SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIA

melayani jemaat dan hamba Tuhan

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

www.sumberkristen.com

 

 

CHARLES CHRISTANO: Eksistensi Gereja di Era Milenium Baru (2)

Mencoba Untuk Lebih Mendalami Permasalahan Kita
Dari uraian di atas yang masih agak sederhana - untuk sementara – dapatlah kita terima bahwa gereja apa pun dan di mana pun, yang didirikan di atas dasar (pengakuan iman) bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup, adalah gereja yang injili. Tetapi kita masih harus lebih cermat lagi mencoba memahami hakikat gereja yang injili tadi. Walaupun semua gereja pada umumnya akan mengatakan bahwa gerejanya injili, ia masih harus diuji lagi dengan "ukuran lain" yang juga penting.

Kalau semua gereja memang sudah injili karena pengakuan imannya terhadap Yesus Kristus, lalu mengapa masih ada begitu banyak variant yang cukup membingungkan? Salah satu tolok ukur yang harus dipakai lagi adalah: Apakah gereja yang mengklaim dirinya sebagai gereja injili tadi juga merupakan gereja yang rasuli!

Bukannya bermaksud untuk menambah ruwet masalah yang sudah ada, tetapi kita tidak boleh naοf dan serampangan manakala kita sungguh-sungguh mau mendapatkan kebenaran yang asasi, termasuk gereja. Untuk itu kita harus kritis tetapi tetap positif. Begitu kita menggunakan istilah gereja rasuli, tidak jarang kita pun bisa terjebak dalam perdebatan yang biasanya dikaitkan dengan (nama) rasul Petrus lagi. Seandainya masalah tadi benar-benar dimunculkan, bagaimana pula kita seharusnya mencari solusi bersama secara alkitabiah yang baik dan benar?

Syukur kepada Tuhan karena Dia tidak menghendaki umat-Nya kebingungan tanpa akhir! Dia telah memberikan Firman-Nya yang seharusnya menolong kita untuk naik banding ke tingkat tertinggi dan terakhir bagi kita, setiap kali kita menghadapi berbagai perbedaan tafsiran! Sekali lagi kita perlu mencermati tulisan Paulus: "Demikian kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru." (Efesus 2:19,20).

Mudah-mudahan kita tidak semakin bingung dengan ayat-ayat tadi. Mengapa para rasul dan para nabi juga disebut dasar? Bukankah kita sudah menyetujui bahwa Yesus Kristuslah satu-satunya dasar dari setiap gereja injili? Paulus sedang menjelaskan kepada jemaat di Efesus tentang hakikat gereja yang memang sangat kompleks! Jemaat Efesus terdiri dari berbagai bangsa. Ada bangsa Yahudi (yang secara lahiriah bersunat) dan ada juga bangsa Yunani (tidak bersunat).

Warga jemaat Yahudi mengklaim bahwa mereka mempunyai hak (lebih) istimewa karena Yesus adalah orang Yahudi (dan disunat), jadi mereka merasa (lebih) dekat dengan Yesus. Sebaliknya yang non-Yahudi (tidak bersunat)– menurut penalaran manusiawi – pasti lebih jauh, atau paling tidak ada semacam perbedaan " jarak" dalam relasi mereka dengan Yesus! Karena situasi sedemikian tadi maka Paulus menyatakan bahwa Yesus Kristus sungguh-sungguh menjadi dasar satu-satunya dari gereja di Efesus. Dengan demikian "tembok penyekat" yang diciptakan oleh manusia telah dirobohkan. Kelompok-kelompok yang berbeda (latar belakang bangsa dan budaya tadi) tidak lagi berbeda dan boleh dipisah-pisahkan, tetapi mereka malah telah diciptakan menjadi satu manusia baru di dalam Kristus! (Efesus 2:11-15).

Satu-satunya dasar gereja, apa pun dan di mana pun, dan kapan pun – termasuk juga yang di Efesus, masih tetap sama juga, yakni Yesus Kristus! Dia tidak dapat ditawar-tawar atau diredusir sedikit pun. Justru Dialah yang telah menyatukan dan mengikat kelompok-kelompok yang berbeda tadi menjadi ciptaan baru (cf. II Korintus 5:16,17). Kalau di Efesus Paulus menggunakan istilah baru pada Kristus, batu penjuru, hal tadi disebabkan karena di gereja Efesus (yang harus terus membangun sidang jemaatnya) tidak boleh ada seorang pun yang boleh ikut membangunnya seenaknya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar jemaat yang masih muda tidak menjadi seperti anak-anak yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran yang membingungkan, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan. (Efesus 4:14; cf. I Kor.3:10,12!).

Dalam konteks yang khusus semacam itulah, Paulus mau menyatakan bahwa pembangunan tubuh Kristus yang masih terus dilanjutkan di Efesus, jangan sampai sembarangan memilih bahan bangunan dari "kayu, rumput kering atau jerami" tetapi secara berhati-hati, dengan sadar dan terencana, memilih "materi" untuk pembangunan dari bahan yang terbaik: dari "logam mulia dan batu-batuan yang berharga". Gereja yang rasuli harus memilih apa-apa yang telah disampaikan dan diajarkan oleh para rasul! Tetapi masalah kita masih belum selesai juga. Mengapa Paulus juga menyebutkan para nabi?

Kita harus tahu bahwa kanonisasi Perjanjian Baru pada waktu para rasul masih hidup, bahkan ketika Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Efesus, belum selesai sebagaimana yang kita miliki sekarang. Kitab-kitab Suci mereka adalah Perjanjian Lama yang telah diterima oleh Yesus sendiri sebagai norma yang sudah baku! Perjanjian Lama yang diterima oleh para rasul tadi, secara utuh disebut Paulus sebagai tulisan atau ajaran para nabi. Dengan demikian, (pengajaran) para rasul (yang juga dijadikan bahan dasar untuk melanjutkan proses pembangunan tubuh Kristus) tidak boleh ditawar-tawar juga. Walaupun para rasul dalam memberi petunjuk dan bimbingan pada gereja purba memang dipimpin oleh Roh Kudus, salah satu cara yang wajar adalah bahwa Roh Kudus memakai dan mengingatkan kepada para rasul apa-apa yang sudah pernah diajarkan sebelumnya, termasuk di zaman para nabi! (cf.Yohanes 14:26; 16:12-15).

Karena para rasul dan para nabi pada intinya juga mengajarkan dan memuliakan Yesus Kristus (cf.Lukas 24:25-27,32), maka para nabi dan para rasul pun menjadi dasar acuan dalam mendidik, mengajar, membentuk, mendewasakan, memperlengkapi dan memberdayakan warga jemaat! Tetapi betapa pun sangat pentingnya pengajaran para nabi dan para rasul tadi, karena semuanya menunjuk kepada Kristus Yesus, maka Kristus menjadi dasarnya segala dasar (tambahan) lainnya. Karena itulah, Kristus Yesus disebut Batu Penjuru! Kristus, sebagai batu penjuru sangat menetukan arah dan bentuk dari segala macam upaya pembangunan seterusnya dari tubuh Kristus (cf.I Petrus 2:6-8. Bandingkan juga dengan Mazmur 118:22; Yesaya 8:14-15; 28:16).

Tetapi sekali lagi, begitu kita menerima hal yang paling penting dan mendasar tadi – dasar gereja yang injili dan rasuli bagi setiap dan semua gereja – ternyata masalah kita sebagai gereja masih belum juga selesai. Walaupun tulisan ini sudah menjadi makin berkepanjangan, kita masih dituntut untuk jujur dan transparan. Oleh karena itu bersabarlah dengan saya.