang" (1 Timotius 4:7b-8).

Bila untuk olahraga yang bersifat duniawi dan sementara manusia bersedia berlatih dengan tekun, maka untuk ibadah dengan pengharapannya yang kekal bukan hanya untuk kehidupan di dunia fana ini namun sampai kehidupan kekal dalam alam baka, selayaknyalah kita berlatih dengan lebih tekun dan giat lagi.