SUMBER KRISTEN: ARTIKEL TEOLOGIA

melayani jemaat dan hamba Tuhan

 Home Hubungi Kami Pengakuan Iman Kotbah Sermon Mimbar Gereja Artikel ilustrasi Humor ebooks Kursus Teologia Clip Arts Power Point Direktori

www.sumberkristen.com

 

 

 

Berlari Kepada Tujuan

Kalau orang sudah memasuki umur seperti saya, artinya orang sudah memasuki tahap-tahap akhir dari hidupnya. Saya membayangkan bahwa tidak ada yang membahagiakan daripada dapat melihat tahun-tahun hidup yang telah berlalu dan dapat dengan tersenyum berkata kepada diri sendiri, "Ah, alangkah banyaknya yang telah kulakukan! Alangkah banyaknya yang telah saya hasilkan dan kerjakan. 

Sekarang saya dapat hidup lebih santai, dapat pensiun, istirahat alangkah nikmatnya!" Terus terang saja jalan pikiran saya sering demikian. Sekarang ini saya bekerja sekeras-kerasnya sampai istri saya sering khawatir, kalau saya terlalu bekerja keras. Tetapi saya selalu berkata, "ini adalah tahun-tahun terakhir di mana saya masih harus bekerja sekeras-kerasnya. Tidak lama lagi akan datang waktunya saya pensiun, istirahat dan dengan santai melakukan apa yang saya kerjakan."

Tetapi ketika saya membaca Filipi 3:12-16, rasul Paulus dengan tegas mengatakan, "Eka, engkau salah besar." Dan saya kaget, saya terperangah dan bertanya, "saya salah apa? Apakah karena saya bekerja terlalu keras, karena saya menerima tanggungjawab terlalu banyak?" Kata rasul Paulus, "Oh, tidak! Yang salah ialah kamu berpikir bahwa tidak lama lagi kamu bisa santai dan beristirahat. Hidup orang percaya, hai anakku, tidak mengenal istirahat, tapi harus terus berlari-lari kepada tujuan sampai akhir dan tidak mengenal pensiun."

Di antara surat-surat Paulus, surat Filipi adalah surat yang paling saya gemari dan paling mempunyai arti yang sentimental. Sebab surat ini ditulis rasul Paulus dari dalam penjara dan ketika dia sudah sangat mendekati ajalnya. Hal ini tidak mengherankan! Kalau kita menerima surat dari seseorang yang ditulis beberapa lama sebelum ia meninggal dunia, pesan-pesannya terasa lebih mujarab, kata-katanya lebih berkhasiat. 

Coba kita bayangkan: apakah orang seperti Paulus yang sudah banyak menderita dan sebentar lagi akan dihukum mati, tetapi toh ia masih mengirimkan pesan dalam suratnya, "Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan, sekali lagi kukatakan bersukacitalah, dan janganlah kamu khawatir tentang apa pun juga. Damai sejahtera Allah yang melampui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Flp. 4:4-7)

Kalau pesan itu dikirim oleh seorang yang hidup sehat, makmur dan senang, rasanya pesan itu biasa-biasa saja. Tetapi sungguh sangat mengharukan kalau pesan itu dikirim oleh orang yang kita tahu hampir mati di dalam penjara. Dia mengatakan, "Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau aku telah sempurna melainkan aku mengejarnya kalau-kalau aku juga dapat menangkapnya." Paulus mengejar dan menangkap apa yang menjadi tujuan akhir dari perjalanan hidup seorang Kristen sehingga ia dapat mengatakan, "akhirnya aku sampai ke tujuan, sekarang aku dapat santai, istirahat, oleh karena mahkota kehidupan itu sudah di tangan."

Kalau kita berpikir siapa yang lebih pantas dari Paulus untuk mengatakan hal seperti itu? Paulus telah bekerja begitu keras untuk Tuhan, telah menghasilkan banyak untuk Tuhan, telah mengorbankan dan memberikan begitu banyak untuk Tuhan, dia sudah mengorbankan segala yang ada pada dirinya untuk Tuhan. Apa yang masih kurang dan apa yang masih dituntut dari Paulus? Bahkan sampai pada akhir hidupnya Paulus tetap mengatakan "Tidak, aku belum tiba tujuan." Oleh karena itu tidak ada waktu untuk bertenang-tenang. Sebelum hidup ini berakhir, sebenarnya tidak ada waktu untuk berhenti bagi seorang Kristen.

Paulus berkata, "Aku telah melupakan apa yang di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku." Artinya bahwa seluruh hidup orang percaya sebenarnya adalah perjuangan, perlombaan, terus berjalan dan berlari, tidak merasa puas menjadi seorang Kristen. Tetapi orang Kristen harus mengakui, "Tuhan, saya mau menjadi lebih Kristen lagi!" Untuk itu arahkan hidup hanya ke depan seperti Paulus.

Saya sering mendengar kata orang, "Tuhan, kurang apa lagi saya ini? Berapa puluh tahun saya telah bekerja untuk-Mu? Cukup itu, sekarang saya mau istirahat." Tuhan berkata, "Tidak! Berapa banyak dan berapa lama engkau bekerja bagi-Ku, anak-Ku, itu semua sudah ada di belakang. Lupakanlah apa yang telah di belakang dan arahkan dirimu kepada yang di hadapanmu." Ada yang mengatakan "Tuhan, sudahlah , saya berhenti di sini saja. Saya sudah tidak kuat lagi, hidup saya terlalu berat, pengalaman saya terlalu pahit." Tetapi Tuhan berkata, "Tidak, anak-Ku. Betapa gelapnya pun jalan-jalanmu selama ini, betapa pun beratnya beban yang harus kau tanggung di dalam hidupmu, itu juga sudah ada di belakangmu dan lupakanlah apa yang di belakang dan arahkanlah diri pada kesempatan dan kemungkinan yang masih dibukakan oleh Tuhan di depanmu."

Tetapi bagaimana kita harus berlari? Dalam Ibr. 12:1,2 dikatakan, "Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita. Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus...." Ada tiga hal yang dikatakan di sini.

Pertama, Kita perlu berlari dengan benar, berlomba dengan tekun, serius, gigih, ulet, semangat yang tinggi dan dengan tekad yang bulat. Kalau kita jujur justru di sinilah letak kelemahan dan kekurangan kita. Dalam banyak hal kita amat serius dengan pekerjaan dan karier kita, dengan keluarga, tetapi apakah kita amat serius dengan iman dan dengan Tuhan kita? Kita dengan tekun melakukan tugas-tugas kita di kantor dan di rumah, tetapi apakah kita sama tekunnya dalam melakukan tugas-tugas di gereja?

Kedua, tanggalkan dan tinggalkan semua beban dan dosa. Ini sangat penting. Orang tidak akan berlari dengan cepat kalau ia masih harus memikul dan membawa terlalu banyak beban persoalan, kekhawatiran dan beban dosa. Memang tidak ada hidup yang tanpa persoalan, tanpa kekhawatiran dan kecemasan, bahkan tanpa dosa. Yesus tidak melarang orang khawatir. Tetapi Yesus mengatakan, "Jangan hidup di dalam kekhawatiran." (Mat. 6:34) Kita boleh khawatir, tetapi jangan khawatir tentang hari kemarin sebab itu sudah di belakang kita. Jangan khawatir tentang hari esok sebab hari esok mempunyai kekhawatirannya sendiri. Karena itu kalau ada persoalan, ya selesaikan dengan segera dan dengan tuntas hari ini juga. Kalau ada dosa dan kesalahan yang harus diperbaiki, perbaikilah dengan segera dan dengan tuntas hari ini. Jangan ditunda-tunda, karena itu hanya akan menumpuk beban yang membuat kita sulit berlari.

Ketiga, berlari dengan mata tertuju kepada Yesus. Tidak seperti istri Lot, yang kakinya memang menuju ke depan, tetapi kepala dan hatinya terarah ke belakang. Akhirnya ia memang tidak terbakar api tetapi ia tidak pernah sampai ke tujuan. Ini adalah orang-orang Kristen yang mendua hati. Mereka mau mengikuti Kristus, tetapi meninggalkan hidup, sifat dan keinginan yang lama, masih sayang. Tuhan berkata, "Tidak bisa seorang itu mengabdi kepada dua tuan." Karena itu mau pilih Tuhan atau pilih mamon?! Tidak bisa mau pilih Tuhan, tetapi dukun juga. Kalau kita mau menang dalam perlombaan iman, maka kita harus membiarkan Tuhan menguasai hidup kita seratus persen. Jangan cuma kepala, tetapi juga hati. Jangan cuma hati tetapi juga tangan dan kaki. Jangan cuma dompet, tetapi juga waktu dan tenaga.

Rasul Paulus berkata, "Kristus telah mati untuk semua orang supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka." Amin!