SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIAmelayani jemaat dan hamba Tuhan
|
|
|
|
CHARLES CHRISTANO: Eksistensi
Gereja di Era Milenium Baru (1) Ditengah-tengah keberadaan begitu banyaknya denominasi gereja di Indonesia yang tidak jarang membingungkan banyak orang awam, apalagi orang-orang yang bukan Kristen, terlebih dulu kita perlu memiliki pemahaman mendasar yang satu dan sama sebelum kita mencoba mengadakan analisis eksistensi gereja (di Indonesia) di era millenium baru. Pemahaman yang satu dan sama yang dimaksud bukanlah harus diterima begitu saja oleh semua pihak yang berkepentingan dan terkait. Ia juga tidak boleh dipaksakan oleh pihak mana pun termasuk oleh salah satu atau beberapa denominasi, betapa pun besarnya atau tuanya ia sudah berada di negara kita tercinta ini. Pemahaman yang satu dan sama tadi seyogyanya dipahami dalam batasan yang paling mendasar dan umum, sebagaimana yang dapat ditemukan dan dipahami dari Alkitab, lebih khusus lagi dalam Perjanjian Baru. Untuk itu kita tidak dapat tidak harus mengutip berbagai ayat yang secara jelas (sehingga paling tidak akan dapat mengurangi) berbagai nuansa tafsiran yang tidak perlu, yang justru acapkali makin membuat hubungan antargereja menjadi makin kurang menyenangkan dan pada gilirannya kurang menghasilkan kesejahteraan kita bersama. Sebagai titik bertolak yang paling awal marilah kita mendahulukan dan mengutamakan apa yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus sendiri: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Matius 16:18). Apabila kita membandingkannya dengan apa yang dikatakan oleh Paulus maka kita tidak terlalu banyak memiliki peluang untuk menafsirkan terlalu bebas: "Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus." ( I Korintus 3:11). Kalau di Matius 16:18 (seolah-olah) Petruslah yang dijadikan dasar, bagaimana mungkin Paulus menyatakan secara tandas bahwa hanya Yesus Kristuslah satu-satunya dasar? Untuk menghapus kerancuan tadi marilah secara langsung kita cermati kedua teks dan konteks yang bersangkutan. Yang dimaksud dengan Petrus (artinya: batu karang) tentunya bukan manusia Petrusnya! Dalam Matius 16:16, ketika para murid lainnya bungkam untuk menjawab pertanyaan Tuhan Yesus, Petrus menyatakan pengakuan imannya: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup." Istilah Mesias (bahasa Ibrani) tepat sama dengan istilah Kristus (bahasa Yunani) yang artinya: Yang diurapi! Injil Matius memang ditulis khusus untuk bangsa Yahudi sedangkan surat Korintus ditujukan kepada jemaat yang didominir oleh orang dan budaya Yunani! Sungguh sangat menarik untuk disimak tanggapan Tuhan, setelah Ia mendengar pengakuan iman Petrus, "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga." (Matius 16:17). Tuhan tidak menggunakan sebutan Petrus karena Dia ingin menggarisbawahi kemanusiaan Simon yang adalah anak Yunus! Sebagai anak Yunus ia tidak lebih pandai, ia juga tidak lebih istimewa atau lebih rohani dari para rasul lainnya. Kalau Simon bin Yunus dapat mengungkapkan pernyataannya hal itu disebabkan karena dia telah menerima penyataan (revelation). Sebagai manusia Simon tidak mungkin dapat mengerti misteri Allah kecuali tabir yang menyelebungi mata rohaninya disibakkan atau diangkat oleh sang Bapa! Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menggarisbawahi bahwa Yesus Kristus (Mesias) adalah dasar satu-satunya karena jemaat Korintus sedang terancam perpecahan. Dalam I Korintus 3:4-7 tercatat: "Karena jika seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus", dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos", bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani? Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya…Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang terpenting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan," Kalau Petrus sungguh-sungguh memiliki supremasi di antara rasul-rasul lainnya, anehnya justru namanya (Kefas) tidak disebut dalam pasal 3! Lalu, apakah Petrus tidak punya tempat? Tentu ada! Tetapi nama Kefas malah disebut dalam pasal 2-nya! Dan Anda benar! Nama Kefas justru disinggung dalam kaitan potensi ancaman perpecahan yang terjadi di antara warga jemaat! Dengan demikian, dari teks dan konteksnya, secara jujur kita tidak mungkin lagi boleh secara harga mati (dogmatis) menyimpulkan bahwa yang menjadi dasar gereja itu Petrus (orangnya). Sebaliknya pengkuan iman dari manusia Simon bin Yunus yang oleh wahyu dari Sang Bapa di Sorga dapat menyatakan: "Yesuslah Kristus, Anak Allah yang hidup! Pengakuan iman itulah yang menjadi dasar bagi gereja. |