SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIA

melayani jemaat dan hamba Tuhan

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

www.sumberkristen.com

 

 

CHARLES CHRISTANO: Eksistensi Gereja di Era Milenium Baru (6)

Kesimpulan
Sementara kita masih dengan sangat sukarnya mendapatkan izin untuk membangun Tempat Ibadah, dan ketika gedung-gedung gereja yang sudah resmi dan sudah puluhan tahun aman tegak berdiri menjadi umpan api dan pengrusakan amuk masa dengan jumlah yang begitu mencolok, apa yang harus kita dahulukan dalam menyusun agenda kita bersama? 

Ketika kita menyaksikan begitu banyaknya gereja yang berlomba-lomba membangun gedung dan tempat ibadah yang serba mewah, kita tidak boleh menutup mata terhadap banyak gereja yang kecil dan miskin di tempat terpencil yang jangankan membangun tempat ibadah lebih luas dan lebih layak, yang sudah ada saja tidak mampu mereka pugar, apa pula yang dapat kita lakukan dan dahulukan bagi sesama anggota tubuh Kristus?

Alih-alih kita yang besar dan diberkati masih mampu memiliki kepekaan dan kepedulian untuk berbela rasa dan siap menyingsingkan lengan untuk membantu gereja-gereja lain yang lemah, baik di bidang SDM-nya maupun tempat ibadahnya, tidak jarang kita malah mendengar perlombaan "pengambilalihan" atau "pembelian" gereja-gereja lemah dan "kurang iman" atau malah kata sebagian orang ada kegiatan yang makin marak untuk bersaing merebut gereja-gereja kecil tadi menjadi semacam "cabang perusahaan" dengan "merk terdaftar" dan "fee" yang telah dipasok dari pusat!

Marilah kita menyimak apa yang dikatakan oleh Tuhan dan Kepala Gereja menjelang hari-hari terakhirnya di Yerusalem. Di lingkungan Bait Suci itulah para murid mendengar kecaman yang paling keras dari Guru mereka. Kecaman terkeras tadi justru ditujukan kepada para elit rohaniwan (kaum Farisi dan Ahli Taurat). Mereka memang menjadi pemimpin yang telah menduduki kursi Musa, tetapi mereka dikenal sebagai para Jarkoni (pandainya hanya mengajar orang banyak tetapi tidak pernah melakoni apa yang diajarkannya).

"Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi (=Guru), karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang ada di surga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan" (Matius 23:8-12).

Kalau kita mau jujur, bukankah kita makin terkotak-kotak karena kita memiliki para panutan kita yang kita kagumi, kita banggakan dan kita sanjung tinggi? Bukankah kita telah terseret arus duniawi yang mengejar tokoh selebriti mereka dengan memiliki "guru kita", "pemimpin kita", "bapa" kita? Bukankah kita telah memiliki idola kita masing-masing? Dan apakah kita menyadari bahwa yang namanya idola bukan hanya kultus individu, tetapi telah menjadi "idol" atau berhala kita? Bukankah kultus individu merupakan kebencian Allah kita? (Yesaya 42:8; I Petrus 5:5).

Ketika para murid sedang mengagumi kemegahan bangunan Bait Suci di Yerusalem, Yesus mengingatkan mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan" (Matius 24:2).

Tentu, kita patut mensyukuri dan berterima kasih untuk para tokoh yang dipakai Tuhan, tetapi kita tidak boleh memuja-muja mereka dan menjadi pengagum mereka secara fanatik, apalagi membabi buta. Coba bayangkan apabila orang yang kita bangga-banggakan tiba-tiba sakit keras bahkan mati, atau jatuh dalam dosa, apa jadinya? Apakah iman kita tergantung dan berpusat pada orang, betapapun berkharismanya orang tadi?

Pasti, kita juga bangga apabila kita memiliki gedung gereja atau tempat ibadah yang megah dan mewah! Tetapi jangan sampai iman kita terpancang pada gedung-gedung dan fasilitas bagaimanapun mereka apik dan dapat mengangkat ego kita! Jangan lupa bahwa masyarakat kita sedang demam yang kronis bahkan ada yang sudah akut. Banyak di antara mereka yang merasa iri hati karena ketimpangan yang sangat mencolok di tengah-tengah hidup yang penuh penderitaan ini. Bayangkan kalau Bait Suci yang begitu megah dan agung yang dibangun oleh Salomo dapat diratakan oleh Nebukadnezar, dan ketika Bait Suci yang telah dipugar dan direhabilitasi oleh Ezra dan Nehemia lalu diup-grade oleh Herodes yang Agung juga dihancurluluhkan, mana lagi ada gedung gereja yang dapat bertahan terhadap menggumpalnya nafsu jahat dari para teroris, provokator dan amuk masa yang mudah disulut?

Kiranya kita semua mulai lebih dan makin mendalami apa yang seringkali kita ucapkan dengan lantang: Soli Deo Gloria! Segala kemuliaan hanya bagi Allah (saja), bukan untuk (gedung) gereja atau denominasi gereja kita, juga bukan untuk pemimpin kita. Marilah kita berhenti dari ambisi untuk membangun kerajaan kita masing-masing. Marilah kita utamakan dan dahulukan tekad kita untuk membangun komunitas kristiani yang kuat, bertumbuh dan dinamis. Sebuah Komunitas yang mendahulukan cinta kasih, kebenaran, keadilan dan mengupayakan pendamaian.

Hanya apabila kita mulai bersedia untuk saling menerima, menghargai, saling mendengar; apabila kita mulai saling mau belajar, saling mengisi, saling menasihati, saling melengkapi dan saling membangun dan menyemangati, kita akan dapat memberi makna dan sumbangan yang berarti bagi masyarakat di sekitar kita yang sudah puluhan tahun menderita kekerasan, perseteruan, ketidakadilan,ketidakbenaran, dan yang sudah sukar untuk memaafkan dan mengampuni, sudah lupa akan makna damai sejahtera yang menjadi dambaan kita semua.

"Dan bukan untuk mereka (para umat kristiani) ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku karena pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang mengutus Aku" (Yohanes 17:20,21).

Kesatuan Bapa dan Anak (Yesus) bukanlah kesatuan kelembagaan yang tampak karena diwujudkan oleh organisasi tetapi Kesatuan Hakikat Dan Esensi. Gereja-gereja kita pun perlu bersama-sama eksis dan menjadi satu dalam hakikat dan esensinya.

Tuhan Yesus juga berkata: "Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku" (Yohanes 15:5,8).

Kita mungkin sudah menghasilkan buah, syukurlah kalau demikian. Tetapi hasil tadi bukan karena kepandaian, kelebihan atau kemampuan kita sendiri. Tuhan menghendaki agar kita yang sudah berbuah akan makin berbuah lebih lebat lagi. Untuk itu Allah berkenan membersihkan kita (carang dan ranting) yang sudah berbuah agar kita benar-benar diperkenan dan memuliakan Allah. (Yohanes 15:2).

Di salah satu dinding rumah kami tergantung sebuah tulisan yang sudah tidak diketahui lagi siapa penulis aslinya. Mudah-mudahan tulisan tadi dapat berbicara kepada kita semua:

Kepada Yang Berkepentingan.
Kalian memanggil Aku JALAN dan kalian tidak mengikuti Aku.

Kalian memanggil Aku TERANG
tetapi kalian tidak melihat Aku.

Kalian memanggil Aku GURU
tetapi kalian tidak mendengarkan Aku

Kalian memanggil Aku TUHAN
tetapi kalian tidak melayani Aku.

Kalian memanggil Aku KEBENARAN
tetapi kalian tidak mempercayai Aku.

Janganlah kalian terheran-heran apabila pada suatu hari
Aku tidak mengenal kalian.